🕘 chapter twenty six: you look beautiful, as always.

2.4K 380 37
                                    

Pertunjukan teater yang berdurasi sembilan puluh sembilan menit itu akhirnya berjalan dengan sangat baik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pertunjukan teater yang berdurasi sembilan puluh sembilan menit itu akhirnya berjalan dengan sangat baik. Kini seluruh jajaran tim mulai dari talent, pemusik, kostum, dan lainnya berjajar di atas panggung sambil saling bergandengan tangan. Diiringi dengan tepuk tangan yang meriah, mereka pun mengangkat tangan tinggi-tinggi sambil membungkukkan badan sebagai tanda terima kasih atas kehadiran para penonton.

Kebanyakan penonton langsung memilih untuk meninggalkan auditorium, namun ada juga beberapa yang turun menghampiri panggung untuk bertegur sapa dengan semua orang yang terlibat dalam pertunjukan. Mereka adalah teman-teman dari kampus yang telah berbaik hati untuk datang dan mengapresiasi pertunjukan.

Tidak banyak yang Alex kenal karena mayoritasnya adalah anak-anak jurusan teater. Ia pun hanya tersenyum sambil berterima kasih seperlunya. Tak lama setelahnya, laki-laki itu pun memutuskan untuk kembali ke belakang panggung.

"Sukses besar kita, Bro!" Haikal tiba-tiba menghampiri Alex sambil menepuk-nepuk bahunya bangga. "Denger nggak lo tadi mereka pada ngomongin musik iringannya? Katanya keren banget, sangat sesuai dengan latar cerita walaupun lo bukan orang Sumatera. Gila, emang nggak ada lawan komposer kita yang satu ini!"

Alex mengembuskan napas dan tersenyum geli, kemudian ia pun turut menepuk bahu temannya itu. "Lo dan yang lain juga nggak kalah keren. Kalo bukan karena kalian juga nggak akan sukses kita." Laki-laki itu menjeda sejenak. "Anyway, gue mau nemuin temen gue di luar sebentar, Kal. Kasih tau gue kalo udah mau eval, ya."

"Boros, Bes! Gue mau ganti baju dulu kalo gitu. Nggak sanggup gue, bahan kostumnya panas banget."

"Ya udah cepetan sana."

Setelah Haikal pergi meninggalkannya untuk berganti pakaian, Alex pun mengecek ponsel yang ia taruh dalam saku celana. Sebelum pertunjukan dimulai, Alex mendapat kabar dari Faza bahwa ia akan datang untuk menonton. Katanya sih, karena bosan di rumah. Dan kini, laki-laki itu kembali mengirimkan chat pada Alex.

Faza Auriga:
Gue di deket lobi
Lo ga mau meet and greet sama fans setia lo dulu gitu?

Alex menggeleng-gelengkan kepala membacanya. Sejak SMA, Faza memang salah satu teman paling suportif yang ia miliki. Bahkan bisa dibilang Faza adalah penggemar nomor satu Alex yang akan ditemui di setiap penampilan band Alex sewaktu SMA. Ternyata, Faza sama sekali tidak berubah, dan Alex bersyukur akan hal itu.

Tanpa membalas chat tersebut, Alex segera membawa kaki-kakinya meninggalkan area auditorium menuju lobi.

Tak jauh dari pintu kaca sebagai akses keluar dan masuk gedung pertunjukan, Alex sudah dapat melihat sosok Faza di sana. Dan yang mengejutkannya, Faza tidak sendirian. Rupanya ia turut membawa serta kedua adiknya untuk datang ke tempat ini. Setelah mengingat bahwa sekarang hari Minggu, Alex merasa wajar saja bila Faza mengajak Fanny dan juga Fay.

Meet Me at Nine P.M. [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang