𝟸𝟷: 𝙱𝚞𝚛𝚘𝚗𝚊𝚗

286 39 3
                                    

Levi duduk dengan lesu. Wajahnya memancarkan rasa bersalah. "Ini semua salahku karena membiarkannya memeriksa TKP sendirian." Ucap Levi seraya mengusap wajahnya frustasi.

"Tidak, Levi, itu bukan salahmu." Sahut inspektur Edgar yang sama frustasinya dengan Levi. "Aku yang memintamu ikut denganku mengurus beberapa dokumen hari itu sehingga kau tidak bisa menemani [Name]."

"Ini sudah hari ketiga." Kata Gavin dengan mata kosong. "Kita harus segera menemukannya atau...."

"Atau apa?" Levi melirik Gavin.

"Atau kita akan menemukannya dalam keadaan tak bernyawa." Chico yang menjawab. "Kemungkinan dia diculik oleh pembunuh berantai itu. Kita tidak tahu mereka ada berapa orang. Kita juga tidak tahu apa yang akan mereka lakukan pada [Name]."

"Baiklah, ayo kita lanjutkan pencarian." Inpektur Edgar bangkit dari duduknya. "Kita berpencar."

»»««

George Bazd, sang calon gubernur Mitras memasuki kamar tidurnya yang mewah. Ia melepas jas dan dasinya lalu duduk santai di sofa empuknya melepas lelah karena seharian bekerja. Ia melirik botol wine yang ada di mejanya lalu meraih botol wine itu dan menuangkannya di gelas yang sudah disiapkan asisten rumah tangganya.

Ia menyalakan musik lalu menikmati wine itu. Ia meneguknya dengan nikmat. Jarinya mengayun-ayun mengikuti irama musik. Ia menikmati malamnya sendirian sampai akhirnya ia dibuat membeku karena ada sesuatu yang menempel di kepala bagian belakangnya. Dari suaranya, ia tahu kalau itu adalah pistol. Seseorang menempelkan ujung pistol di belakang kepalanya.

Dengan perlahan George Bazd menaruh gelas wine nya di meja lalu mengangkat kedua tangannya. "A-apa yang kau inginkan?" Tanyanya.

"Membunuhmu."

Seketika George Bazd gemetar. Matanya membulat. "Siapa kau? K-kenapa kau ingin membunuhku?"

"Bukan aku." Jawab orang itu. Ia menurunkan pistolnya lalu berjalan ke depan George Bazd. Seketika Geroge Bazd terkejut melihat wajah orang itu.

"Dokter Yeager?!" Kagetnya. "Apa yang...?!"

Pintu kamar itu terbuka. Muncul Yelena memapah seorang wanita masuk ke dalam kamar. Wanita itu adalah [Name]. Matanya setengah terbuka. Ia dalam keadaan setengah sadar. Tubuhnya lemas, ia hanya mengikuti langkah Yelena yang memapahnya. Pikirannya kosong, ia tidak bisa memikirkan apapun saat ini. Yelena dan Zeke telah memberinya obat.

"Apa? Siapa mereka?" Bingung George Bazd.

"Dia orang yang akan membunuhmu." Zeke menunjuk [Name].

Yelena mendudukkan [Name] di hadapan George Bazd lalu meraih tangan [Name]. Ia tempatkan sebuah pistol di tangan [Name] dan mengarahkannya pada George Bazd.

"T-tunggu--"

'DOOR'

George Bazd membeku. Ia meringkuk di sofanya, melindungi kepalanya dengan tangannya. Yelena dan Zeke melirik [Name] yang menggerakkan tangannya ke atas sehingga tembakan itu meleset. Peluru melesat ke langit-langit ruangan.

"Brengsek..." Gumam [Name]. George Bazd hanya bisa menatap mereka bingung sekaligus ketakutan.

"Dia sadar?" Kaget Yelena.

"Ck, Yelena! Pegangi dia kuat-kuat!" Omel Zeke. Zeke pun mendorong Yelena menjauhi [Name]. Ia meraih tangan [Name] yang masih memegang pistol lalu kembali mengarahkannya ke George Bazd.

"Begini!"

'DORR'

Zeke manarik pelatuknya dan seketika George Bazd merosot dari sofanya. Darah memgalir dari dahinya yang sudah berlubang karena peluru yang menembus. [Name] hanya bisa menatap mayat George Bazd dengan mata terbelalak. Ia tidak bisa melawan Zeke yang memeganginya. Zeke telah berhasil dengan rencananya membuat [Name] seolah-olah membunuh orang.

Sweet Switch [Levi X Reader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang