Kamu harus bahagia yaa, agar pergiku tak sia-sia..
Beberapa kali aku melihatmu, memantau kamu dari kejauhan, kamu semakin membaik.
Mungkin saja kamu sudah lupa, buktinya kamu sudah bisa tertawa lepas.
Tusukan tajam yang sempat menyayat kita berdua, mungkin kamu sudah lebih dulu menemukan obatnya.
Tidak apa-apa, aku dan lukaku nanti juga sembuh dengan sendirinya.
Meskipun tidak secepat kamu:)
Entahlah Tuan, apa aku harus marah, cemburu, atau ikutan bahagia?.
Tapi, masih ada bekas sayatan yang terasa pedih di dalam diriku ini, karena nyatanya, kamu lebih dulu pandai melupakan..Tidak..
Aku tidak iri denganmu yang menang dalam lomba mencari obat bekas sayatan.
Aku mungkin hanya sedikit trauma..
Aku tidak melarangmu bahagia Tuan, dengan jalan dan orang-orang baru dalam hidupmu.
Aku tidak punya hak untuk bicara bahwa aku cemburu.
Kamu boleh bahagia, itu sudah lebih dari cukup untuk membuatku percaya, jika pergiku tak akan sia-sia.Tapi, aku juga boleh bahagia bukan?
Secepat kamu mendapatkan obat bekas sayatan.
Aku juga ingin lupa Tuan..
Sebagaimana mudahnya kamu menghapus segala rasa yang pernah ada.
Tapi kenapa?
Kenapa aku butuh waktu yang lama?
Lama sekali, hingga aku kelelahan mencari jalan pulang.
Sementara kamu Tuan?
Kamu bahagia di seberang sana.
Aku memang senang mengetahui bahwa kamu bahagia, meskipun ucapan itu mengoyak keras relungku, kamu harus bahagia selalu Tuan.Perihal aku, selamanya kamu tidak perlu tahu.
Karena kamu memang tidak peduli akan hal itu.
Sampai datang pada masanya, bahwa kamu berhasil menjadi lembaran lamaku.Lembaran masa lalu, yang bisa kapan saja ku baca tanpa air mata.
Kisah yang mampu ku ceritakan dengan baik, tanpa luka:)~3916
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Sebuah Nama
PoetrySemesta yang mempertemukan kita Dan Semesta juga yang memisahkan kita:)