Sesuai intruksi. Zelena tak bergerak sedikitpun, hanya deru nafas mereka yang saling beradu mengisi celah kekosongan ruangan, ditemani oleh langkah kaki beberapa orang kian mendekat.
Zelena bingung dengan semua ini, gadis itu tak tahu menahu mengapa orang-orang itu sangat mengincar pria didekatnya, dan kenapa ia juga harus ikut terseret. Ini semua karena kalung yang tersangkut.
"Sial!"
Suara dering ponsel Zelena berbunyi dibalik kantung jaket, gadis itu lupa memberi mode silent. Pasti yang tengah menelponnya sekarang adalah Oliv. Mengapa waktunya tidak tepat!
"Gara-gara suara desahan ini, kita jadi tak fokus!"
"Bos, coba denger. Kayaknya ada suara dering Handphone di ujung sana."
Bertepatan dengan itu suara ponsel Zelena berhenti, mereka berdua sama-sama menghembuskan nafas lega setelah mati-matian berusaha meredam. Untung suara desahan yang keluar dari toilet bisa sedikit membantu.
"Bajingan! Kamu kira saya percaya!"
"Bener, Bos!"
Jantung keduanya kembali berpacu cepat saat dering ponsel itu kembali berbunyi.
"Nah, bener, 'kan. Asal suaranya di ujung sana dekat lemari."
Keringat dingin mengucur deras dibalik kaos Zelena, aliran darahnya seolah terhenti, ia menggigit bibir bawah kuat, adrenalin mengalir deras di dalam sana. Gadis itu tak dapat berpikir jernih.
Apa yang harus ia lakukan?
"Sorry—"
"Tutup mata lo," bisiknya.
Cup
Zelena menegang dan melotot tak percaya saat benda kenyal itu menempel di bibirnya, ingin memukul namun kedua tangannya di genggam erat. Nafas gadis itu tercekat ketika dengan lancang pria asing itu memeluk pinggangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Welcome to Antagonist! [ HIATUS ]
Fiksi RemajaOretha pikir setelah kecelakaan pesawat yang ia tumpangi terbakar lalu meledak, itu sudah menjadi akhir dari hidupnya. Ternyata tidak, ia masih diberi kesempatan untuk hidup ditubuh seseorang, jiwanya masuk ke dalam tubuh gadis lugu dan polos yang s...