δέκα

6.2K 1.1K 44
                                    

Hari berganti hari, renjun tersenyum cerah sembari menatap sekantung bunga yang sudah ia keringkan untuk nantinya dapat diseduh menjadi teh.

Langit cerah hari itu seakan kalah cerah dengan senyuman diwajah renjun, renjun lagi-lagi tersenyum senang karena aksi menyelinapnya hari ini jauh lebih mudah dibandingkan hari-hari sebelumnya.

Pangeran zelos tersebut mendudukan dirinya pasa sebatang pohon yang terlihat sudah tumbang mungkin faktor umurnya yang sudah tua.

Dengan sabar ia menunggu kedatangan seseorang yang sudah menjanjikan padanya bahwa mereka akan bertemu lagi.

Namun wajah cerah itu seiring berjalannya waktu semakin merengut kesal karena sosok yang ia tunggu tak kunjung datang. Sedari matahari sudah berada di puncaknya hingga akan segera tenggelam sosok tersebut belum juga muncul.

"Kau melanggar janjimu." Gumam renjun kesal sembari menatap sedih kantung yang ia sudah ikat dengan rapih tersebut.

"Siapa yang melanggar janji?" Tanya sebuah suara dari belakang tubuh renjun membuat pemuda manis tersebut terkejut dan berdiri dari duduknya.

"Maaf karena terlambat" ujar donghyuck dengan senyum tipisnya, nadanya mengisyaratkan rasa menyesal.

"Kau menyebalkan! Kau terlambat dan malah membuatku terkejut!" Kesal renjun dengan bibir yang sudah mengerucut kesal. Membuat donghyuck terkekeh.

"Maafkan aku ya renjunie?" Ucap donghyuck dengan nada memohon membuat renjun tidak tega sendiri dan akhirnya menganggukan kepalanya membuat donghyuck tersenyum cerah.

"Aku kira kau sudah pulang. Karena langit juga akan segera berubah gelap" ujar donghyuck yang kini sudah mendudukan dirinya di batang pohon tempat renjun duduk tadi.

Mendengar ucapan donghyuck, renjun pun menggelengkan kepalanya lucu. Kemudian mendudukan dirinya di sebelah sang pemuda tan.

"Aku bukan orang yang melanggar janji" ujar renjun dengan nada sedikit menekankan kata janji membuat donghyuck tertawa pelan.

"Hey, kau bilang sudah memaafkanku" ujar donghyuck disela tawa pelannya.

"Memang sudah, tapi rasa kesalku tetap ada tau" jawab renjun dengan nada sedikit merajuk.

Bukannya fokus pada wajah lawan bicaranya donghyuck malah fokus pada kantung berwarna biru langit di tangan kecil milik renjun.

"Kau membawa apa? Jimat?" Tanya donghyuck polos yang membuat renjun menyemburkan tawanya.

Bukannya merasa kesal, donghyuck malah terdiam menatap wajah renjun yang terlihat sangat indah dan cantik saat tengah tertawa lepas seperti saat ini.

Renjun menghentikan tawanya dan memberikan donghyuck kantung di tangannya tersebut membuat donghyuck mengerutkan keningnya.

"Kau memberikan jimatmu padaku?" Tanya donghyuck bingung.

"Ini bukan jimat, di zelos terdapat banyak bunga yang bisa dijadikan teh. Aku memetiknya untukmu" jelas renjun yang seketika membuat senyuman mengembang di wajah tampan milik donghyuck.

"Kau benar-benar memberikannya untukku?" Tanya donghyuck dengan nada tidak percaya dan dengan semangat renjun menganggukan kepalanya.

"Kalau kau menyukainya, aku bisa memetiknya lagi untukmu" semangat renjun yang membuat donghyuck terkekeh gemas.

Entah keberanian darimana kini tangan kanan donghyuck sudah berada di surai lembut milik renjun. Mengusap helaian surai tersebut dengan lembut. Memberikan kenyamanan tersendiri bagi keduanya.

ZELOS : The Fourth Kingdom ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang