Ada seorang kaum Adam tengah duduk menyandar bak seorang model. Memakai kacamata gelap, jam melingkar di pergelangan tangannya.
Dengan kulit yang cenderung terang itu pesonanya hampir-hampir mengalahkan Liam Hemsworth dengan versi lebih muda.
Namanya, Zaid Adli Yazid Naim.
Zaid Adli Yazid Naim POV
Assalamualaikum..
Duduk dibawah pohon rindang ini menjadi hobi saya sejak berdinas disini. Menikmati swastamita adalah hal baik untuk melepas lelah usai bekerja.
"Sore bang zayn,"
Sapa seorang rekan ketika melintas didepan saya. Setiap hari, usai dinas saya selalu menyempatkan menepi dulu dan duduk di bawah pohon ini.
Sebenarnya, tak hanya saya. Ada beberapa rekan saya yang lain yang juga kadang duduk-duduk disini.Namun, karna terlalu sering menepi disini. Kami menjadi akrab. Dan panggilan saya menjadi Zayn atau bang Zayn. Itu adalah huruf awal nama saya yang disatukan. Karna itu gampang disebut, Zayn.
"Kiri dikit bang! Cekreek .. !"
Sedikit tersentak karna bunyi jepret kamera salah satu rekan.
"Hapus-hapus! Hapus ehh..!!"
"Aee bang, bagus ini. Rugi lah dihapus" balasnya.
"Hapus!!"
"Janganlah bang, ini mau saya kirim digrub fanslor" ucapnya tanpa menghentikan gerak jarinya dari benda pipih itu.
Fanslor atau apalah itu, karna tak punya akun untuk aplikasi icon kamera. Alhasil foto-foto saya yang diambil mereka upload sendiri tanpa persetujuan saya. Katanya banyak yang suka. Entah benar atau tidak.
"Busyett..! Udah banyak yang like ini" ucap Andri. Sang danton dari tanah empek-empek.
"Waahh iya nih bang. Bang Zayn kenapa ngak jadi model?" tanya junior saya, Reno.
"Ngak ada minat saya mah!"
"Lah sayang bang, keren gini. Mending Abang upload sendiri lah bang"
"Iya, pasti banyak followersnya," celetuk Bagus.
"Bisa juga buka endorsan nih bang," balas Andri.
"Ngak, ngak minat saya."
"Keren ini mah bang, mirip Zayn beneran!" Ucap Reno bersemangat.
"Zayn yang mana maksud kamu, Zayn Malik atau Maher Zain?" tanyaku.
Mengundang gelak tawa mereka bertiga.
"Zainuddin," balas Andri.
✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
DIALOGUE
Teen FictionDi dunia ini hanya ada serba dua, kiri-kanan, maju-mundur, menang-kalah. Begitu juga dengan hati, memilih atau melepas. Menerima atau mengikhlaskan, dekat lalu menjauh ataukah jauh lalu mendekat? Siapakah dipilih untuk mendampingi? Jemariku bisa me...