Bagian 4

863 131 3
                                    

Sunghoon membuka pintunya dan masuk ke dalam, jam menunjukkan pukul 10 malam. Dia baru pulang dari perusahaan dan rasanya sudah ingin merebahkan tubuh di ranjang setelah mandi air hangat. Hari ini dia sudah mulai bekerja biasa, dan untungnya semua yang diberikan bisa dia atasi.

Kecuali satu orang yang sedari tadi siang menghantuinya. Seniornya itu, Im Aenjoo. Walaupun terkadang dia suka mengomel karena kerja Sunghoon ada yang kurang benar, tapi Sunghoon juga merasa aman. Hanya Aenjoo satu-satunya orang di kantor yang dekat dengannya. 

"Kak, udah pulang?"

Mata Sunghoon membulat saat melihat ruang tengah dipenuhi teman-teman Sunoo. Jungwon dan Ni-ki menyapa. Ah, cobaan apa lagi ini?

"Malam ini kalau mau tidur duluan, pakai penutup telinga saja, ya. Aku sama teman-teman ku mau merayakan pertandingan tadi sore," ujar Sunoo lalu lanjut bermain PS dengan teman-temannya.

Sunghoon menghela nafas berat, ini pasti akan menjadi malam yang berisik untuknya. Kedatangan teman-teman Sunoo itu membuatnya agak terganggu, tapi dia juga tidak bisa mengusir mereka.

Laki-laki itu pergi ke kamar dan segera mandi. Setelah itu dia mencoba tidur, namun sangat sulit karena teriakan Sunoo dan teman-temannya. Sunghoon memijat pelipis keningnya, "Ah, aku nggak bisa tidur kalau begini."

Sunoo yang sedang sibuk bermain dengan teman-temannya itu tiba-tiba melihat Sunghoon memakai jaket menuju pintu keluar, "Kak, mau kemana malam-malam?"

Sunghoon menoleh sebentar, "Cari angin," singkatnya lalu keluar setelah Sunoo tidak lagi bertanya.


Laki-laki itu menikmati perjalanannya di pinggir trotoar, tengah malam begini masih ada kendaraan berlalu lalang karena ada festival, mungkin sebentar lagi selesai. Sunghoon tidak berniat untuk hadir di festival, dia tidak suka keramaian.

Dia pergi ke mini market yang buka 24 jam untuk membeli minuman, setelah selesai dia kembali keluar untuk berjalan lagi sambil menghabiskan minumannya. Tapi matanya membulat saat melihat seorang wanita disana yang kelihatannya sedang mengusir seorang pria.

"Sudah ku bilang jangan pernah menggoda anak di bawah umur! pergi!" 

Teriakan wanita itu sangat keras bahkan Sunghoon bisa mendengarnya padahal agak jauh. Pria yang diusir itu benar-benar pergi. Wanita tadi kembali berbalik, menenangkan anak remaja yang ketakutan itu.

Sunghoon menyipitkan mata untuk memastikan wajah wanita itu adalah orang yang dia kenal, setelah anak perempuan itu pergi, dia menghampirinya.

Dari belakang dia berbicara, "Benar rupanya," Sunghoon membuat wanita itu agak tersentak dan berbalik, "Senior hebat sekali," ucapnya pada Aenjoo.

Aenjoo kaget, "Sunghoon, kamu dari mana? kenapa bisa disini?"

Laki-laki itu menggaruk belakang kepalanya, "Apartemen ku lagi ramai karena teman sekamar ku mengundang teman-temannya. Jadi agak ribut dan buat aku nggak bisa tidur."

Wanita itu mengangguk-angguk. Kebetulan sekali dia bertemu Sunghoon disini. 

Mata Sunghoon tidak bisa berpaling dari sesuatu yang menjanggal, dia memalingkan pandangannya, "Senior sendiri, sedang apa diluar malam-malam? dan pakaian mu—" ucapnya karena Aenjoo memakai dress ketat yang bagian dadanya agak terbuka. Terlihat sangat berbeda.

Aenjoo yang sadar wajah Sunghoon sedang memerah itu tertawa kecil, "Aku barusan dari club dan nggak sengaja lihat anak perempuan di cegat oleh pria gatal. Kamu mau aku antar pulang?"

"Nggak usah, aku mungkin pulang masih agak lama."

"Tidur di apartemen ku dulu saja, besok kamu nggak boleh terlambat kerja jadi harus tidur awal," ujar Aenjoo lalu berjalan setelah mengajak Sunghoon pergi.

Laki-laki itu belum berbicara tapi sudah di anggap setuju saja, dia segera menyusul seniornya itu sebelum makin jauh.

Saat Aenjoo sedang berjalan, dia di hentikan oleh sesuatu yang hangat di pundaknya. Wanita itu melirik dan ternyata ada sebuah jas hitam yang membalutnya. 

"U— udaranya dingin, a— aku agak takut memberikan mu jasnya tapi aku memberanikan diri. Lain kali bawa jaket jika senior ingin memakai dress terbuka, bisa berbahaya juga jika ada pria yang melihat," gagap Sunghoon menjelaskan sambil terus memalingkan pandang.

Aenjoo rasanya mau meledak, laki-laki ini menggemaskan sekali. Di banding mengacak-acak wajah Sunghoon, dia memilih untuk tertawa kecil lalu menerima jasnya, "Iya, terima kasih. Mobil ku ada di sana, ayo."

Perjalanan menuju apartemen Aenjoo hanya perlu 20 menit dari club tadi. Sunghoon sudah menolak mentah-mentah di mobil, saking terusnya menolak akhirnya wanita itu mengembalikan Sunghoon ke kandangnya. 

Aenjoo sampai pusing laki-laki itu sangat rewel, padahal dia hanya berniat baik supaya Sunghoon bisa tidur nyenyak. Walaupun— ehm, pikiran Aenjoo sudah memikirkan hal nakal.

"Terima kasih sudah mengantar ku, senior," ujar Sunghoon dari jendela.

Aenjoo mengangguk, "Besok jangan sampai telat! ada meeting untuk penerbitan."


~~~


Dukh!


"Im Aenjoo, kamu nggak mengerti maksud ku?!" bentak Yeonjun membuat ruang meeting itu tegang.

Wanita itu menghela nafas, "Manajer, sudah aku bilang penerbit Jake yang mengurus ini, yang cetak juga dia dan asistennya."

"Bukannya seharusnya kamu memperhatikan bawahan mu? kamu seniornya dan kamu sudah ku beri tanggung jawab untuk memastikan kertas dan tintanya tidak ada yang rusak! pokoknya, cetak sekitar 30 lagi! meeting hari ini selesai!"

Yeonjun keluar dari ruangan dan beberapa orang yang ikut meeting juga mulai keluar satu persatu. Aenjoo mengusap-usap wajahnya frustasi, dia tidak bersangkut paut dengan urusan penerbitan yang di kerjakan Jake. Tapi dia malah terkena masalahnya.

"Senior," panggil Sunghoon yang masih di ruang meeting itu.

"Meetingnya sudah selesai, kamu bisa lanjut pada urusan mu sendiri," balas Aenjoo tanpa menatap laki-laki yang duduk di hadapannya.

Aenjoo mempunyai ekspektasi kalau Sunghoon akan tetap diam di ruangan itu untuk menemaninya mencari jalan keluar dari permasalahan, tapi ternyata salah. Laki-laki itu benar-benar keluar dari ruangan.

Aenjoo menatapi kursi kosong tersebut, memang seharusnya dia di tampar seperti ini supaya tidak berekspektasi tinggi. Memangnya buat apa juga Sunghoon diam bersamanya? pikirnya begitu. Aenjoo berdiri dari duduknya untuk segera keluar dan mengurus masalah rumit ini pada Jake.

Sesampainya di meja miliknya, ada yang membuat hatinya tersentuh. Di mejanya ada kopi dan satu note kecil bertuliskan, "Senior, jangan terlalu pusing, masalahnya akan selesai."

Aenjoo diam-diam tersenyum, bagaimana Sunghoon bisa mengirimkan hal semanis ini?

Wanita itu segera meminum kopinya, tapi dia di hentikan karena Sunghoon baru duduk di meja nya, "Sunghoon, terima kasih kopinya. Kamu memang tipe laki-laki yang perhatian rupanya, ya?" ucapnya.

Laki-laki itu mengangkat alisnya bingung, "Kopi?"

"Iya, kamu yang taruh ini di meja ku, kan" tanya Aenjoo, tapi Sunghoon terlihat bingung.

"Aku nggak—"

"Itu pemberian ku," suara itu memotong pembicaraan Sunghoon seperti kilat.

Aenjoo berbalik dan Wang Heeseung ada di hadapannya sedang tersenyum jail. Laki-laki itu merebut kopi di tangan Aenjoo dan meminumnya.

Aenjoo terlihat membeku di tempat, entah karena dia malu atau bagaimana, "Kamu ternyata gampang di tipu," ujar Heeseung lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Aenjoo, "Katakan, apa hubungan mu dengan anak baru itu?"



To be continued...


Keep it SECRET [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang