"Doyoung-ssi" panggil seorang dokter yang baru keluar dari ruang operasi.
"Iya Dok, bagaimana kabar Jungwoo dan anak saya?""Kim Jungwoo belum siuman, untuk bayinya, sudah dipindahkan ke inkubator, saya permisi sebentar ya" kata Dokter itu, lalu Doyoung hanya mengangguk. Ia pun segera menuju ke ruangan inkubator bayi.
"Permisi, untuk bayi dari kamar 127 apakah disini?" tanya Doyoung pada salah satu suster disana.
"Oh, iya, silahkan ikuti saya" Doyoung pun masuk mengikuti suster disana, dan ya, ia melihat bayi yang berada di dalam 1 inkubator. Ia sangat tenang, bahkan tidak menangis sama sekali.
"Doyoung-ssi, apakah Anda sudah menyiapkan nama untuk bayi Anda?" tanya suster itu.
"Ah iya, namanya Kim Jaemin."
"Baik, terima kasih. Saya tinggal dulu sebentar ya, saya akan membuatkan gelang rumah sakit untuknya." kata suster itu.
"Oh iya, silahkan"
Suster itu pun menulis nama di gelang kertas rumah sakit, dan mengenakannya di tangan mungil Jaemin. Lalu menutup kembali inkubator itu.Doyoung pun hanya diam, memperhatikan seorang bayi yang ia beri nama 'Jaemin' tersebut. Wajahnya terlihat sangat tenang, matanya juga terlihat mirip seperti Jungwoo.. Jungwoo! Ah iya, Doyoung belum menanyakan keadaan Jungwoo lagi. Apakah dia sudah siuman?
Sebaiknya Doyoung segera kembali ke ruang operasi atau kamar Jungwoo."Hm, permisi, saya tinggal ke ruang operasi dulu ya sus" ucap Doyoung
"Oh iya, silahkan"
Ia pun keluar dari ruangan bayi, dan tidak sengaja bertemu dokter di depan ruangan operasi Jungwoo.
"Dok, apakah Jungwoo sudah siuman?" Dokter itu menoleh.
"K-Kim Doyoung-ssi, Jungwoo sudah kami pindahkan ke kamarnya.. saya sungguh-sungguh meminta maaf, karena Jungwoo-ssi.. tidak bisa kami selamatkan. Seperti yang anda tahu, seberapa besar resiko kehamilan pada pria. Saat operasi semuanya berjalan lancar, tetapi setelah selesai.. terlihat di monitor, jantungnya sudah tidak berdetak. Saya permisi" dokter itu masuk ke ruangan operasi, meninggalkan Doyoung yang diam mematung.
Tunggu, apa.. Jungwoo tidak bisa diselamatkan, berarti- HAH?! Doyoung pun segera menuju ke kamar Jungwoo. Tidak-tidak! Ini tidak mungkin terjadi!
Doyoung membuka pintu kamar Jungwoo, ia adalah suaminya, tentu ia mempunyai kunci kamar milik Jungwoo. Ia pun masuk, lalu menutup kembali pintu kamar itu.
"J-Jungwoo-ya, irreonna.." Doyoung mendekat ke kasur Jungwoo. Disana terbaring pria yang selama ini Doyoung sayangi, dan cintai. Sayangnya, ia tak lagi bisa membuka matanya, dan nafasnya pun tak lagi berhembus.
"Jungwoo-ya! Ya, Kim Jungwoo! Irreonna!" Doyoung mencoba menggerakkan tubuh Jungwoo, tetapi tidak ada respon dari Jungwoo. Doyoung pun duduk di sebelah kasur Jungwoo.
"Woo, kenapa kau meninggalkanku?! Woo, bangun! Aku masih butuh kamu disini!" percuma, tetap hanya hening yang terdengar. Doyoung menggenggam tangan Jungwoo dan mengecupnya. Air matanya pun mulai menetes sedikit demi sedikit.
"Woo, aku tahu kau pasti bisa mendengarku sekarang, dengarkan aku.. aku bersyukur bisa memilikimu, aku berterimakasih karena adanya kamu di sampingku. Aku juga berterimakasih karena kau sudah setia denganku, sabar denganku, baik denganku, walau kadang aku membuatmu kesal, sedih, atau mungkin marah. Kau ingat janji kita saat kita mendapat berita bahwa kau mengandung? Yup, di situ kita berjanji, jika karena Jaemin, kau harus sakit, atau meninggal.. kita tidak boleh marah dengan Jaemin. Aku akan menepati janji itu, sayang. Aku tidak akan pernah marah dengan Jaemin, aku menyayanginya, dia anak kita." Doyoung menghela nafasnya.
"Woo, aku juga janji untuk setia padamu, jujur aku tak tahu akan mencari dimana orang yang berkepribadian sepertimu lagi, benar-benar hanya kau satu-satunya. Aku juga akan bilang ke Jaemin, bahwa ia memiliki eomma yang sangat sangat hebat. Ia pasti bangga memiliki eomma sepertimu, sayang. Pribadi yang pantang menyerah, baik, penyabar, ceria, murah senyum, lucu, tulus, setia, penurut, terbuka, pintar, dan pastinya moodmaker untuk sesamanya." air mata Doyoung mulai mengalir deras. Mengapa hari yang seharusnya menjadi hari bahagia, justru menjadi hari yang sangat buruk.
"Entah, aku tidak bisa berpikir apa yang harus aku katakan lagi padamu, Woo. Aku hanya ingin kau membuka matamu lalu tersenyum padaku kembali, Woo." tentu saja itu tidak akan terjadi.
Hatinya sesak, kepalanya pusing, dan air matanya terus mengalir tanpa henti. Doyoung memeluk tubuh Jungwoo, dan memandangi wajahnya.
"Woo.. aku mencintaimu, sungguh." Doyoung mengecup kening Jungwoo dan bibirnya untuk terakhir kalinya.~~18 tahun kemudian~~
"Eo-eomma, annyeong.." Jaemin sedikit berjongkok.
"Appa sudah menceritakan semuanya padaku.. maafkan aku eomma.. karena aku, kau harus meninggal.."
"Jaemin-a, mengapa kau berbicara seperti itu?! Tidak-tidak, itu bukan salahmu" ucap Doyoung, lalu mengusap pundak Jaemin.
"Tentu saja itu salahku, Appa.. jika aku tidak lahir, Eomma masih bisa bersama Appa sekarang. "
"Kalau bukan karena janji Appa dan Eomma, pasti Appa sudah membenciku bukan? Aku tahu, Appa sayang sekali dengan Eomma. Aneh jika kau tidak marah padaku, pa" ucap Jaemin.
"Jaemin-a, dengarkan Appa. Ini sudah keputusan Appa dan Eomma, bukankah kau sudah belajar sex education di sekolah? Jika Appa dan Eomma tidak membuatmu, kau tidak akan ada, jadi ini bukan salahmu, justru lebih ke salah Appa. Appa tahu resikonya, tetapi-"
"K-kalau begitu, kenapa Appa dan Eomma tidak mengadopsi anak saja?"
"Mengadopsi anak, dan mempunyai anak sendiri itu rasanya berbeda, kau tahu. Appa sama Eomma maunya memiliki anak sendiri." kata Doyoung sembari mengusap kepala Jaemin.
"Appa berharap, kau tidak terus menyalahkan dirimu sendiri. Ini bukan salahmu, Eomma pasti juga sayang denganmu, Jaem. Ia pasti bangga padamu, kau sekarang sudah lulus sekolah dengan nilai yang sangat memuaskan."
"Eomma akan lebih bangga denganmu, pa. Kau bisa mengurusku sendirian, itu hal yang sulit bukan?"
"Itu karena Appa sayang padamu, kau tahu itu."
"Eomma.. gomawo kau sudah mengorbankan apapun, bahkan nyawamu sendiri untukku.. aku janji, aku akan membuatmu bangga padaku! Aku menyayangimu, Eomma" Jaemin pun menyebar bunga yang ia bawa ke makam Jungwoo.
Tolong, bantu Doyoung untuk menahan air matanya, ia mulai emosional sekarang.
"Appa, apakah kau mau menyebar bunga juga?" Doyoung mengangguk, lalu ikut menyebar bunga ke makam Jungwoo.
"Jungwoo-ya, tenang ya disana, aku bisa kok menjaga Jaemin, aku janji aku akan mendidiknya lebih baik lagi, aku menyayangimu, lebih dari apapun." ucap Doyoung dalam hati, lalu menuangkan air juga ke makam Jungwoo.
"Appa, hm, kau merindukan Eomma ya? Kau menangis?" tanya Jaemin. Doyoung hanya merangkul anaknya itu.
"Appa rindu senyuman Eomma. Kau sudah pernah Appa tunjukkan fotonya bukan? Eommamu adalah orang yang sangat ceria." Jaemin mengangguk.
"Aku juga ingin melihat senyum Eomma, pa."
"Sabar ya, Jaem.. nanti ada waktunya, kita akan sama-sama bertemu Eomma kembali, oke? Sekarang kita pulang yuk?" Doyoung pun berdiri. Begitu pula dengan Jaemin.
"Eomma, Jaemin pulang dulu, Jaemin sayang Eomma." ucap Jaemin sembari menatap batu nisan Jungwoo.
"Jungwoo-ya, annyeong" kali ini gantian Doyoung yang berbicara.
Lalu mereka meninggalkan tempat itu.Aduh maaf kalo kurang ngefeel:(
Voment juseyo~
KAMU SEDANG MEMBACA
DoWoo one shot/two shot
RomanceDoy x Woo top:Doy bott:Woo welcome! yes, ini irene lgi yg ngetik, i hope u guys like it! #1 in DoJung [010822] #1 in DoWoo! [122321]