"Apa yang kalian lakukan?" Teriak seorang teroris di dalam gedung dari jendela sambil mengarahkan senapannya ke luar. "Kenapa bos kami belum juga dibebaskan?!"
"Kolonel, sebaiknya kita turuti dulu permintaan pertama mereka," Kata Edgar.
"Apa? Tidak. Apa kau sudah gila?" Jawab Kolonel.
"Baiklah, begini saja," Kata teroris itu seraya menjauhi jendela. Tak lama kemudian ia muncul kembali dengan seorang sandera. "Kami beri waktu 5 menit untuk kalian memutuskan apakah mau membebaskan bos kami atau tidak. Jika lewat dari 5 menit kami belum mendapat jawaban dari kalian, orang ini akan kubunuh."
"Dan jika kalian menolak membebaskan bos kami, kami akan langsung meledakkan gedung ini!" Tambah rekan terorisnya sambil menunjukkan sebuah bom.
"Satu-satunya pilihan kita adalah membebaskan bos mereka, Kolonel!" Bujuk Edgar.
"Pilihannya adalah kita lewatkan 5 menit ini dan warga sipil itu terbunuh, kita menolak dan gedung ini meledak, atau menuruti mereka dan keadaannya akan aman untuk sementara." Chico masuk dalam pembicaraan itu. "Mana yang akan anda pilih, Kolonel?"
"Ini Sniper 01, teroris yang memegang sandera dalam bidikan. Saya hanya perlu izin anda, Kolonel."
"Sniper 05 juga siap menembak." Kata sinper 05.
"Sniper 02 siap."
"Kau bisa membidiknya?" Tanya sniper 03 pada [Name].
"Ya,"
"Kalau begitu laporkanlah!"
"Sniper 07 juga siap." Kata [Name]. Namun entah kenapa perasaannya tidak enak.
"Aku memutuskan untuk menembak." Kata sang Kolonel. Edgar dan Chico tampak tidak terlalu menyetujui keputusan itu.
"Tapi Kolonel... Bagaimana kalau teroris lain marah saat kita membunuh rekannya dan malah membunuh sandera atau meledakkan gedung?"
"Kita akan menyelinap masuk bersama anjing pelacak dan melacak semua bom itu." Jawab Kolonel.
"Kolonel apa anda... Apa anda tidak menganggap situasi ini serius?" Tanya Edgar.
Si Kolonel pun tersulut emosi. "Apa?! Apa maksudmu?! Menurutmu aku sedang main-main?"
"Bukan begitu, Kolonel..."
"Sniper! Kalian diizinkan menembak."
"Baik."
Sniper 01, 05 dan 02 fokus membidik satu orang yang memegang sandera di depan jendela gedung MDS. [Name] juga bersiap untuk menembak namun perhatiannya teralihkan oleh seberkas cahaya yang memantul ke arahnya. Ia pun menoleh ke arah cahaya itu berasal, yaitu dari rooftop MDS.
"Semuanya sembunyi! Musuh juga punya sniper!" Teriak [Name] dikala menyadari kalau cahaya itu adalah pantulan sinar matahari dari scope senapan. Ia segera menunduk menghindari tembakan.
'PRANG'
Satu peluru melesat masuk dan mengenai sebuah gelas di meja di kamar itu.
"03!" Pekik [Name] ketika melihat rekannya tertembak. [Name] menarik hordeng untuk menutupi jendela lalu berlari ke arah rekannya. Seketika tubuhnya membeku melihat sniper 03 telah tewas karena tertembak tepat di kepala.
"Ada apa?" Tanya Kolonel dengan alat komunikasinya.
"Sniper 05 tewas! Dan saya terluka..." Jawab sniper 01 yang ada bersama sniper 05 dengan suara lemah.
"Apa? Apa maksudmu?"
"Musuh juga memiliki sniper, di rooftop gedung MDS," Jawab [Name].
"Bagaimana yang lain? Sniper 02?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Switch [Levi X Reader]
Fanfic[AU, Thriller, Mystery, Crime, Detective, Romance] Hilangnya Levi Ackerman, sang Prajurit Terkuat Umat Manusia, membuat seisi tembok gempar. Untunglah pria itu segera ditemukan dua hari setelah hilang. Namun ada yang aneh dengannya. Ia terlihat ling...