42

2.8K 145 1
                                    

Happy reading guys...!!
.
.
.
.
.

Aska dan Adele memasuki rumah. Namun di dalam rumah tidak ada Aris dimana pun. Mereka hanya melihat kedua orang tuanya yang sedang duduk saling diam. Saat mereka akan kembali ke luar, bunda Nikita memanggil keduanya.

"Arsy, Adel.. Sini dulu nak..!" panggil bunda Nikita pada keduanya. Keduanya pun pergi bergabung ke ruang tamu bersama ayah dan bundanya.

"Ada apa bund?" tanya Aska yang tahu jika adeknya tidak ingin banyak bicara jika di depan ayahnya.

"Adel sayang... Kamu pasti sudah tahu siapa ayahmu kan sayang? Sekarang ada ayah kamu di depanmu. Silahkan apa yang mau Adel sampaikan, atau apa yang mau Adel utarakan sama ayah?" ujar bunda Nikita dengan lembut pada Adele.

Adel hanya diam saja. Dia hanya menunduk dan tak bersuara sedikit pun. Pikirannya berkecamuk, dia merasa bahagia, sedih, kecewa dan bingung. Ya, dia bahagia bahwa dia memiliki seorang ayah, dan ayahnya tahu siapa dirinya. Dia sedih karena kenapa dia bertemu ayahnya saat dia sudah sebesar ini?. Dia kecewa karena kenapa ayahnya hanya diam saja seperti itu saat tahu bahwa dia adalah putrinya. Dia juga kecewa pada ayahnya karena telah menyakiti perasaan bundanya, juga telah menelantarkan dia dan bundanya. Dan dia pun bingung, dia bingung dia harus melakukan apa? Sikap yang bagaimana yang harus di tampilkan olehnya saat ini?

Dia benar-benar bingung. Apakah dia harus bahagia dan memeluk ayahnya? Ataukah sedih dan menangis, pergi dari sini karena marah dan kecewa pada ayahnya. Atau mungkin dia harus diam saja?? Semua pikiran-pikiran itu berputar di dalam kepalanya. Hingga ia bingung apa yang harus ia lakukan.

"Sayang..?" tanya bunda Nikita lagi, menyadarkan Adele dari berbagai macam pikirannya.

"Ah.. Emm..??" ujarnya gelagapan.

"Khem..!!" deheman Alex memecahkan suasana canggung itu.

"Adel.." ujar Alex lirih.

"Adel.. Maafkan ayah nak, ayah benar-benar minta maaf sama kamu nak. Maafkan ayah yang telah menelantarkan kamu dan bunda.. Ayah benar-benar menyesal... Ayah mohon maafkan ayah...🙏🙏" Alex pergi ke tempat Adele duduk, dan berlutut di depan Adele yang sedang duduk dan menunduk.

"Kamu tahu nak, saat pertama ayah lihat kamu waktu wawancara kerja. Ayah merasa hati ayah merasa aneh. Ada rasa rindu dan nyeri di ulu hati ayah. Ayah merasa seperti ada ikatan batin dengan mu, apalagi saat kamu pingsan di kantor. Ayah merasa sedih dan aneh.. Ternyata... ternyata itu adalah ikatan batin antara ayah dan putri kandung ayah.. Nak, maafkan ayah yang bodoh dan tidak tahu bahwa kau adalah putri ayah.. Ayah mohon maafkan ayah sayang...🙏🙏"

"Ayah mohon jangan abaikan ayah sayang.. Ayah mohon maafkan ayah nak, hal apa yang mau kamu lakukan buat ayah agar kamu bisa maafkan ayah..? Ayah akan melakukan apapun buat kamu nak. Jika kamu ingin pukul ayah, silahkan nak. Pukul ayahmu yang bodoh dan berengsek ini. Pukul nak pukul..." ujar Alex berlinang air mata, sembari memukul-mukul wajahnya sendiri.

"Cukup..!! Cukup ayah jangan pukul wajah ayah lagi..!" ujar Adel sembari memegang kedua tangan ayahnya.

Dia menatap dalam mata ayahnya, dia tahu hal yang dia lakukan adalah tindakan yang tidak sopan. Namun, dia terpaksa melakukan itu karena ingin tahu, apakah ayahnya benar-benar tulus, atau hanya sekedar bualan saja. Namun, saat ia melihat kedua bola matanya, ia melihat semua kesedihan, ketulusan, keputus-asaan, kekhawatiran, dan kelelahan yang terpancar jelas dimatanya.

"Ayah, ayah gak perlu minta maaf.. Karena ayah tidak ada salah sama Adel. Adel tahu semua manusia itu pasti punya salah dan dosa. Jika pun ayah ingin minta maaf, ayah minta maaflah pada bunda. Memang, memang Adel sangat-sangat kecewa sama ayah. Kenapa dulu ayah tak pernah ada untuk Adel?

Dulu, Adel sangat-sangat tidak tahu bagaimana rasanya disayang oleh ayah. Terkadang Adel menangis ketika ada teman yang menceritakan kebahagiaan suasana keluarganya. Dimana ada ayah, bunda, kakak dan adiknya.

Adel selalu berfikir dan bertanya-tanya. Kenapa ayah kenapa? Kenapa engkau terlalu jauh untuk Adel gapai? Ayah, di banyak cerita yang Adel dengar, di banyak film yang Adel tonton, anak perempuan akan menyandarkan kepalanya pada bahu tegas milik ayahnya, membiarkan air matanya membasahi bahu milik ayahnya. Tapi ayah, kenapa bahumu itu terlalu jauh buat Adel bersandar? Bahkan Adel tidak tahu dimana engkau berada.

Namun, Adel sadar. Daun yang jatuh tak pernah membenci anging. Begitu juga perasaan anak pada ayahnya. Begitu pun perasaan Adel padamu ayah. Adel tak pernah satupun menyimpan rasa benci padamu. Adel memang kecewa sama ayah. Tapi bukankah saling memaafkan itu lebih indah? Bukankah hidup ini akan lebih indah jika dijalani dengan kedamaian." ujar Adele panjang lebar dengan tegar, menahan air mata yang hendak jatuh.

"Ayah... Ayah sangat bangga sama kamu nak. Makasih... Makasih kamu telah memaafkan ayah..." ujar Alex sembari memeluk Adele dan menangis. Adel yang tak kuasa menahan air matanya, ia pun ikut menangis.

"Ayah.. Adel rindu ayah.. Adel ingin merasakan kasih sayang ayah... Adel ingin tahu... Bagaimana rasanya punya ayah seperti yang mereka katakan.. Adel ingin tahu rasanya dimanja oleh ayah.. Adel ingin tahu rasanya dimarahi sama ayah.. Adel ingin tahu rasanya di nasihati oleh ayah... Adel ingin berlindung di balik sosok ayah yang gagah.. Adel ingin merasakan itu semua ayah...Huhuhuuuuu😭😭😭" adu Adel pada ayahnya.

"Maafkan ayah sayang.. Maafkan ayah... Ayah janji akan selalu ada buat kamu nak, ayah janji ayah akan jadi sosok pelindung yang kau harapkan.. Ayah akan melakukan semua yang kamu inginkan sayang... Maafkan ayah...." ujar Alex makin berlinang air matanya.

Bahkan, bunda Nikita dan Aska pun ikut menangis menyaksikan pertemuan kedua ayah-anak itu.

~~~

Next👉

AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang