xxix. Kali ini izinkan menyerah pada semesta.

117 23 1
                                    

  Kinar membuka pintu kamar nya, hari Minggu ia biasanya bangun pagi-pagi namun di hari ini ia bangun sekitar jam sepuluh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Kinar membuka pintu kamar nya, hari Minggu ia biasanya bangun pagi-pagi namun di hari ini ia bangun sekitar jam sepuluh.

   Ia menatap papah nya yang sudah duduk di meja makan, kemudian ia terdiam ntah mengapa ia merasakan ketakuntan saat berhadapan dengan sang papah apalagi tatapan nya yang membuat Kinar makin menciut.  

   "Kinar duduk" perintah sang papah

   Kinar pun mengaguk pasrah, lalu duduk di meja makan itu berhadapan dengan sang papah.

   "Nilai kamu makin anjlok, kamu sudah lihat?"

    Kinar pun menunduk, ah 90 itu tidak akan pernah sempurna.

   "Nilai ulangan kamu anjlok!, pelajaran inti gada yang sempurna!, BODOH!"

   Kinar pun tersentak sembari memejamkan matanya, tubuh nya sudah bergetar hebat namun air mata ia lebih memilih di tahan walaupun sangat sulit tapi jika papa nya melihat ini yang terjadi ada semakin di caci makilah Kinar.

   sementara mama Kinar hanya mampu pertengakaran antara anak dan suami nya itu dari balik pintu dapur, tak berani mendekat takut kena imbas nya walaupun sejatinya seorang ibu ingin sekali memeluk anak perempuan nya itu, namun apalah daya, di saat mama waktu itu membela Kinar yang ada semua piring pecah karna lemparan sang papa.

   "Ah!, sibuk pacaran ya kamu?!,oh jadi karna pacaran sama si gantar itu kamu makin bodoh ya?!, cari pacar tuh yang pinter jangan mau ke bawa bodoh nya Kinar!, papa sering bilang apa ke kamu?, pacaran itu racun, cinta itu sakit, patah hati di akhir hancurlah hidup kamu!, inget Kinar jangan pernah mau di injek injek sama orang, apalagi laki-laki!, walaupun kamu perempuan kamu pun harus sukses!, jangan kamu yang cari laki-laki! tapi laki-laki yanh cari kamu!, kamu harus jadi perempuan yang berdiri di kaki kamu sendiri!"

   Kinar pun sudah tidak tahan, matanya sudah mengeluarkan bulir air matanya, kukunya pun mulai mengeluarkan darah karna yang dilakukan jarinya sedari tadi untuk menghilangkan panik adalah mengaruk kulit di ujung kuku, sehingga kini kulit itu tergesek dan mengeluarkan darah.

    "oh nangis?!, baru dapat gretakan aja kamu udah selemah ini kinar!, apa jadinya kalau nanti si gantar itu ninggalin kamu?, kamu mau selemah apa lagi?, cih!, papa selalu bilang ke kamu jangan pernah jatuh cinta sebelum kamu bisa menahan tangis, kamu sekarang kaya gini hanya buang-buang waktu , bisa kamu sukses dengan pacaran?, bisa kamu makan dengan cinta?, ngga kinara... kamu cuman bisa makan hati, sudah susah tambah susah dengan hati yang gundah, bahagia mu cuman delusi, putusin gantar sekarang!"

    Kinar pun mengeleng dengan cepat menatap sang papa "papa boleh ngatur dan ngejalanin masa depan sesuai yang papa mau, tapi tolong di masa kini biar kinar yang nentuin mau nya kinar apa ya pa.."  

    papa pun terdiam menatap putri nya itu, segimanapun galak nya seorang papa; tetap lah ia seorang ayah yang memiliki ikatan batin dengan putri kandung nya tersebut.

    "maafin kinar ya pa, selalu ga pernah sesuai ekspetasi papa, selalu jadi gagal untuk mimpi papa dan gabisa jadi sempurna untuk itu, pah kalau boleh jujur.... kinar sesak" Lanjut nya dengan suara yang lirih, papa nya itupun mengalihkan pandangan tak mau menatap putri nya yang sudah terlalu rapuh dengan semua yang terjadi.

    dan dari belakang pintu, sudah ada mama yang terisak pedih dengan batin nya melihat putri nya serapuh itu karna ambisi orang tua yang ingin kehidupan anak nya baik dan tak pernah merasa susah, dari balik cacian dan amarah papa yang menuntut putri nya untuk selalu sempurna ada sebuah keinginan untuk melihat anaknya bisa bahagia nantinya, tanpa mengalami pedih nya hidup berdiri di kaki orang lain, ayah hanya ingin kinar berdiri di kakinya sendiri sebagai perempuan yang berhasil atas langkah nya sendiri, menjadi pribadi mandiri yang bisa berdiri di kaki sendiri, hanya itu yang papa harap. 

    Namun bagaimana bisa kinar berdiri sendiri, sementara kedua sayap nya sudah di potong karna ambisi, tangan nya sudah terikat dan langkah nya di atur kemana ia berjalan, jadi bagaimana ia ingin berdiri di kakinya sendiri?, bahkan sampai kini pun langkah nya tak pernah dari keputusan nya.

      Sesak, lumpuh dan kemudian runtuh, harap akan utuh, apa itu? akhirnya pun hanya menjadi harap yang rimpuh.

   "besok kamu pulang sekola langsung papa jemput, kamu ada bimble tambahan" 

   Kinar pun mengigit bibirnya, bagaimana besok? Gantar akan tanding basket. mana mungkin ia tidak bersama Narakata nya itu, bahkan Kinar sudah janji akan hadir dan menonton paling depan dan akan meneriaki nya dengan lantang.

   "pa tapi kinar gabisa besok?"

    "kenapa?"

    "gabisa"

    "mau main?"

     Kinar pun mengeleng "ngga pa"

    "mau ngapain?"

    "mau nonton pertandingan basket sekola pa"

    "wajib?"

    Kinar pun terdiam, di otak nya ada dua opsi ia harus berbohonh atau jujur tapi itu tidak akan diizinkan "ngga pa, ngga wajib"

    "keuntungan kamu nonton pertandingan orang apa?, beasiswa ui?"

     Kinar pun hanya terdiam, tak bisa menjawab ucapan sang ayah 

     "kamu nonton pertandingan itu, sama aja kamu nyaksiin kekalahan kamu di ptn" papa pun bangkit dari kursi nya lalu mengambil tas kantor nya itu kemudian menatap kinar sesaat "gada alesan, abis pulang sekola papa jemput kamu"

    Kinar pun hanya bisa terdiam, lalu menatap kepergian papanya itu lalu sesaat kemudian dadanya terasa sesak matanya mulai mengeluarkan air mata, tubuhnya mulai bergetar dan yang ia bisa lakukan adalah memeluk dirinya sendiri yang terisak.

   "pa, kinar ingin menghasilkan banyak karya dalam hidup, bukan banyak gelar agar bisa hidup" gadis itupun terisak semakin jadi, ia memeluk dirinya sendiri dengan erat, begitu sesak dan sakit kakinya lumpuh, sayap nya di ambil pasrah semoga tangan untuk memeluk dirinya sendiri ini tidak bosan.

   Sementara itu di balik pintu dapur ada seorang ibu yang batin nya terisak sesak melihat anaknya dalam keadaan seperti ini, nurani nya rasanya luluh lantak melihat nya.

    Takut, menjadi dewasa; semesta pada titik ini mohon untuk menyerah ya, langkah nya sudah hilang biarkan penduduk bumi ini memeluk dirinya sendiri, sebab hanya diri nya sendiri yang mengerti tentang keadaan sakit ini.

BERSAMBUNG.....

[ ✓] i. ASMARLOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang