11. Lah, siapa ya?

7K 649 8
                                    

Beberapa hari berlalu setelah obrolan mereka hari itu, Keyla berhenti berinteraksi dengan Sean. Begitupun dengan Sean yang enggan bertemu dengannya.

Namun masih tetap berusaha mempertahankan keinginannya, Keyla masih tetap berusaha bersikap baik dengan Yuta dan Rei, meski kepercayaan dirinya sudah hilang.

Sementara di sekolah, ia masih berselisih dengan Fara seperti hari-hari sebelumnya.

Namun yang membuat berbeda, Bara, mendadak sering sekali mengikutinya. Entah itu memberinya minuman dengan wajah malu-malu, atau beberapa kali memarahi orang-orang yang mengganggu Keyla. Berkatnya pula, Keyla bisa mendapat hari-hari tenang di sekolah.

Meski belakangan, Bara tidak lagi terlihat di sekolah karena ia pergi ke luar kota dengan tim basketnya untuk pertandingan.

Keyla menghela panjang. Hari ini ia lupa membawa bekal. Sebab itu lah ia sekarang duduk di kantin dengan semangkok bakso di hadapannya.

Sebenarnya, ia sedikit was-was. Kali ini tidak akan ada Bara yang mencegah orang-orang mengganggunya. Gadis itu menatap kosong pada bakso-bakso bulat yang beberapa sudah di potongnya. Teringat saat Bara dan teman-teman menolongnya ketika ia dipukuli, juga mengantarnya ke UKS setelah mimisan.

"Lo mimisan," saat itu, wajah Bara terlihat sangat panik.

Keyla tersentak. Segera menutup hidungnya dan mendongak. Teman-teman Bara membantunya berdiri, dan memapahnya menuju UKS.

Saat itu sebenarnya Keyla tidak butuh perlakuan yang terlalu spesial. Ia lebih terbiasa tidak dipedulikan. Itu lah mengapa ia sangat-sangat kaget dan terus teringat akan kebaikan Bara dan teman-temannya.

"Cewek gila tadi siapa sih namanya," gerutu Bara, kembali mengambil tisu dan memberikannya pada Keyla untuk mengelap darah yang nyaris mengenai seragamnya.

Keyla tertawa kecil.

"Ayo bilang. Biar gue lapor ke guru,"

Keyla menghela kecil. "Kak Bara kayak gak tau sekolah ini aja."

"Anak miskin dan gak berprestasi kayak aku gak perlu dipedulikan, kak. Bukan sekali dua kali aku coba lapor. Tapi tetap aja wali kelas, guru bk, bahkan kepala sekolah juga lebih milih Fara."

Keyla menatap Bara sesaat. "Fara kan keponakannya kepala sekolah."

Bara diam. Ia menunduk dan memikirkan perkataan Keyla.

"Kecuali kalau kak Bara yang di bully, pasti semua guru bakalan ngeluarin anak itu dari sekolah."

Benar. Andaikan Keyla punya posisi sekuat Bara, yang kaya dan punya banyak piala, pasti dia tidak akan bisa diinjak-injak.

Yang Keyla punya hanya suara ngotot dan keberanian.

"HAAAYYY KEYLA MAHARANII."

Keyla melengos begitu mendengar suara cempreng itu.

"Masih hidup aja. Katanya kemarin mau masang foto gue di surat bunuh diri lo?" ledek Fara, duduk di sebelah Keyla. Sebelah tangannya merangkul gadis itu.

"Loh, kenapa gak lanjut makan? Gih makan, gak usah segan sama gue."

Keyla menghempas tangan itu. Wajahnya menatap geram ke arah Fara.

Fara melirik teman-temannya, kemudian mereka tertawa cekikikan.  "Serem amat Bu, kayak belum gajian."

"Senyum dong, Key. Jangan suram-suram," ujarnya sembari mencubit pipi Keyla, memaksa gadis itu tersenyum.

For The Sweetest, Keyla [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang