Jennie berdiri di dekat pagar rumah keluarga Jeon. Menunggu Wonwoo mengambil sepeda miliknya. Awalnya Jennie ingin berjalan kaki, tapi Wonwoo menyarankan menggunakan sepeda untuk menghemat waktu. Setelah dipikir lagi, usulan Wonwoo terdengar lebih baik dibandingkan berjalan kaki di siang hari yang terik ini.Namun, Jennie teringat sepeda milik laki-laki itu. Tidak ada kursi tambahan di belakangnya. Apakah ia harus berdiri di belakang atau duduk di depan Wonwoo beralasan besi rangka sepeda? Jennie menggeleng. "Enggak ada yang enak pilihannya. Kalau begini, lebih baik jalan kaki dibanding aku harus duduk di besi atau berdiri. Sama-sama lelah dan menyakitkan."
Baru saja Jennie mengatakan itu, Wonwoo datang dengan sepeda berwarna merah muda. Sepeda dengan keranjang di depannya. Seperti sepeda perempuan, pikirnya.
"Maaf menunggu lama. Aku harus memindahkan sepeda punyaku dan Papa dulu untuk mengambil sepeda milik Mama," kata Wonwoo yang sudah berada di depan Jennie.
Jennie tersenyum. Bodoh! Kenapa enggak kepikiran itu sepeda milik mamanya. Jauh-jauh dari pikiran aneh seperti itu tentang Wonwoo.
Wonwoo memandang aneh ke arah Jennie. Perempuan itu hanya tersenyum ke arahnya tanpa naik ke sepeda. Perasaan di rumah enggak ada hal-gal gaib.
Tangan Wonwoo terangkat. Mengarahkannya tepat di depan wajah Jennie. "Jen. Jennie. Hai!"
Jennie tersentak kaget. "Eh. Maaf. Tadi enggak sengaja bengong."
Kedua sudut Wonwoo terangkat membentuk sebuah senyum. "Kamu suka bengong tiba-tiba, ya? Buat aku takut aja."
"Takut?" tanya Jennie bingung.
"Takut kalau kamu kesurupan, tapi masa iya kesurupan siang-siang bolong gini, ya? Emang bisa?" tanya Wonwoo yang mendapat pukulan di bahunya.
"Apa s-eh, maaf enggak sengaja." Jennie tersadar baru saja memukul pelan bahu Wonwoo.
"Santai aja, Jen. Ya udah, yuk jalan. Nanti keburu siang makin panas," ucap Wonwoo yang langsung diangguki oleh Jennie. "Pegangan, ya."
Jennie terdiam. Melihat ke belakang tidak ada pegangan pada kursi sepeda milik mamanya Wonwoo. Sedikit ragu ketika memegang ujung kaus milik laki-laki itu.
Wonwoo yang merasa kausnya sedikit tertarik hanya tersenyum. "Aku jalan, ya."
October 17th, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Warnet (Jennie Wonwoo)
FanfictionBerawal dari printer Jennie yang rusak dan harus ke warnet. Jennie bertemu dengan Wonwoo, penjaga warnet ganteng yang mencuri perhatiannya. Note: short story per chapter. Less than 1k word, only 300-500 word per each