Zayn POV
Menginjakkan kaki di Yonmarhanlan XIV Sorong adalah sebuah kebanggaan untukku.
Sorong? Iya Papua Barat. Kota pemilik Pantai terkenal Tanjung Kasuari diambil langsung dari nama hewan endemik Papua.
Akhir minggu lalu, SK pemindahan tugas sudah ada di meja kerjaku. Penunjukan itulah yang membawaku ke kota ini. Meninggalkan rekan dan letting yang sudah seperti saudara.
Tapi ini bagian dari resiko tentara, harus bersedia untuk ditugaskan jauh. Tidak ada penolakan!Karna bagi tentara tugas adalah kehormatan dan amanah. Sejak dikukuhkan pengucapan sumpah dan janji setia di Pantai Kondang Iwak. Seakan ombak besar menjadi saksi momen bersejarah bagi Marinir.
Maka dengan niat tulus, aku menuju Sorong. Menghirup udara tanah Papua, meninggalkan Ananta Lo Firma di tanah Jawa.
Sejak dia tahu aku akan pindah tugas, Lo rela menunggu bahkan sebelum arunika menyapa. Aku yang hendak pergi berdinas dibuat kaget dengan tingkah Lo yang memeluk erat kakiku sambil meracau tak jelas. Mengundang perhatian kaum ibu-ibu ketika hendak berbelanja pagi.
Sampai ada yang mengira yang tidak-tidak. Persis seperti adegan Indosiar program sinetron Suara Hati Istri dengan tagline "Suamiku Pergi meninggalkan aku dan anak."
Malu sekali saya ketika mengingat adegan konyol itu. Tidak tahukah ibu-ibu, seorang Kapten Marinir Zaid Ali Yazid Naim dibuat seperti laki-laki yang tega meninggalkan istrinya demi perempuan lain. Oh No!
Rasanya ingin sekali aku menyeret Lo ke meja hijau atas tuduhan pencemaran nama baik, menurunkan harga diri saya sebagai komandan Marinir.
Tak ingin disaksikan ibu-ibu yang suka menghibah, saya menarik Lo masuk. Tentunya ini masih rumah Lo, tak sopan menyeret sang tuan rumah ke istananya sendiri.Tapi mau diapakan, saya pun tak tahan dikukuhkan sebagai pelaku antagonis di sinetron bak Suara hati Istri. IYA! Program dimana istri-istri boleh menjerit-jerit disana. Selalu saja Perempuan itu selalu benar! Kalau salah pun harus dikatakan benar. Yasssh!!
Di batalyon ini sebenarnya sudah banyak lettingku berdinas di sini. Aku harap bisa menemukan salah satu dari mereka. Setelah melapor pada Dan Yonmarhanlan XIV, aku sudah sah berdinas di sini.
Sekarang menuju sebuah rumdin yang kosong pernah ditempati perwira yang dulu juga berdinas di sini, kata Dekantara. Seorang Lettu Marinir sejak dua tahun lalu langsung ditugaskan di Yonmarhanlan XIV Sorong.
"Izin ndan, izin saya harus kembali berdinas Ndan," ucapnya.
"Silahkan," ucapku. "Jangan kaku begitu!" Menurunkan tangannya yang hendak hormat padaku.
"Siap, Ndan"
"Panggil Abang!" ucapku sambil menaruh tas di di lantai.
"Siap, saya kembali dulu bang."
Aku melanjutkan untuk membenahi beberapa alat-alat sederhana di rumah ini. Menatanya sebaik mungkin, biasanya para ibu Jalasenastri bakal membantu suami mereka yang pindah dinas merapikan barang-barang. Sayang belum punya!
✍️
Waktu sudah menunjukan pukul 18.15 WIT. Saatnya untuk beribadah menunaikan shalat Maghrib. Tepat pukul 19.00 WIT, Deka kembali berkunjung ke rumah membawa beberapa teman dekatnya. Sepertinya satu peleton. Mereka nampak sungkan meski sudah ku suguhkan mendoan sambal terasi.
Kesekian kalinya aku menawarkan, Deka tampak lahap menikmati tiap cocolan tempe. Satu persatu temannya mulai juga melahap mendoan itu. Singkat waktu aku dan Deka menjadi akrab, dia orang yang ramah dan loyal. Kami pun bercengkrama hingga malam. Usai shalat isya, kami kembali mengobrol.
"Izin bang, sudah berapa lama di Korps Marinir bang?" tanya Ali. Seorang sersan kepala.
Aril menepuk pundak Ali agar ia tidak bertanya lancang.
"Sudah tujuh tahun,"
"Waah, keren Abang ini," puji
Arlan."Ah tidak!"
"Coba kalo saya jadi perwira seperti abang tak mungkinlah lari si Aya," kata Ali sambil memandang jauh seperti mengingat sesuatu.
"Alaaah! Menghayal teruuuus kau! Ibaratnya mutiara itu tak hanya satu tapi beribu-ribu. Tak ada gunanya memikirkan si Aya. Sudah bahagia dia! Harusnya kau doakan semoga dia samawa sama pasangannya," kata Wahyu bijak.
"Tak jadi ikhlaslah saya, ibaratne lagu mas. Terlatih patah hati," sambungnya.
"Masih ajaa predikat sadboy kau ndak luntur Li."
✍️
KAMU SEDANG MEMBACA
DIALOGUE
Ficțiune adolescențiDi dunia ini hanya ada serba dua, kiri-kanan, maju-mundur, menang-kalah. Begitu juga dengan hati, memilih atau melepas. Menerima atau mengikhlaskan, dekat lalu menjauh ataukah jauh lalu mendekat? Siapakah dipilih untuk mendampingi? Jemariku bisa me...