xxviii. Kopi di malam minggu

98 28 1
                                    

  Sesekali Gantar melihat arloji di pergelangan tangan nya, sudah menunjukan pukul tujuh malam rupanya, di depan pagar putih rumah Kinar lelaki itu menunggu gadis nya untuk keluar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Sesekali Gantar melihat arloji di pergelangan tangan nya, sudah menunjukan pukul tujuh malam rupanya, di depan pagar putih rumah Kinar lelaki itu menunggu gadis nya untuk keluar.

   Hari ini malam minggu, dan sudah seperti terjadwal bahwa setiap malam minggu Gantar akan mengajak pergi Kinar, kamanapun yang penting berdua.

    Dari mulai mengitari jalan setapak di sempur, atau makan martabak di air mancur atau sekedar berkeliling untuk mencari jajanan kaki lima, sederhana namun kinar menikmati nya semua bahkan duduk di atas motor dari seorang Narakata pun membuat ia percaya bahwa semesta punya sisi protagonis nya ternyata.

    Ah, semesta baik tapi hanya kita nya saja yang berpikir kalau skenario nya selalu tidak berpihak pada kita, padahal semakin tragis jalan cerita nya tandanya semakin unik bukan?, tidak selalu harus berada di zona nyaman untuk merasa aman, asal ada orang di sekitar yang tepat untuk menjadi pengaman paling nyaman.

   Semesta selalu di kira antagonis oleh manusia yang ironis padahal yang sebenernya terjadi adalah rasa sayang semesta pada penduduknya agar saat nanti,vbila semua hanya tinggal kenangan akan ada yang bilang seperti ini 'ah coba ngga akan ada sakit di hari itu, pasti ngga akan bisa jadi aku yang seperti ini' .

  Naman nya juga menumpang di bumi, tidak akan ada yang abadi bahkan rasa sakit sekalipun, juga bahagian semua mungkin berputar, kalau tidak berarti roda mu karatan, bercanda — mungkin belum waktunya (?)


    "Gagat, aku diizinin nya cuman sampai jam 9 malam soalnya nanti papah bakal pulang" kata Kinar setelah keluar dari pagar rumah nya.

   "Mau aku pamitin ga ke mama?" Tanya Gantar.

    Kinar pun mengeleng "ngga usah, da mama nya lagi mandi tadi pas aku mau keluar"

   Gantar pun tersenyum "yaudah atu ayu?" ajak nya, Kinar pun mengaguk lalu kedua nya pun naik ke atas motor.

   Motor pun dijalankan sampai keluar komplek perumahan Kinar, jalanan malam Minggu di kota hujan ini cukup ramai, rembulan masih nampak walaupun jalanan sudah terang karena lampu disepanjang jalan nya.

    "Kota hujan panas ya?, manipulatif dia. hujan kok hareudang"  

    Kinar pun terkekeh lalu memukul pelan bahu Gantar "berarti kalau kota kembang, harus banyak bunga nya ya?"

     "iyadong?, kota pahlawan juga harus ada pahlawan nya?"

     "kan emang ada?"

     "ah mana ga keliatan?"

     "kan di dalem tanah gagaaaat, kamu mah!"

     "oh iya ya?, berarti mengheningkan cipta nar!"

     "biar?"

     "mengenang jasa para pahlawan yang sudah berjuang lah nar, coba kalau sampai hari ini masih perang, gagat nya kinar ini lagi sibuk griliya di hutan"

[ ✓] i. ASMARLOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang