Udara subuh menembus kulit halus seorang Rose. Ia sengaja bangun pukul 04.00 pagi demi bisa menghirup hawa suci pagi hari. Ini adalah hari liburnya dan ia memutuskan untuk me time sejenak dengan melakukan jogging.
"Seger banget udara pagi. Untung aja ga ujan", gumam Rose lirih.
Ia sengaja memilih rute yang agak jauh dari rumahnya. Mengingat bahwa Rose jarang sekali melakukan aktivitas ini, ia langsung mengabadikan momen dengan mengambil foto selfie dirinya didekat area persawahan. Background yang menampilkan pegunungan dan hamparan sawah yang luas itu berhasil membuat hasil foto alam yang indah, membuat senyum manis Rose mengembang sempurna. Udah kayak adonan kue gasih, mengembang sempurna. Alah alah..
Rose melanjutkan langkahnya menuju rumah. Sesampai di rumah, ia langsung duduk dikursi teras sambil mengatur nafasnya yang ngos-ngosan. Setelah dirasa cukup, ia beranjak masuk. Namun langkahnya terhenti saat Rose mendapati amplop coklat tergeletak di lantai depan pintu rumahnya.
"Apa ini? Milik siapa?", tanya Rose dalam hatinya.
Rose membuka amplop itu dan mendapati isinya adalah secarik kertas bertuliskan "MAAF". Rose mengernyitkan dahinya, bingung dan juga sedikit takut. Buru-buru dia masukkan lagi kertas itu ke dalam amplop dan membuangnya ke tong sampah. Ia melanjutkan langkahnya masuk ke dalam rumah.
**
Jam menunjukkan pukul 12:00 siang. Rose berencana mengunjungi sahabatnya, Dhena. Sebelum berangkat, ia tak lupa mengirim pesan konfirmasi kepada Dhena.
To: Dhena Lova
Aku berangkat, wait fo meehh ❤️Tak berselang lama, Dhena membalas pesan sahabatnya itu.
From: Dhena Lova
Baiklah, hati-hati di jalan.
Ku tunggu jandamu..
Eh engga deeeng, dirimu.. 🙈
Diseberang sana, Rose tertawa kecil membaca pesan balasan dari sahabatnya itu lalu memasukkan ponselnya kedalam tas. Untuk kunjungannya kali ini, Rose memilih mengenakan blouse berwarna nude dipadu celana jeans hitamnya. Tak lupa ia menggerai rambut coklat yang sudah ia curly sedikit dibagian ujung lalu memakai anting silver berbentuk hati. Mengenakan flat shoes berwarna senada dengan atasanya. Sambil membawa sling bag berwarna hitam.
Rose keluar rumah lalu berjalan menuju halte bus. Hari ini masih mendung, walau air Tuhan tidak turun tapi tetap saja membuat Rose harus berjaga-jaga dengan membawa payung. Seperti kata pepatah, sedia kamu sebelum dia, eehh!? Loh kok? Ok, lupakan.
Rose sudah mendapatkan busnya. Tepat setelah ia masuk dan duduk, hujan turun dengan sangat derasnya.
"Aku pikir air Tuhan tidak turun, tapi ternyata belum turun. Baiklah." Gumam Rose dalam hati sendunya. Perjalanan kali ini memakan waktu 20 menit, Rose memilih untuk mendengarkan lagu agar dirinya tidak bosan.
Tiba di halte dekat rumah Dhena, Rose disambut guyuran air hujan yang cukup deras. Bahkan cukup membuat jeans bagian bawah Rose basah. Saat akan berjalan menuju rumah Dhena, Rose mencari-cari payung yang ia bawa. Rupanya payung tersebut tertinggal di kursi sampingnya tadi. Lalu, ia mencoba menghubungi Dhena untuk mengatakan jika saat ini dirinya terjebak hujan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Rose
Teen Fiction📌 ON GOING STORY 📌 Rose Summerset, seorang gadis berusia 19 tahun yang jalan hidupnya sungguh penuh liku. Berjuang untuk dirinya sendiri demi mendapatkan kehidupan yang layak. Tentunya setiap jalan yang ia lalui tak sesuai dengan apa yang ia ekspe...