CHAPTER 10

18K 1.7K 25
                                    

Jangan lupa vote, comment, ya✌

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa vote, comment, ya✌

dan

Selamat Membaca🧡
___


Zelena bergerak pelan bersembunyi di balik pohon besar sekitar tiga meter dari tempat keributan. Matanya tak salah liat, insting gadis itu berkata bahwa orang yang saat ini sedang diserang itu adalah laki-laki bajingan yang sudah berani menciumnya.

Zelena bingung, mengapa lelaki itu harus diserang oleh beberapa pria berpakaian hitam dan memakai topeng? Ia jadi teringat waktu di Club malam, mereka juga mengejar pemuda itu.

Di sisi lain Alverd mendesis bengis melihat beberapa orang berpakaian hitam telah menjebak dirinya, harusnya ia berhati-hati dan jangan ceroboh hanya karena kalimat yang membuatnya mendadak beku dan panik bersamaan.

"Akhirnya... lo masuk ke dalam jebakan kami, Black!" Salah satu dari mereka mengejek tertawa melihat Alverd kini sendirian, dan wajahnya sudah biru-biru akibat mendapat serangan mendadak.

"Lo pikir semudah itu!" ejek Alverd. "Kekuatan kalian gak ada apa-apanya, cih lemah!" lanjutnya sarkas.

Zelena sudah tak tahan hanya berdiam diri melihat itu dari kejauhan, perlukah dirinya juga ikut serta. Bukan tanpa alasan, ia hanya ingin melampiaskan amarahnya saat ini.

"Woy! Beraninya kok main keroyokan!" Zelena berteriak sambil bersedekap dada, memandang remeh mereka.

"Wow, siapa lagi ini? Masih kecil udah sok jagoan!"

"Ingat kata Shiva! Jangan panggil aku anak kecil Paman!" sahut Zelena.

Dibalik masker Alverd tertawa kecil mendengarnya, masih sempat saja gadis itu melontarkan gurauan disaat seperti ini.

Zelena bergerak mendekati Alverd. Mereka berdiri saling membelakangi dengan punggung keduanya menempel di kepungan gerombolan pria itu. Alverd terkekeh samar. "Gue belum tau nama lo."

"Lo masih aja sempet nanyain nama di situasi kayak gini, gila lo!"

"Terus, kenapa lo nyahut ucapan gue."

"Sialan!"

"Gue Alverd."

"Gak nanya!"

Alverd tersenyum miring mendengarnya. "Inget ini. Serang titik vitalnya, jangan sampai lo lengah!" saran Alverd.

Setelah itu Zelena dan Alverd saling melawan beberapa pria itu dengan kekuatan masing-masing. Melumpuhkan beberapa lawan.

Gadis itu menendang tulang rusuk salah satu dari mereka berulang kali, urat lehernya mencuat seiring dengan balasan yang ia terima di pahanya tanpa ampun.

"Akhh...,"

Zelena terhempas, jatuh memegang perutnya yang tertusuk, ia terbatuk mengeluarkan cairan merah pekat. Raut wajahnya berubah pucat.

Welcome to Antagonist! [ HIATUS ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang