Hujan mengguyur deras. Guntur terdengar memenuhi langit yang kelam.
Tanah tempat Yumi dan anak-anaknya berpijak semakin lama semakin berubah lembek, nyaris berlumpur.
Tapi mereka masih diam di bawah naungan payung masing-masing. Tertunduk dengan mata menatap satu arah yang sama, batu nisan putih dengan nama Keyla tertulis di sana.
Bunga-bunga milik mereka sudah menuju gundukan tanah milik Keyla. Mewarnai makamnya yang terasa dingin dan mencekam.
Kematian Keyla menyisakan banyak penyesalan bagi mereka.
Namun, mereka tetap harus melanjutkan hidup.
Mau sehancur apapun Sean, mau sesedih apapun Rei dan Yuta, mau sekaget apapun Yumi dan Naomi, mereka tetap harus berjalan kedepan.
Mereka tetap harus melanjutkan perjalanan yang sudah Keyla titipkan untuk mereka,
Keinginan gadis itu untuk melihat semuanya berakhir bahagia.
Rei merangkul Sean yang berjongkok di bawah, matanya sudah bengkak dan memerah.
"Ayo, Yan," ucap Rei lembut. Ia menatap kembarannya dengan tatapan sedih.
"Ayo kita pulang."
Sean mengusap air matanya sekali, mengangguk dengan masih sesegukan. Ia kemudian berdiri. Sekali lagi menatap makam Keyla.
Sekarang semuanya sudah selesai.
Keyla Maharani, terimakasih untuk semuanya. Maaf, orang sebrengsek kami hadir di hidupmu.
Untuk yang termanis, Keyla.
Teruntuk Keyla si anak perempuan yang berjuang bertahan di kerasnya terpaan ombak. Tokoh yang bisa membuat saya menangis sejadi-jadinya seperti anak kecil yang kehilangan ibunya. Kerasnya hidup menempa Keyla kami untuk menjadi perempuan tangguh, walau harus terbawa arus, dan kembali pada sang pencipta.
Ailafyu24—Pembaca kisah Keyla
[]
.—FOR THE SWEETEST, KEYLA—
Officially End..
.
.
.First of all, terimakasih untuk Tuhan Yang Maha Esa, yang sudah memberi kemudahan dalam proses penulisan cerita ini.
Lalu yang kedua, terimakasih sebanyak-banyaknya untuk dukungan teman-teman, yang mengambil peran banyak untuk selesainya cerita ini.
Sekali lagi, terimakasih banyak.
Salam,
Baizurahanan
KAMU SEDANG MEMBACA
For The Sweetest, Keyla [END]
أدب المراهقين"Kalau Kak Sean, mau aku pergi?" "Iya. Selama itu bisa bikin keluarga gue tentram, gue mau lo pergi." "Selamanya kita gak bakal bisa jadi keluarga. Lo bukan adek gue. Begitupun gue bukan kakak lo. Mau seberharap apapun lo sekarang, lo tetap harus sa...