Jennie cukup terdiam ketika menyadari bahan presentasi untuk sidang telah selesai. Hanya memerlukan waktu 45 menit. Sedangkan sejak kemarin, satu slide presentasi pun belum bisa diselesaikan karena ada rasa takut untuk menarik pertanyaan-pertanyaan menjebak dari para penguji. Dan, bersama dengan Wonwoo semua dikerjakan cepat dan sesuai dengan inti ingin disampaikan oleh Jennie.
Kedua manik hitam miliknya tidak berhenti memperhatikan Wonwoo yang sedang membaca dan menandai setiap inti dari skirpsi milik Jennie. Laki-laki itu benar-benar membuat Jennie takjub karena dengan mudah menemukan inti dari setiap pembahasan yang ingin disampaikan olehnya. Namun, Jennie teringat ketika Wonwoo memuji isi skripsi miliknya saat jogging beberapa waktu lalu. Ia lupa bila laki-laki itu sudah membaca isi setiap skripsi miliknya.
Namun, ada satu hal yang tiba-tiba Jennie rasakan saat mulai duduk bersama, belajar bersama dan membahas hal-hal mengenai skripsi miliknya bersama dengan Wonwoo. Jennie seperti déjà vu, merasakan pernah berada situasi seperti ini.
Ada perasaan rindu yang sama ketika Jennie masuk ke dalam kamar milik Wonwoo. Dan, perasaan itu yang kini dirasakan olehnya lagi. Jujur saja, Jennie merasa sedikit sesak ketika berdiskusi dengan Wonwoo hingga laki-lakin itu terlihat khawatir. Namun, hanya kata 'aku enggak apa-apa kok' yang dapat Jennie ucapkan.
"Kenapa waktu berada di warnet, enggak merasakan hal ini? Kenapa setelah masuk kamar ini benar-benar terasa déjà vu?"
Kini, Jennie hanya seorang diri di kamar ketika Wonwoo meninggalkannya lima menit lalu. Menenangkan pikiran dan menunggu laki-laki itu kembali setelah mengambil minuman. Jennie menyandarkan tubuhnya pada kursi lantai. Kembali memperhatikan setiap sudut kamar yang telah membuatnya déjà vu dan pandangannya kembali tertuju kepada kotak musik yang terpajang di sudut kamar.
"Sebenarnya kenapa alat musik itu bisa ada dua? Aku yakin sekali itu mirip dengan yang ada di kamarku. Posisi hatinya saja yang berbeda dan kurasa ketika kotak musik itu di dekatkan akan berbentuk sebuah hati," monolog Jennie.
"Aku juga kenapa baru sadar. Kenapa bisa ada alat musik yang dibuat hanya satu-satunya dengan motif setengah hati dan satu huruf? Apakah pembuatnya sedang sakit hati ketika membuatnya? Tapi, kenapa harus huruf 'J' dan 'W' jika alat musik itu adalah satu pas—Jangan-jangan ada pesan tersembunyi di alat musik itu dari si pembuat untuk mantan kekasihnya?" lanjut Jennie.
"Iya. Iya. Bisa jadi yang dimaksud hanya dibuat satu-satunya adalah alat musik ini hanya ada 1 pasang di dunia! Mungkin Papi beli karena huruf yang tertulis itu sama dengan namaku dan bisa saja Om Minki membelinya karena nama Wonwoo," kata Jennie menarik kesimpulan seorang diri. "Jennie memang pintar!"
"Kamu memang pintar, Jen," interupsi Wonwoo ketika membuka pintu dan mendengar perkataan perempuan itu. "Buktinya kamu bisa membuat skripsi sebagus itu."
Jennie hanya tersenyum malu ketika mendapatkan pujian dari Wonwoo. "Aku enggak terlalu pintar. Kalau aku pintar, pasti aku sudah membuat bahan presentasi sejak kemarin."
Wonwoo tersenyum. "Pintar belum tentu bisa menguasai semua hal. Semua orang itu pintar, tapi ada porsinya setiap orang," katanya. "Makan siang sebentar lagi siap, nanti Mama akan memanggil kita. Ada yang ingin kamu lakukan?"
"Apa boleh aku mendengarkan kotak musik ada di sana?" pinta Jennie.
"Maaf. Aku tidak tahu kuncinya ada di mana. Karena ketika pulang dari Jepang, aku tidak ingat memiliki kotak musik itu. Aku sudah mencari kuncinya ke mana pun, tapi tidak ketemu. Kupikir kotak musik itu rusak atau kuncinya hilang," jawab Wonwoo merasa tidak enak. "Bagaimana kalau mendengarkan lagu? Sebenarnya ada satu lagu yang aku suka sampai saat ini dan ketika mendengarnya aku langsung suka."
Jennie berpikir sejenak. "Lagu apa?"
"Love Day yang dinyanyikan oleh Yoseob dan Eunji. Lagu lama, tapi lagu itu selalu membuatku nyaman. Entah kenapa saat aku mendengarnya, aku merasa senang dan tersenyum. Lagu itu seakan memberiku semangat," ucap Wonwoo.
"A-aku juga. Seakan lagu itu sangat berarti denganku," kata Jennie.
"Aku juga. Seperti déjà vu. Seperti tadi, saat kita duduk bersama aku merasakan pernah duduk bersamamu dan berdiskusi. Padahal kita baru saja bertemu." Jennie terdiam ketika mendengar perkataan Wonwoo. Ada apa sebenarnya? Kenapa dia juga merasakan hal yang sama?
January 17th, 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Warnet (Jennie Wonwoo)
FanfictionBerawal dari printer Jennie yang rusak dan harus ke warnet. Jennie bertemu dengan Wonwoo, penjaga warnet ganteng yang mencuri perhatiannya. Note: short story per chapter. Less than 1k word, only 300-500 word per each