Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Fay mengembuskan napas panjang. Sebenarnya, Fay sama sekali tak meminta Faza untuk membantunya, tetapi nyatanya Faza dengan sukarela melakukan itu malam ini tanpa ia ketahui sebelumnya.
Awalnya, Fay kira Faza murni hanya mengajaknya untuk menonton pertunjukan teater dengan Alex sebagai komposer musik pengiringnya. Namun, nyatanya Faza memiliki maksud lain. Fay sama sekali tidak menyalahkannya. Hanya saja ... apa yang harus Fay lakukan sekarang? Apakah ia memang harus melakukan ini untuk membuktikan kebenaran dari perkataan Faza?
Sekali lagi, Fay mengembuskan napasnya. Kemudian tangan kanannya tergerak untuk menyentuh dada. Beberapa menit yang lalu, apa yang ada di dalam sana berdebar dengan tak biasanya sesaat setelah Fay mendengarkan apa yang Alex ucapkan padanya. Memang hanya sebuah pujian biasa, Fay bahkan suka mendengarnya dari orang lain. Tapi mendengarnya dari Alex ... entah kenapa rasanya berbeda.
You look beautiful, as always. Lima kata itu tak bisa Fay enyahkan dari kepala begitu saja seolah menghantuinya setiap detik. Dan tanpa Fay duga, debaran aneh itu dapat muncul kembali hanya karena memikirkannya.
Fay tertunduk sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Apakah ia masih tetap harus memastikan jika kejadian sebenarnya sudah begini?
"Fay."
Terlalu tiba-tiba, panggilan itu membuat Fay terkejut. Cepat-cepat ia mengangkat kepala dan menemukan Alex telah berdiri menjulang di hadapannya.
Alex telah berganti pakaian mengenakan setelan yang biasa ia pakai, yakni perpaduan antara kaus, jaket, celana jeans, dan tak lupa dengan converse hitamnya. Di punggung laki-laki itu terdapat tas gitar, sementara tangan kanannya menenteng hard case biola yang biasa Fay lihat ketika Alex ke rumahnya.
"Kamu ngantuk ya, gara-gara kelamaan nungguin saya?" tanya Alex dengan secuil raut cemas di wajahnya. "Maaf ya, habis evaluasi saya sama yang lain harus clear up area panggung dulu."
Tampaknya Alex mengira Fay sempat ketiduran tadi. Padahal yang sesungguhnya terjadi adalah Fay sibuk memikirkan laki-laki yang berada tepat di depannya saat ini. Fay pun mengukir senyum kecil di wajahnya. "Nggak, Kak, saya cuma agak bosan aja," Fay pun terpaksa beralibi.
Percakapan mereka terhenti sejenak karena suara berisik yang berasal dari pintu auditorium. Dari kursi tunggu yang didudukinya, Fay dapat melihat rombongan orang yang tangannya penuh dengan berbagai barang. Fay pun berasumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang terlibat dalam pertunjukan bersama Alex.
Rombongan itu kemudian terdiam sejenak dan saling pandang, lalu berpura-pura batuk dan tersenyum penuh arti pada Alex.
"Oh, pantesan aja buru-buru mau balik nih anak, ada yang nungguin ternyata," celetuk salah seorang lelaki yang tidak Fay ketahui siapa. Tapi yang jelas, ia pasti temannya Alex.
Fay melihat Alex hanya membuang napas lelah, tampak malas untuk meladeni orang itu. Tanpa membalas, Alex membiarkan rombongan itu melewatinya meski ada beberapa yang sambil meledek dan menggodanya. Laki-laki yang tadi bahkan masih sempat-sempatnya berhenti di samping Alex sambil merangkulnya.