1. Pertemuan

49 3 1
                                    

Pagi ini hujan sudah mulai berdatangan dari langit. Jam menunjukkan pukul 06:00 pagi dan gadis ini sedang membenahi pakaian juga memoles make up ke wajah cantiknya. Ini adalah hari pertama dia bekerja sebagai promotor di sebuah supermarket tengah kota. Awalnya dia ragu untuk mengambil pekerjaan ini. Tapi rasa ragu itu terkalahkan mengingat dia tidak memiliki cukup uang untuk kebutuhan hidupnya. Dia membutuhkan pekerjaan, seharusnya tidak perlu banyak memilih bukan? Lagi pula pekerjaan ini hanya memakan waktu tiga bulan saja. Ya, dia hanya promotor sementara menggantikan seniornya yang sedang cuti melahirkan.

Pagi ini ia berangkat dengan suka cita menyambut pekerjaan baru dan pertamanya. Tanpa sarapan, ia langsung berangkat ke tempat tujuannya menggunakan bus. Hujan mulai berubah menjadi gerimis saat memasuki perbatasan kota dan kabupaten. Sampai di terminal, ia langsung menuju angkutan kota. Jam menunjukkan pukul 06:40 dan dia masih dalam perjalanan.

"Aduuh bisa telat nih", gumamnya.

Sebenarnya laju angkutan kota sudah cukup kencang, hanya saja karena melewati tengah kota yang notabene banyak sekali traffic light di persimpangan jalan membuat angkutan sering kali berhenti.

"Kiri, pak", teriak gadis itu.
Lalu segera memberikan uang ongkos dan berlari menuju supermarket di seberang jalan. Dengan sedikit berlari kecil, ia sudah sampai di pintu masuk khusus karyawan. Jam dinding di dalam ruangan itu menunjukkan pukul 06:50, ia menghembuskan nafasnya lega karena tidak terlambat.

Segera ia menuju meja absen di depannya dan meminta ID Card kepada petugas security. Dengan langkah sedikit ragu ia berjalan ke arah lift dan menekan tombol lantai 1. Sesampainya di lantai 1, dia langsung disambut dengan pemandangan karyawan juga beberapa sales promotor lainnya.

"Bismillah, semoga menjadi awal yang baik", ucapnya dalam hati sambil membuang nafasnya pelan.

"Nah itu dia pengganti Lisa, hei, kemarilah", panggil seorang laki-laki dengan tubuh besar dan suara lantangnya. Dia tersenyum ke arah gadis yang sedang berjalan ke arahnya. Karyawan dan sales promotor lainnya juga menatap gadis itu.

"Hai semua, selamat pagi".
Sapa gadis itu dengan senyum yang mengembang.

"Pagi, oh iya, perkenalkan dirimu. Kita akan jadi satu tim sekarang. Kau pengganti sementara untuk Lisa kan? Ah iya, saya Arvin, team leader divisi ini". Ucap Arvin sambil menyalurkan tangannya.

"Ah, iya Pak. Saya memang menggantikan kak Lisa untuk tiga bulan ke depan. Nama saya Rose Summerset, panggil saja Rose." Jawab Rose dengan menjabat tangan Arvin.

"Baiklah Rose, mulai hari ini kau bekerja tim bersama kami. Dan, setelah briefing ini kau bisa memulai pekerjaanmu. Sudah tahu job deskmu kan?".

"Iya, sudah Pak." Jawab singkat Rose dengan anggukan.


Setelah briefing selesai, mereka langsung menuju ke tempat masing-masing. Rose memang pribadi yang supel sehingga ia tidak kesusahan berbaur dengan karyawan dan teman-teman lainnya. Adaptasinya hari ini sangat baik sehingga tak terasa jam kerjanya sudah usai. Waktu menunjukkan pukul 15:15, setelah serah terima tugas dengan shift siang, ia pamit dan menuju lift untuk pulang. Sampai di depan meja security ia langsung melepas tanda pengenal dan menyerahkannya.

"Anak baru ya mbak? Kok saya gak pernah tau", tanya petugas security.

"Eh iya mas, saya baru disini. Baru hari ini masuk." Seperti biasa, Rose menjawab dengan anggukan dan senyum khasnya.

"Jangan digangguin Zon, modus banget ente nah", ucap laki-laki yang tidak asing baginya. Ya, dia adalah Pak Arvin.

"Ah elah negatip mulu pikiran lu. Gue cuma kenalan Vin. Ya kan mbak?" Zona

Rose menggeleng sambil tertawa kecil.
"Iya mas, terserah deh. Yaudah, saya permisi." Rose buru-buru pamit.


**


Di halte samping supermarket, Rose menunggu angkutan kota. Sudah 20 menit dia menunggu namun tak ada tanda-tanda kemunculannya. Di seberang jalan, seorang laki-laki berperawakan tinggi dan besar melihat Rose. Dia mengamati dan memutuskan menuju halte tempat Rose menunggu. Dengan menggunakan kuda besinya, ia menancap gas cukup kencang. Sesampai di depan Rose, ia hanya diam dan membuka kaca helmnya. Rose mengamati laki-laki yang sudah menoleh ke arahnya.

"Mau menunggu berapa lama, cantik?", seloroh laki-laki itu.

Tanpa menghiraukan pertanyaan laki-laki itu, Rose memalingkan wajahnya dan mendapati angkutan kota yang menuju ke arahnya. Ia bergegas menghentikan dan naik ke dalam. Rose langsung duduk dan mengambil handphone untuk menghubungi seseorang.


To: My Bro
Jemput aku di terminal 20 menit lagi. Jangan terlambat!



Rose mengirim pesan kepada kakaknya, Albertin Castaro.















Next?..
Jangan lupa vote dan comment!

My RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang