13. Khawatir?

97 35 1
                                    

⋋✿ ⁰ o ⁰ ✿⋌




"Ka, kayaknya a-ada yang tenggelam di k-kolam renang, tapi gue cuma iat tangannya doang!" Tersendat-sendat.

"Hah? Beneran lu?"

"Iyalah, masa bohong! Ayo cepetan!"

Tentu raut wajah Arka berubah cemas, kemudian berlari  menuju arah kolam yang berjarak lumayan jauh karena berada tepat di belakang sekolah. Nasha membuntuti dari belakang.

"Tadi gue disuruh naruh peralatan olahraga, tapi karena harus kumpulan ketua kelas, jadi gue baru ke sana, secara gak sengaja gue liat ada tangan. Gue juga gak tau pasti karena panik-" Ia menggantung kalimat, mengambil napas sebentar. Sangat sulit menjelaskan jika sambil berlari.

"Tapi gue yakin kalo ada orang tenggelam," lanjutnya.

Setelah sampai, Arka memfokuskan penglihatan, sampai pada akhirnya ia menemukan titik di mana permukaan air sedikit bergerak. Arka melemparkan kedua tas, membuka baju, serta sepatu, kemudian terjun ke bawah.

Matanya menyipit, jantungnya semakin berdegup kencang saat melihat gadis itu yang sudah terpejam dengan posisi hampir mengenai dasar. Ia meraihnya membawa Laily naik ke permukaan sekuat tenaga.

Sesudah Arka membawanya keluar, Nasha menyambut mereka dengan rasa cemas. Setelah Laily terbaring, Arka dengan berusaha menekan dadanya untuk mengeluarkan air yang telah Laily telan. Namun, Laily belum sadar juga. Arka semakin panik.

"Argh, Ly kenapa lu bisa sampe di sini, sih!" pekiknya, gusar membuat Nasha terperanjat.

Secepat mungkin Nasha menguasai diri. "Dia butuh napas buatan, Ka!" ujar Nasha berusaha mencari jalan.

Arka menoleh, terkejut. "Apa?"

Nasha menghela napas. "Biar gue aja," katanya yakin.

Lelaki jangkung itu mengiyakan, ia bergeser sedikit. Nasha bergerak cepat memberi bantuan. Sampai pada akhirnya, Laily terbangun, walau agak terbatuk-batuk.

Arka menyisihkan Nasha, kemudian memeluk erat tubuh Laily yang kedinginan. Nasha terbelalak kaget, Laily pun begitu. Dia bagai membeku, saat merasakan dekapan hangat dari Arka.

"Akhirnya lu bangun, Ly." ucap Arka sambil melepas pelukannya membuat Laily yang awalnya diam, jadi mengerjap memenuhi diri.

"Eh? G-gue...." Ia menggantung kalimat.

Arka menangkup kedua pipi hampir tumpah Laily, memperjelas mata sayu tanpa poninya, dan bibir bulatnya. "Lu gak kenapa-kenapa, kan? Gue khawatir!" katanya sehingga hati Laily langsung terenyuh.

Mereka beradu pandang cukup lama, sampai pada akhirnya Nasha berdeham menyadarkan mereka. Arka melepaskan tangannya, beralih mengusap rambutnya yang basah. Sementara Laily memeluk tubuhnya sendiri, kedinginan.

"Gue, pulang duluan yah! Kayaknya udah ada yang jemput!" kata Nasha, beranjak dari tempatnya.

Arka mendeham. "Makasi Nas! Kalo tanpa lu, gue gak tau lagi gimana nasib nih anak kutu," ucap Arka, kemudian tersenyum tulus.

Laily mendelik hendak mengumpat. Namun, jadi menoleh ke arah Nasha.

"Ah, iya makasih, ya! Maaf gue selalu ngerepotin," timpal Laily tak enak, ia pun ikut tersenyum.

SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang