🕘 chapter eight: what will happen next?

4.5K 552 6
                                    

"Za, adek lo sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Za, adek lo sakit." Adalah kalimat pertama yang Alex ucapkan tatkala Faza akhirnya menjawab telepon.

Alex merasa tidak bisa diam begitu saja setelah melihat bagaimana kondisi Fay saat membukakan pintu tadi. Memang suara gadis itu tak menunjukkan tanda-tanda seperti orang sakit di telepon, namun wajah dan bibir yang pucat, mata sayu, serta peluh yang membasahi dahi telah memperjelas semuanya.

Fay bahkan cukup keras kepala dan berkata dengan yakin kalau ia tidak apa-apa, kemudian ia meninggalkan Alex begitu saja yang sudah jelas-jelas mengkhawatirkan dirinya.

Maka dari itu, Alex putuskan untuk menghubungi Faza terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

"Hah?" Faza terdengar terkejut. "Fanny maksud lo?"

Alex menggeleng meskipun tahu Faza takkan bisa melihatnya. "Fay," sahutnya kemudian.

"Hah? Serius lo?"

"Ya lo pikir gue lagi bercanda?"

Faza terdiam sejenak. "Sakit apa, Lex?" Kecemasan mulai memenuhi dirinya. "Gue beneran nggak tau karena tadi pagi sebelum sekolah dia kelihatan sehat dan nggak ada ngeluh apa-apa."

"Gue nggak tahu pasti, Za, pas gue tanya aja dia jawab nggak apa-apa."

Embusan napas Faza terdengar. "Hah, nggak heran sih, Fay emang gitu, apalagi ke orang yang baru dia kenal." Laki-laki itu menjeda sejenak. "Kalo gitu habis ini gue langsung otw pulang. Tapi sebelumnya gue boleh minta tolong sama lo, nggak?"

"Tolong apa?"

"Tolong beliin roti buat Fay. Dia nggak bisa makan nasi kalo sakit. Tolong beliin paracetamol, sama obat maag juga, gue takutnya maag dia lagi kambuh sekarang." Sebelum Alex sempat menyahut, Faza melanjutkan, "Gue titip Fay sama lo sambil lo ngajar Fanny bisa, 'kan? Nanti kalo ada apa-apa, lo langsung hubungin gue aja."

Merasa permintaan tolong Faza dapat ia sanggupi, maka Alex pun berkata, "Oke, gue bisa."

"Makasih, Lex. Gue otw sekarang." Dan setelahnya, sambungan telepon pun terputus.

Alex menyimpan ponsel ke dalam saku jeans seraya meloloskan napas panjang. Dari teras, Alex kembali masuk ke dalam rumah Faza untuk menemui Fanny yang menunggu di ruang tengah. Adik bungsu Faza itu terduduk di sofa dengan wajah yang tampak cemas.

"Fanny," panggil Alex, berjongkok di hadapan Fanny. "Kalo lesnya diundur dulu sebentar nggak apa-apa, 'kan? Aku mau beliin obat dulu buat kakak kamu. Kalo nungguin Bang Faza pulang pasti kelamaan."

Fanny segera saja mengangguk. "Iya Kak, nggak apa-apa kok. Kak Fay harus cepet minum obat biar cepet sembuh." Gadis itu kemudian tertunduk. "Maaf ya Kak jadi ngerepotin. Harusnya Fanny lebih cepet sadar kenapa Kak Fay nggak keluar kamar sama sekali dari pulang sekolah tadi."

Alex tersenyum maklum. "Itu bukan salah Fanny, kok. Yang namanya sakit kita nggak tau kapan datengnya, 'kan? Jadi wajar aja kalo kamu nggak langsung mikir ke sana." Ada jeda sejenak. "Tapi sekarang kamu bisa 'kan, cek keadaan Kak Fay di kamarnya?"

Fanny terdiam, kemudian menggeleng takut-takut. "Maaf Kak, Fanny nggak bisa," cicit gadis itu. "Fanny nggak mau masuk ke kamarnya Kak Fay. Fanny takut dimarahin lagi."

Dahi Alex kontan berkerut samar. "Dimarahin? Emangnya kamu pernah dimarahin karena apa?"

"Dulu Fanny pernah nggak sengaja ngerusakin lukisan yang Kak Fay buat, Kak. Sekarang, hasil lukisan di kamar Kak Fay udah lebih banyak, jadinya Fanny takut nggak sengaja ngerusakin lagi. Fanny nggak mau Kak Fay benci sama Fanny kayak dulu lagi."

Lagi, Alex mendapatkan informasi mengenai Fay dan permasalahan yang terjadi antara tiga bersaudara itu secara cuma-cuma. Secuil rasa bersalah pun muncul. Sesungguhnya Alex merasa tak berhak untuk mendengar itu semua, sebab tujuan awalnya datang ke rumah Faza murni hanya untuk memberikan kursus secara privat pada adik bungsu laki-laki itu.

Padahal, hari ini baru memasuki jadwal yang ketiga. Lantas, apa yang akan terjadi ke depannya nanti?

🕘

bandung, 16 agustus 2021

Meet Me at Nine P.M. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang