2. Pendekatan

46 4 1
                                    

Rose sudah sampai di rumahnya. Ia merebahkan tubuhnya ke atas kasur dan memejamkan matanya. Menikmati deru kipas angin yang tertempel pada dinding kamar yang menabrak tubuhnya yang gerah. Padahal udara di luar cukup dingin karena masih gerimis.

"Rose, aku pergi dulu. Makanan sudah aku siapkan di meja." Ucap Albertin di ambang pintu kamar Rose. Tanpa menunggu jawaban Rose, ia langsung beranjak dan pergi meninggalkan halaman rumahnya.


Rose beranjak dari kasurnya dan menuju kamar mandi. Setelah mandi ia berganti pakaian rumah andalannya, kaos oblong berwarna hitam dan hotpants jeans. Ia menuju meja makan, melihat ada nasi, sayur sop dan ayam goreng. Tanpa jeda ia langsung mengambil piring dan sendok. Rasa lelah bekerja dan juga lapar yang ia tahan sejak jam makan siang membuatnya kalap saat menyantap makanan di hadapannya.


**


Seperti biasa, pagi ini masih diguyur hujan yang tidak terlalu lebat namun cukup membuat mood seorang Rose sedikit turun. Seminggu ini ia mendapat jadwal shift pagi, masuk pukul 07:00 dan pulang pukul 15:00.

"Rose, aku antar ya. Kemarin sudah ku belikan mantel untukmu." Albertin.

"Tumben, tapi terimakasih." Rose menjawab tanpa melihat kakaknya itu. Ia sibuk membuat nasi goreng untuk sarapan dan juga untuk bekal ia bekerja. Ia tidak mau lagi menahan lapar gara-gara tidak sarapan dan juga tidak makan siang. Kemarin saja uangnya hanya cukup untuk membeli sebungkus roti di kantin supermarket. Setelah semua selesai, ia menghidangkan nasi goreng di meja makan dan sarapan bersama kakaknya. Sengaja ia sisakan sedikit untuk bekal makan siangnya nanti.


Setelah sarapannya selesai, ia segera mengajak kakaknya berangkat. Jam sudah menunjukkan pukul 06:08. Sesampai di depan supermarket, ia mencium punggung tangan kakaknya dan berpamitan. Seperti kemarin, ia meminjam tanda pengenal ke meja security. Karena Rose hanya bekerja 3 bulan saja, ia tidak dituntut membuat ID Card seperti para rekannya.

"Hai, pagi semua." Sapa Rose dengan senyum manisnya kepada teman-teman satu divisinya.

"Aduuh dek Rose, kalo senyum biasa aja. Klepek-klepek abang jadinya." Dean, karyawan bagian meat and fish.


Rose yang mendengarnya hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Ia langsung menuju tempat  showcase dan menata produk dagangannya. Melakukan pembersihan, menata produk sesuai urutannya, mengecek tanggal expired dan melakukan FIFO (first in first out). Setelah dirasa sudah selesai, ia mengeluarkan ponselnya dan mendokumentasikan hasil kerjanya. Merasa cukup dan puas akan tatanan yang ia garap, Rose menuju ke bagian gudang untuk mengecek stok barang miliknya. Belum sempat berbelok ke arah gudang frozen, ia dikejutkan dengan suara Arvin, team leadernya.

"Rose, kemari", panggil Arvin sambil mengayunkan tangannya.

Rose berjalan menuju Arvin dengan sedikit berlari. Ia mendapati banyak sekali barang datang yang dibawa Arvin dari gudang ekspedisi di basement.

"Tolong kau bawa ini ke gudang frozen dan satu palet di sebelahmu, kau bawa ke depan showcase. Kita akan menatanya, nanti ku bantu. Aku harus mengurus sisa barang yang lainnya. Oh iya, dimana Gloria?" Tanya Arvin sambil celingukan mencari keberadaan staffnya itu.

"Pak, aku disini. Tadi aku sedang membersihkan gudang frozen bersama Adi", terang Gloria.

"Baiklah, bawa itu. Dan Rose, bawa itu sesuai perintahku. Terimakasih." Arvin.

Rose langsung menarik palet dengan tujuh tumpukan karton tersebut. Ia segera menuju showcase dan memulai menata barangnya disana. Bingung, itu adalah kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana raut wajah Rose saat ini. Bahkan meski sudah mulai terbiasa menata produknya sendiri, ia masih kebingungan dalam menata barang di depannya.

"Bagaimana Rose? Sudah selesaikah?" Arvin.

Bagaimana bisa ia semudah itu mengajukan pertanyaan yang bahkan ia sendiri bisa melihat kalau barang yang baru saja Rose bawa tadi belum sepenuhnya tertata rapi di rak showcase ini.

"Emm.. Maaf Pak, saya belum menyelesaikannya. Saya bingung karna barang disini juga masih penuh, harus ditaruh di sebelah mana lagi ya?" Tanya Rose sambil memandang wajah Arvin.

"Hahaha tidak usah bingung Rose, kau tinggal menggeser barang ini, lalu kau fifo saja. Setelah itu urutkan yang rapi dari rak atas hingga bawah, mudah bukan? Oke, mari ku bantu agar lebih cepat." Tangan Arvin langsung cekatan mengambil barang di depannya dan menata barang-barang ini sambil di bantu Rose.


Tujuh karton barang sudah usai ditata oleh Arvin dan juga Rose. Masih ada sisa beberapa item tapi Arvin menyuruh Rose untuk menaruhnya di gudang frozen. Rose langsung melangkah menuju gudang dan tak lupa ia memakai jaket khusus untuk masuk ke gudang frozen. Bagaimana tidak, suhu di gudang frozen diatur -20°C. Siapapun yang masuk kesana pastilah merasa dingin, dingin sekali.

**


Jam selesai istirahat kurang 20 menit lagi. Rose yang sudah menghabiskan bekalnya kini sedang duduk sambil mengecek instagram miliknya. Ia melihat postingan beberapa selebgram yang ia ikuti. Adapun ia hanya menonton instagram stories milik temannya. Mulai dari yang memposting makanan, daily routine, quotes of the day, sampai curhatan yang menyayat hati. Hm.. cukup menghibur melihat hal yang dilakukan orang lain apalagi jika itu adalah hal yang membahagiakan. Seseorang telah duduk disamping Rose tanpa permisi, membuat Rose memalingkan wajah dari ponselnya. Ia melihat Arvin menatap Rose dan menawarkan sebotol jus jambu, buah yang sangat tidak Rose sukai.

"Ini untukmu", terang Arvin sambil memberikan sebotol jus pada Rose. Berbeda dengan Rose yang hanya menatap Arvin lalu botol jus dan kembali lagi menatap Arvin dengan bingung.

"Buat saya, Pak? Tapi saya ngga suka jambu Pak, maaf." Jawaban Rose langsung diangguki oleh Arvin.

"Lalu, kamu suka buah apa?" Arvin.

"Paling suka alpukat dan apel", jawab Rose dengan senyum mengembang di wajahnya.

"Wah, ternyata selera kita sama, aku juga suka alpukat. Bagaimana kalau sepulang bekerja aku mengajakmu ke kedai Alpukat kocok di ujung jalan ini. Kau mau? Katanya Alpukat kocok disana enak dan juga banyak porsinya." Mata Arvin menatap Rose dengan senyum mengembang sempurna, menandakan ia benar-benar mengajak Rose dan tidak menerima penolakan.

Rose diam sambil menimbang-nimbang ajakan Arvin yang tak lain adalah atasannya.

"Baiklah, tapi tidak lebih dari jam 18:00 sore. Jika tidak, kakakku bisa marah nanti. Aku akan ijin dulu padanya." Rose.

Arvin membalas dengan senyuman dan anggukan, ia lalu mengajak Rose kembali ke toko untuk menyelesaikan pekerjaan mereka hari ini. Sedangkan, di belakang Arvin dan juga Rose yang tengah asyik berbicara dan kadang melempar candaan itu, ada seorang gadis yang menatap benci keduanya. Dia tidak rela jika Arvin merasakan kebahagiaan tapi bukan dari dirinya.





***


















Next???
Don't forget to voment!!  🙌

My RoseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang