Tinggalkan jejak, kawand!
°
°
°
°
°
°
♪(┌・。・)┌Bruk!
Seorang perempuan kehilangan kesadaran ditengah hikmatnya upacara hari senin. Bahkan sebagian orang memekik kaget, saat tubuh kecil gadis tersebut runtuh, tergapar di lapangan.
Secepat kilat, seorang lelaki yang berdiri tak jauh dari sana segera melesat mengangkatnya, membawa ia menuju tempat kesehatan di sekolah. Laily cukup kesulitan untuk melihat siapa mereka karena terhalang dua barisan. Namun, Laily yakin bahwa mereka adalah Arka dan Nasha.
"SUDAH SUDAH! KEMBALI PADA BARISAN MASING-MASING!" Suara bariton berat itu menghentikan keriuhan. Semua siswa siswi kembali pada posisi semula.
Laily merunduk memain-mainkan jarinya. Ia memang tak bisa menampik bahwa Arka dan Nasha sangat cocok satu sama lain. Kepribadian mereka yang selalu menolong orang tanpa pandang bulu, bahkan Nasha sudah menolong Laily beberapa kali, Arka pun begitu.
Jika Laily menelisik lebih dalam, Nasha adalah wakil ketua kelas di 2 Ipa 2. Tetangga kelas yang juga pintar serta berprestasi. Maka tidak heran bila mereka sering bertemu ketika ada kumpulan atau hal lainnya.
Selain itu, Laily pernah mendengar tentang kisah mereka saat MOS dulu. Arka pernah membantu Nasha ketika perempuan bertubuh mungil tersebut dihukum. Sedangkan Nasha, pernah memberi bantuan pada Arka saat dia lupa membawa suatu pernak pernik yang wajib dibawa kala itu. Romantis bukan?
Ternyata mereka cukup dekat, melengkapi satu sama lain pula.
Dan Laily bukan siapa-siapa di antara mereka. Hanya sebagai penghias, tak lebih.
Laily menendang-nendang angin, pelan. Sedari tadi tidak fokus mendengar pengumuman yang sedang berlangsung sekarang. Entah, kenapa ia merasa--kesal?
└( ^ω^)」
Tanpa perlu waktu panjang, gadis berambut hitam itu membuka mata. Mulai memenuhi kesadarannya. Ia membuang napas. Kejadian yang selalu sama. Darah rendahnya memang keterlaluan. Bahkan untuk berdiri lama di depan matahari pagi saja sulit.
"Lu udah sadar?" Suara serak milik Arka membuat Nasha sedikit terkejut.
"Eum? Ah, iya," sahutnya kikuk. Nasha mengernyit, "lu kenapa di sini?"
Arka yang awalnya duduk agak jauh dari tempat berbaring Nasha, jadi berjalan mendekati sambil memasukkan tangan sebelah ke dalam saku celana. Dia tersenyum tipis.
"Gue yang bawa lu ke sini, lu harus berterimakasih sama gue!" jelasnya, membusungkan dada.
Nasha mengatupkan bibir, mengubah posisi, perlahan mendudukkan diri di samping kasur. "Iya, makasih!"
"Lu darah rendah, masih aja mau ikut upacara. Biasanya juga duduk di belakang, neduh sama anak PMR," kata Arka terdengar meledek.
Nasha mendengus. "Itu gak adil, kan? Masa saat yang lain berdiri panas-panasan, eh, gue malah duduk di belakang. Apalagi gue ketua kelas. Makanya gue pengen ikutan upacara." Ia memajukan bibir, cemberut.
Arka menangkap mata sayu itu, ada rasa kecewa dibalik sana. Si pemuda bergigi kelinci meringis, mencibir diri sendiri. Tahu, bahwa perkataannya salah. Dia menepuk nepuk pelan bahu Nasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAVIOR
Random"Kenapa keadaan selalu memaksa, bahwa gue gak bisa egois dalam mempertahankan hal yang gak bisa gue lepasin?" -Laily 6 Oktober 2021