Pesan Tanah Jawa untuk Papua

0 1 0
                                    

LO POV

Sejak adegan Indosiar itu ku praktekkan kala mendengar Zayn akan pindah hingga kini Zayn mendiamkanku. Rasanya sakit tapi tak berdarah!

Entah ini hanya perasaanku atau dia tengah sibuk saat ini aku tak tahu. Tapi sudah terhitung tiga hari Zayn di Sorong belum mengabariku sekalipun. Apa sudah ada perempuan lain di sanakah yang membuatnya tertarik? Aarghh..!!

Pikiran negatifku tentangnya sulit sekali hilang. Ingin aku mengabari tapi gengsi. Beginilah perempuan terlalu drama. Jika ku ingat-ingat, tak seorangpun perempuan yang dekat dengan Zayn selain aku.

Pikiranku berputar entah kemana seiring pena menari di jariku. Mustahil sekali, Zayn akan melupakanku kecuali dia amnesia!

Menatap ke luar jendela memang menghabiskan waktu. Seakan-akan Sorong berada di pelupuk mata, seseorang yang nun jauh di sana pandai sekali merangkai rindu. Menimbulkan badai yang mengacau-balaukan ketentraman jiwaku.

"Woiii!!!" seketika aku mengusap-usap telingaku yang memerah.

"Apa Lho cengengesan?!!" ucapku menahan kesal pada Yuni.

Dia malah semakin ketawa sambil memegang perutnya.

"Ehh semprul, ngak kering apa gigi lho ketawa mulu!"

"Lho mah lucu banget sih," ucapnya yang ku hadiahi sandal. Untung saja masih baru.

"Ketahuankan lho rindu sama Zainuddin lho,"

"Sembarangan lho!! Bukan Zainuddin namanya," balasku.

"Iye terserah deh, mau apapun namanya yang penting lho rindu kan sekarang. Ngak ada yang ngabarin lho, doi udah seneng bebas dari lho," ucapnya tak tahu adat.

"Sok tau lho, mendingan gue! Dari pada lho, udah jomblo, ngenes belagu lagi!"

Yuni pergi dengan ekspresi kesalnya dan menghentakkan kaki. "Dasar bocah!"

Beberapa detik kemudian ia kembali, "Ananta Lo Firma binti Abdul Nasser, ratunya babang Zainuddin. Boleh pinjam uang ngak? Boleh yaa, ongkos gue kurang nih. Males banget kalo harus nemenin Pak Odi jaga malem.. yaaa??"

"Nih," ucapku sambil menempelkan selembar uang merah di keningnya. "Namanya Zaid Ali Yazid Naim bukan ZAINUDDIN, paham ngana?"

"Hehehe.. siap salah ibu jala, terimakasih. Permisi," sesaat Yuni berbalik. Aku sudah berkacak pinggang, "Apa lagi?! Kurang duitnya?!!"

Dengan tersenyum, "Selamat merindu dalam jarak yang membuat hati dan logika beradu."

                               ✍️✍️

Adegan ketika sersan Seo Dae Young dan Letnan Myung Jo yang kembali dipisahkan oleh tugas masing-masing. Letnan Myung Jo yang kecewa karna Seo Dae Young memperlakukannya sebagai atasan padahal dia ingin dipandang sebagai kekasih. Membuatku kembali teringat akan Zayn, bedanya tak jelas status di antara kami. Saling merindukan, mengkhawatirkan satu sama lain.

Pulau Jawa-Papua terbentang lautan berombak yang kini menjadi penghalang antara aku dan Zayn. Selama ini aku tidak pernah benar-benar jauh darinya namun kini keadaan menuntutku untuk dewasa bahwa rindu acapkali melukiskan kebingungan antara kita.

Zayn, pukul 22.00 WIB di sini, di Sorong sudah tengah malam. Aku tak mengerti kenapa seakan semesta membuat rindu setelah samudra Pasifik menjadi penghalangnya? Apa begini semesta mengajarkan kita untuk menikmati waktu sesaat yang kelakkan menjadi memori kenangan?

Jika iya, aku akan memeluk setiap ingatku akan dirimu. Pun jauh langkahmu saat ini tak berarti kau telah hilang di sanubari. Semoga malam menyampaikan pesanku padamu. Bahwa ada di tanah Jawa yang merajut rindu yang mampu menembus tapal batas Pantai Kasuari.

Selamat malam Zayn, Selamat malam Sorong.
Alo, 1 Agustus 2023.

DIALOGUETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang