8. Suasana Canggung

588 112 19
                                    


Baik Jennie dan Wonwoo keduanya terasa canggung duduk berdua di bangku taman kediaman orang tua Wonwoo. Sejak lima menit lebih, keduanya hanya duduk dalam diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan di antara keduanya. Hanya ada angin yang berembus menemani mereka.

Seakan lupa dengan interaksi yang telah mereka lakukan sebelumnya. Wonwoo yang bingung dengan bahan pembicaraan dan Jennie yang sediki ada rasa bersalah karena mengira Wonwoo adalah seseorang yang bekerja di warnet milik keluarga Jeon. Terlebih lagi, Jennie baru tahu bila Wonwoo sudah lulus kuliah dan berada satu tingkat di atasnya.

"Maaf." Satu kata keluar dari bibir Jennie.

"Untuk?" tanya Wonwoo yang kini melihat ke arah perempuan yang duduk di sebelahnya.

"Maaf sudah berpikir kalau kamu itu pembantu atau karyawan di keluarga Jeon. Dan, sempat nuduh yang enggak-enggak juga, Kak," kata Jennie yang diakhir dengan embel-embel 'Kak' sebagai rasa sopan kepada Wonwoo yang lebih tua darinya.

Wonwoo menaikan alisnya bingung. "Nuduh yang enggak-enggak? Maksudnya?"

Jennie merutuki dirinya telah mengatakan itu. Memaki dirinya sendiri dalam benaknya. Bingung melanda Jennie. Ingin berkata jujur, tapi takut dikira menuduh. Namun, kalau bohong sudah pasti dosa Jennie bertambah.

"Nuduh apa? Aku simpenan tante-tante girang?" tanya Wonwoo tepat sasaran dan membuat Jennie semakin merasa tidak enak. Namun, pandangan takut Jennie berubah seketika menjadi bingung ketika mendengar suara tawa Wonwoo.

"Hahahahaha ... aku kira kamu bakal ngira aku maling barang branded atau apa. Ternyata mikir aku ini simpanan tante-tante hahahaha ... santai aja, Jen. I'm totally okay for that," katanya santai.

"Dari dulu, aku emang orangnya biasa banget dan hanya memakai barang-barang yang enggak mencolok, kecuali laptop, sepati atau sepeda aja. Bajuku rata-rata kayak gembel sih," lanjutnya. "Dan lagi, jangan panggil 'Kak'. Aku itu seumuran sama kamu."

Untuk sekian kalinya, Jennie kembali terkejut. "Seumuran? Tapi, kamu udah lulus lebih dulu."

"Itu karena pas SMA aku ada loncat satu kelas, jadinya aku setahum lebih cepat. Sebenarnya aku bisa menyelesaikan kuliah lebih cepat satu tahun, tapi aku ingin merasakan masa kuliah dengan santai seperti kebanyakan mahasiswa lainnya," jelas Wonwoo.

Wonwoo mengangkat tangannya ke arah Jennie. "Mau kenalan ulang? Tadi kayaknya kurang sopan. Maaf juga, aku sedikit cuek sama kamu padahal kita pernah berbincang sebelumnya."

Jennie hanya mengangguk pelan. Diam sesaat hingga tersadar Wonwoo masih menunggu balasan untuk jabat tangan. "Seriusan mau kenalan ulang?" tanya Jennie yang diangguki oleh Wonwoo dan membuat Jennie membalas jabatan tangan Wonwoo.

"Jeon Wonwoo. 25 tahun. Anak pertama keluarga Jeon."

"Jennie Kim. 25 tahun. Putri keluarga Kim. Mahasiswa Manajemen yang lagi nunggu sidang."

Keduanya melepas jabatan tangan. Suasana kembali canggung untuk memulai kembali pembicaraan. Namun, kali ini Wonwoo membuka suara untuk menghilangkan rasa canggung di antaranya dan Jennie.

"Udah buat bahan presentasinya?"

Jennie menggeleng. "Bingung mau seperti apa. Takut nanti kebanyakan atau kedikitan sampai diserang sama penguji."

"Mau aku bantu?" tawar Wonwoo. "Setidaknya bisa membuat pertanyaan dari penguji sedikit berkurang."

"Sekarang?" tanya Jennie. "Kalau sekarang, aku pulang dulu buat ambil."

"Bebas. Aku punya waktu luang banyak. Mau sekarang juga boleh. Aku bisa mengantarmu," usul Wonwoo. "Kurasa obrolan orang tua kita akan lama dan mungkin akan berlanjut lagi sehabis makan siang sampai sore."

Jennie berpikir sejenak. "Boleh deh, dari pada nunggu mereka kelamaan di sini," katanya yang langsuny berdiri diikuti oleh Wonwoo untuk meminta izin pulang sebentar.

October 6th, 2021

Abang Warnet (Jennie Wonwoo)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang