Martabak Jomblo

5 1 0
                                        

"Pagi bang! Udah rapi begini mau kemana bang?"

"Ke rumah teman." jawabku pada Robin. Ia sedikit memperhatikan tampilanku dari atas ke bawah.

"Kenapa kau lihat saya begitu?" tanyaku.

"Siap salah! Izin bang, Abang betul kerumah teman Abang?" tanyanya tak percaya.

"Iya betul, kenapa tak percaya kamu?"

"Siap, izin tapi baju Abang rapi sekali."

"Yaa baguslah! Saya ke rumah Lo dulu." Ucapku sambil menepuk bahu Robin lalu segera pergi.

Rumah Lo terletak di kawasan perumahan. Lima belas menit mengendarai motor pun sampai. Tapi yang membawa motornya kan marinir jadi yaa bedalah sama pengendara lain.
Satpam penjaga perumahan sudah mengenalku tak perlu harus lapor dulu.

Usai memarkirkan motor di garasi. Aku mengetuk pintu rumah Lo. "Assalamualaikum." Ucapku lalu kemudian membuka pintu yang tidak terkunci itu.

"Ehh, ada kamu!" Sambut Lo ramah. 

"Jawab salam dulu!" Perintahku sebelum hendak duduk.

"Maaf, tadi ngak kedengeran. Waalaikumsalam."

"Nih!" Ucapku menyodorkan sekantong plastik.

"Wahh, apa nih?" Balas Lo membuka plastik yang ku berikan dengan antusias.

"Makasih, baek banget sih!" Ucapnya setelah tau isi kantong tersebut. Aku mendelik.

"Ishh kamu!" Ucap Lo sambil memukulku dengan bantal.

Aku menahan bantalnya hingga Lo kesusahan mengambilnya kembali.

"Kembaliin!" Ucapnya sambil menarik-narik bantalnya dari tanganku.

Tanpa memperdulikan aku terus menahannya sambil mencomot sepotong tahu goreng di depanku.

"Ihh belagu banget Lo yaa!! Lepasin ngak?" Tantangnya.

Seketika aku melepaskan bantal membuat Lo terjungkang saking kuatnya menarik-narik bantalnya itu.

"Sakit oy!!" Ucapnya merintih.

"Salah sendiri!" Balasku.

"Kok ngeselin sih? Kamu kepentok apaan?!" Tanyanya bersungut-sungut.

"Kepentok rindu!" Kami berdua menoleh ke arah pintu masuk. Ternyata sudah ada Ghazi yang tengah duduk di sofa tamu.

"Rinduin kamu Lo, sejak ditinggal kamu bikin dia aneh seaneh-anehnya orang aneh." Ungkap Ghazi tak sesuai sikon.

"Gila maksud kamu?" tanya Lo pada Ghazi. İa pun mengangguk tanda iya.

"Semprul!" Umpatku. Seketika Lo dan Ghazi menoleh ke arahku.

"Tapi kan benar!" Jawab Ghazi melangkah kearah kami.

"Berapa kali pun ku bilang kau tak akan paham!" Balasku.

"Alah akui saja Zayn!" Serunya. Aku malah menatap Ghazi dingin.

"Ehh ada martabak! Langsung makan ajaa yuk, ntar dingin!" Suara Lo memecah kecanggungan.

"Nih Zayn!" Ucap Lo menyodorkan sepotong martabak yang dibawa Gazhi padaku.

Lo sudah menikmati martabaknya. Tapi aku hanya diam dan tak menyentuh makanan itu.

"Ayo makan Zayn!" Perintah Lo sambil menyuapiku dan memaksa memakan martabak. Ghazi malah menatapku dengan senyum mengejek.

Begitu martabak sudah melewati tenggorokanku. Lo berseru senang. "Gitu dong!" ucapnya.

                         ✍️✍️

Zayn Pov

"Zi, bukannya kamu dinas di Surabaya ya?" tanya Lo.

"Iya, kenapa?"

"Lah hari ini ngak dinas?"

"Ngaklah, kan aku di sini! Gimana sih?" jawab Ghazi pada Lo. Lo melempar martabak ke arah Ghazi tapi justru aku yang kena.

"Maaf-maaf, ngak sengaja aku."

Aku meraih tisu di meja untuk membersihkan kemejaku yang terkena isian martabak. Lo membantuku membersihkan kemeja sembari terus meminta maaf.

"Maaf yaa, ngak sengaja ini."

"Hmm," balasku.

"Marah yaa?" tanya Lo cemas.

Aku tak menjawab pertanyaan Lo. Di seberang sana Ghazi kembali mengejekku. Untung saja Lo tidak melihatnya.

"Ntar aku cuci yaa? Kamu pakai kemeja aku saja! Ada yang double size kok." 

Aku menggeleng, "Tidak usah."

"Jangan marah atuhh," bujuk Lo. Dia memang yang paling peka akan perubahan sikapku.

"Jangan marah!"

"Lain kali jangan lempar-lempar makanan sembarangan. Makanan lho itu!"

"Iyaa, maaf," cicitnya.

"Woi! Ada orang di sini!" aku dan Lo mengangkat wajah menoleh ke arah Ghazi. Lalu dengan bersama kembali tak mengacuhkannya. Membuat Ghazi kesal tak tentu.

Lo masih membersihkan kemejaku, melapnya dengan tisu basah. Entah karna sangat kesal, Ghazi melempar bantal ke arah kami. Aku reflek menghindar, menarik lengan baju Lo agar tak kena tempeleng bantalnya.

"Senang sekali kalian berdua?! Tidak lihat orang di sini? Kalau temu kangen bilang atuhh!" ucapnya kesal.

Aku dan Lo tersenyum mengejek, lalu, "DASAR JOMBLO!" ucap  kami serentak.

DIALOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang