18. Pengakuan

102 45 12
                                    

(((;ꏿ_ꏿ;)))

Gadis cantik berponi tersebut membasahi bibir, terpejam sejenak, berusaha mengenyahkan pikiran buruknya.

Dari awal pelajaran sampe kelas sudah bubar, banyak hal yang mengganggu di otaknya. Apa dia mampu melawan rintangan besar dihadapannya? Darwin Ergiano, jelas memiliki kekuasaan yang tak bisa dibayangkan Laily. Mungkin, akan sangat berat baginya juga agar bisa cepat melewati ini semua.

Ia memeluki lututnya, menunduk dalam begitu saja. Ahh, sangat pusing bila terus dipikirkan. Siapa yang berpihak pada Laily selain Arka? Bahkan Rafael rasanya sudah terlalu jauh.

Samar samar suara langkah kecil mendekatinya. Laily perlahan mendongak, ingin melihat lebih jelas.

"Mau minuman?" tawar Nasha, menyodorkan kaleng berisi soda. Dibalas anggukan serta senyuman sekilas Laily.

"Makasih, Sha!"

Nasha mendudukkan diri di sampingnya Laily, menarik napas sekilas. "Sebelum lu nanya, gue kesini mau bilang sesuatu sama lu," kata Nasha tenang, on point, seraya membuka kaleng soda miliknya.

Laily sudah merasa segar setelah meminum minumannya walau baru sedikit, lalu menengok sejenak. "Bilang apa?"

Nasha menipiskan bibir, diam diam mengambil napas. "Sekarang, hidup lu lebih tenang?"

Sang empu menatap langit sesaat, menerima angin yang berhembus memainkan rambut panjang coklatnya. "Tenang gimana?"

"Orang orang simpati sama lu, gak ada yang ngeganggu atau ngejahatin lu," ucap Nasha, kemudian ikut menikmati minumannya.

Laily terkekeh kecil, menertawakan nasib dirinya.

"Kenapa ketawa?" tanya Nasha bingung.

Laily menggoyangkan kaleng ditangannya. "Apa yang lu liat, belum tentu kenyataannya begitu. Sama kayak air yang tenang, belum tentu didalamnya tenang."

Nasha menundukkan kepala, menaruh kaleng soda sejenak. "Lu bahagia Erika diskors?"

Pemilik mata bundar menyatukan halisnya. "Kenapa jadi bahas Erika?"

"Gue yang udah ngerekam video itu, gue juga yang nyebarin," ujar Nasha membuat Laily tertawa lagi, bahkan lebih keras.

Gadis berambut pendek itu agak terkejut, merasakan aura berbeda dari tawa Laily. Terdengar begitu hancur.

Laily mengusak rambut tanpa menghentikan tawanya. "Kenapa lu lakuin itu, Sha?"

Nasha berusaha menguasai diri. "Gue kira, kalo dengan cara itu bakal bisa hentiin penderitaan yang dia kasih ke lu, Ly."

Laily tertawa makin keras, melemparkan kaleng soda nya kasar, memandang Nasha seluruhnya yang tampak memucat, kaget.

"Apa lu bilang? Hentiin penderitaan?"  Ia menatap miris, kemudian berdiri memunggungi Nasha. Masih tertawa tawa gila. "LUCU!" tekannya.

Sungguh, sulit menerima keadaannya bagi Laily.

Nasha meneguk ludah susah payah. "Apa yang lucu Ly?" tanyanya hati hati.

SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang