Jennie. Mahasiswa semester akhir itu hanya dapat menghela napasnya di depan sebuah warnet—warung internet—yang berada di dalam komplek rumah tinggalnya. Jika saja printer miliknya tidak rusak dan sedang tidak dikejar oleh dosen pembimbingnya perihal skripsi, mungkin saja ia tidak akan berdiri di sini.Wonu-wonu Cyber Game. Satu-satuny warnet yang berada di komplek mewah tempat tinggal Jennie. Ia bahkan tidak mengerti dengan pengolah komplek yang bisa memberikan izin kepada pemilik warnet tersebut. Jennie bahkan tidak mengerti, kenapa bisa ada warnet di tempat tinggalnya? Rata-rata penghuni komplek adalah keluarga berada dan pasti anak-anak mereka memiliki komputer atau laptop sendiri seperti Jennie.
"Lihat saja. Parkiran sepi begini, pasti warnetnya enggak laku."
Kalimat yang akhirnya harus Jennie tarik ketika masuk ke dalam. Banyak anak-anak dan juga remaja yang tengah bermain gim.
"Ada yang bisa dibantu, Kak?" Suara berat milik seseorang mengalihkan perhatian Jennie. Laki-laki tinggi berkacama bulat itu tersenyum ke arahnya.
Jennie terdiam. Masa yang jaga warnet seganteng ini? Mana bersih banget penampilannya, enggak kumel gitu.
"Kak Wonwoo. PC-ku error," teriak salah satu anak kecil yang tengah bermain salah satu gim.
"Tunggu sebentar, ya, Kak."
Jennie mengangguk. Dilihatnya lagi penampilan laki-laki bernama Wonwoo itu dari atas hingga bawah. Memakai sepatu kets, kaos putih dengan jaket hitam dan celana jeans senada dengan jaket yang dikenakannya. Aura yang terpancar tidak seperti penjaga-penjaga warnet pada umumnya.
"Maaf menunggu lama. Kakaknya mau main berapa jam?" tanya Wonwoo yang sudah kembali ke meja opertor miliknya.
"Ah. Aku enggak mau main, cuman mau tanya aja. Di sini bisa nge-print?" tanya Jennie sedikit malu.
"Print? Buat tugas atau skripsi, Kak?" tanya Wonwoo lagi mengeluarkan satu rim kertas A4.
"Buat skripsi. Kira-kira 200an halaman, bisa?" tanya Jennie memastikan.
Wonwoo mengangguk dan tersenyum. "Bisa kok. Kakaknya mau di-edit dulu atau mau langsung di-print aja?"
"Itu aku ... aku akan kembali lagi dulu ambil flashdisk. Aku cuman mau tanya dulu," kata Jennie sedikit berbobong.
Jennie sendiri tidak mengerti kenapa otak dan lidahnya tidak bisa bekerja sama? Jelas-jelas di dalam tasnya ada flashdisk yang berisi semua skripsi miliknya.
"Boleh, Kak. Kami buka dari jam 1 siang sampai jam 9 malam," ucap Wonwoo memberitahu jam operasional warnet.
Jennie mengangguk mengerti dan berbalik untuk keluar. Berjalan beberapa langkah untuk menjauh dari warnet tersebut. "Ya Tuhan! Kok gue bilang mau ambil flashdisk? Skripsi gue kan ditunggu besok, astaga! Tapi, penjaga warnetnya ganteng banget. Mau ketemu lagi!"
June 20th, 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Abang Warnet (Jennie Wonwoo)
FanfictionBerawal dari printer Jennie yang rusak dan harus ke warnet. Jennie bertemu dengan Wonwoo, penjaga warnet ganteng yang mencuri perhatiannya. Note: short story per chapter. Less than 1k word, only 300-500 word per each