CHAPTER 25

7.7K 770 26
                                    

Jangan lupa vote, comment, and share, ya.

Selamat Membaca💜

Zelena menuruni anak tangga dengan perasaan gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zelena menuruni anak tangga dengan perasaan gusar. Ia sesekali melirik dari sudut matanya ke arah bawah dimana Faris ayahnya sedang sarapan dengan Elina tanpa memedulikan dirinya. Dua orang itu bencengkrama dan tertawa lepas, tak tahukah ada hati yang berdenyut sakit saat melihat pemandangan itu?

"Non Lena gak sarapan dulu?" tanya bi Ningsih saat Zelena sudah dilantai bawah, perhatian ayahnya dan Elina seketika tertuju padanya.

Berat hati Zelena membalikkan tubuh dan tersenyum tipis, "Enggak Bi Ning, ntar sarapan di sekolah aja," tolaknya halus.

"Jangan gitu, Non. Tunggu ya, Bibi siapin bekal aja, gak sampe sepuluh menit kok."

"Iya deh, Bi," putus gadis itu akhirnya.

"Oke, Bibi siapin," sahut Bi Ningsih terdengar senang dan mulai menyiapkan bekal untuk Zelena.

Gadis itu tak ingin mendekat dan ingin menunggu di sofa ruang keluarga, sayangnya langkah Zelena harus terhenti lagi karena panggilan Faris yang terdengar dingin.

"Lena, sini."

Sekarang apa lagi? Mau tak mau Zelena berjalan mendekat ke meja makan berukuran sedang itu yang muat hingga sepuluh orang, ia memilih duduk di ujung hanya menyorot ayahnya datar.

"Katanya kamu di sekolah suka menindas murid." Itu terdengar seperti pernyataan bukan pertanyaan.

Zelena sedikit tersentak, namun rautnya tak berubah. Tuduhan apa lagi ini? Ia menyorot datar sang ayah menuntut penjelasan lebih.

"Maksud, Papa?"

"Jangan coba mengelak, Papa udah mendengar dari seseorang."

Gadis itu menarik sudut bibir tipis, melirik Elina yang pura-pura sibuk sendiri. "Pasti Kak Elina, 'kan?" tanyanya.

Tepat sasaran.

Sedangkan Elina tersedak lalu terbatuk-batuk mendengar penuturan adiknya itu, Faris sigap memberikan segelas air putih untuk Elina kemudian menatap garang ke arah Zelena.

"Kenapa kamu nuduh Kakak, Len?" tanya Elina dengan nada sedih dibuat-buat, membuat Faris terpancing emosi.

"Harusnya kamu berterimakasih pada Kakakmu! Dia saja tak ingin memberi tahu kelakuanmu di sekolah jika tidak Papa mendesak tadi," bela Faris.

Zelena mendengus jengkel. Tanpa melihatpun ia tahu sekarang Elina sedang tertawa tanpa suara di balik telapak tangannya yang menutupi mulut.

"Emang ada bukti kalau Lena emang nindas murid?"

Melihat keterdiaman Faris, ia terkekeh kecil. "Gak ada, 'kan? Jadi jangan sembarangan nuduh Lena, Pah," lanjutnya sarkas.

"Berani ya kamu sekarang jawab orang yang lebih tua!"

Welcome to Antagonist! [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang