15. Perbedaan

14 2 0
                                    

2 minggu sebelumnya..

Claudia menutup pintu mobilnya. Wanita itu berjalan menuju pintu rumah berwarna coklat yang terbuka. Pemilik rumah sedang bersenandung di ruang tengah sambil menyapu lantai. Alunan musik sesaat menutup pendengaran gadis belia itu ketika Claudia mengetuk pintunya berulang. Hingga saat ia tersadar, gadis itu buru-buru menaruh sapu dan mencuci tangannya. Ia beralih menekan tombol power off di speaker bluetooth miliknya. Terlihat senyuman Claudia membuatnya kikuk sejenak lalu mempersilahkan wanita paruh baya itu duduk di kursi ruang tamu.

"Tante, mengapa tidak menghubungi dulu? Rose bahkan belum menyiapkan diri." Kilah Rose setelah mencium punggung tangan Claudia.

"Ah tidak perlu, Sayang. Hanya sebentar. Lagi pula sebaik-baiknya rencana lebih baik hal yang mendadak, bukan?" Jawab Claudia tenang.

Buru-buru Rose masuk ke dapur menyiapkan minuman dan mengambil toples kudapan. Ia membawa kembali ke ruang tamu dan menyajikannya.

"Tidak perlu repot-repot, Rose. Duduklah, ada yang ingin tante bicarakan."

Rose duduk Claudia. Ia lebih tenang, sejauh ini Claudia adalah wanita dengan penuh teka-teki dan kejutan, membuat Rose paham betul karakter ibu dari sahabatnya itu.

"Beberapa hari yang lalu, kau sedang tidak baik-baik saja dengan Chris. Apakah aku salah?" Pertanyaan itu melesat sempurna. Rose sedikit heran namun mencoba tetap tenang.

"Tentu saja tidak. Diammu memiliki arti jika tebakanku tidak salah." Imbuh Claudia.

"Apapun permasalahan yang sedang kalian hadapi seharusnya tidak perlu berbuntut panjang begini, Rose. Apakah kesalahan Chris sangat fatal sehingga membuatmu menjauhinya?" Kali ini tatapan Claudia sedikit mengintimidasi. Rose memalingkan tatapan mata itu.

"Maaf sebelumnya, tapi ini tidak seperti apa yang tante pikirkan. Aku dan Chris memang berselisih paham tempo hari, namun hal itu tidak fatal dan membuat persahabatan kami merenggang." Jawab Rose sopan.

Claudia meneguk tehnya. Ia kembali menatap Rose, menunggu penjelasan selanjutnya.

Rose membuang nafasnya pelan. Kali ini mencoba menenangkan pikiran dan hatinya. Jujur saja, setelah kejadian tempo hari, ia memang sengaja tidak menghubungi Chris karena dirinya disibukkan dengan urusan pekerjaannya.

"Ada beberapa hal yang ingin tante bicarakan padamu, Rose. Kau tahu, Chris adalah anak sulung kebanggan keluarga Claymoonathan. Tidak seharusnya ia menjadi pemuda linglung hanya karena urusan wanita." Claudia memalingkan wajahnya dari Rose.

"Tante tahu, Chris sangat mencintaimu. Aku dan Theo juga tidak pernah melarang hal itu. Tapi jika hal itu mempengaruhi masa depannya, kami tidak akan membiarkannya terjadi begitu saja."

"Bahkan selama ini kami juga sudah menganggapmu seperti anak sendiri. Seharusnya kau lebih paham arti dari sebuah keluarga, yaitu saling menjaga." Lanjut Claudia dengan senyum mengembang di wajahnya.

Rose masih berpikir arah pembicaraan Claudia akan bermuara kemana. Tidak seperti biasanya, Claudia seolah mengajak Rose berpikir lebih dalam akan pembahasan saat ini.

"Jadi, maksud tante... "

"Come on, Rose. Are you kidding me? Kau gadis yang cerdas. Apa kau tidak paham dengan maksudku?" Kali ini Claudia tersenyum sambil mengangkat satu alisnya. Ia menatap Rose menunggu jawaban.

Nihil. Rose membalas dengan gelengan kepala, pelan.

Claudia tersenyum kecut. Ia membuang nafasnya kasar.

"Kau jelas paham, Rose. Hanya saja saat ini kau belum sepenuhnya mau mengambil keputusan. Chris mengagumimu sejak awal, bahkan saat ini perasaannya sudah menggebu kepadamu. Dia menyukaimu, bahkan mungkin telah jatuh cinta padamu. Namun, ada satu hal yang dia lupa." Claudia menggantungkan ucapannya.

My RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang