Sore ini, Arvin dan Rose tengah menikmati Alpukat kocok ditemani rintik hujan bulan November. Rose sudah meminta ijin pada kakaknya jika ia akan pulang sedikit terlambat dari biasanya. Dan sudah pasti, kakaknya memberikan batas waktu sebelum pukul 20:00 ia sudah harus berada di rumah. Jam menunjukkan pukul 17:45, Rose bergegas menghabiskan alpukat kocoknya dan mengajak Arvin untuk pulang.
"Ayo, Pak. Ini sudah senja, pasti kakakku menunggu di rumah." Ajak Rose pada Arvin.
"Rose, panggil saja namaku atau dengan sebutan selain 'Pak', aku tidak setua itu btw", ucap Arvin dengan kekehan.
"Hah? Sebutan yang lain? Apa?" Rose bertanya serius.
"Emm.. Sayang juga boleh", tawa Arvin meledak saat melihat raut wajah Rose yang berubah menjadi malas. Rose memang cukup cantik, namun sayang dia juga cukup lemot.
"Ah baiklah, Abang saja kalau begitu. Lebih baik bukan?" Rose.
"Ya terserah padamu, kau bisa panggil aku 'Pak' jika kita sedang bekerja saja. Oke?" Arvin mengatakan sambil mengangkat ibu jarinya kepada Rose. Rose membalas dengan tersenyum.
Setelah gerimis cukup reda, mereka berdua memutuskan untuk segera pulang. Mengingat Rose hanya ijin sampai pukul 18:30 saja. Di perjalanan, mereka masih sempat bercakap sesekali bercanda membuat mereka tak terasa sudah sampai depan rumah Rose.
"Baiklah, terimakasih atas traktirannya. Hati-hati di jalan. Sampai jumpa besok." Ucap Rose sambil melambaikan tangannya pada Arvin dan berjalan menjauh, masuk ke dalam rumahnya.
Sedangkan Arvin hanya mengangguk dan langsung memacu kuda besinya menuju rumah. Sore ini senyum Arvin mengembang sempurna sampai ke dalam rumahnya.
**
Rose telah melewati satu bulan pertamanya bekerja disini. Ia sangat bangga karena bisa menembus target penjualan bulan ini dengan baik. Arvin selaku team leadernya juga merasakan adanya peningkatan penjualan produk hingga 25%. Nilai yang terlihat sedikit, tapi itu cukup banyak mengingat Rose masih baru disini. Pekerjaan Rose pun tidak hanya berjualan dan menawarkan produk. Sesekali ia membantu karyawan tempatnya bekerja menata dan mendisplay barang, membersihkan gudang frozen dan mengambil barang datang di gudang ekspedisi. Semua itu ia kerjakan dengan suka hati tanpa mengeluh. Baginya, itu adalah suatu kewajiban selama ia bekerja untuk mendapatkan haknya.
Jam istirahat pun tiba, tapi Rose tetap setia menata produknya dengan rapi sambil mengecek ulang apakah barang datang sesuai estimasinya atau tidak. Ia tidak menghiraukan perutnya yang sedari tadi bergemuruh meminta asupan. Ia fokus mengecek dan menata ulang karena barang yang datang cukup banyak, ya hanya 17 karton. What? Hanya, wt..
Saking fokusnya ia menata, Rose tidak menyadari kehadiran customer yang tengah memilih produknya. Lalu terdengar suara laki-laki membuyarkan konsentrasinya.
"Mbak, yang ini harganya berapa ya? Kok disini nggak ada price tag nya?"
Rose menoleh ke sumber suara, mendapati laki-laki dengan wajahnya yang berjambang dengan tubuh tinggi dan tegap, tidak lupa bau parfum yang menyeruak ke hidung Rose. Mata mereka saling bertemu. Rose yang sedari tadi hanya terdiam, kini mulai mengingat raut wajah yang ada di hadapannya. Pria itu menatap Rose dengan bola mata yang membulat.
"Loh, kamu kerja disini?" Tanya pria itu.
Rose yang sedikit menyadari pun langsung menganga.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Rose
Novela Juvenil📌 ON GOING STORY 📌 Rose Summerset, seorang gadis berusia 19 tahun yang jalan hidupnya sungguh penuh liku. Berjuang untuk dirinya sendiri demi mendapatkan kehidupan yang layak. Tentunya setiap jalan yang ia lalui tak sesuai dengan apa yang ia ekspe...