EmPe

2.1K 175 24
                                    

BENCI JATUH CINTA Part 8
.

Sementara itu, Al juga Andin sangat kelelahan sekali dengan acara pernikahan ini. Raut wajah mereka tidak dapat dibohongi. mereka ingin segera istirahat. Bu Rosa dan Pak Surya melihat ekspresi keduanya.

"Sana istirahat ke kamar kalian. Mama sama pak Surya juga mau istirahat. kalian jangan paksakan diri ya," ungkap bu Rosa dengan nada meledek. Pak Surya tertawa kecil. Al dan Andin justru tidak menimpali.

Al yang berjalan lebih dulu tidak mempedulikan Andin yang di sampingnya. sampai Bu Rosa mengingatkan.

"Mas Al, hey... istrinya mau ditinggal?" serunya.

"Kenapa Ma?"

"Kalian udah nikah, Andin capek banget kayaknya. gendong dong ke kamar, masa dibiarkan jalan sendiri gimana sih," keluh bu Rosa.

"Iya Nak Al. anak saya terlihat capek, tolong di jaga ya." Timpal Pak Surya.

"Papa apaan sih," delik Andin.

Al mendekati langkah nya, ia menatap Andin, begitu juga sebaliknya. Andin menggelengkan kepala agar Al tidak perlu menggendongnya. Tapi sepertinya Al tidak acuh, ia semakin mendekat dan tentunya menggendong Andin menuju kamar hotel.

Bu Rosa dan Pak Surya terhura eh, terharu melihat pemandangan itu. kedua mempelai yang sudah resmi menjadi suami istri tentunya.

"Sweet sekali ya pak Surya,"ujar bu Rosa.

"Iya, mereka serasi lho Bu," pak Surya terus menatap ke arah mereka.

Al juga Andin hampir sampai di depan kamar hotel. Kamar yang tidak jauh dari tempat resepsi, sengaja salah satu kamar dihias dan menjadi tempat istirahat untuk pengantin baru. Al terus membopong istrinya itu, Andin merasa tidak enak bahkan geli harus diperlakukan seperti itu, hingga ia berontak.

"Udah lepasin!" ucap Andin sedikit kasar. Al malah tidak peduli karena di sana ada salah satu karyawan yang berpapasan dengan mereka.

"Aku bilang lepasin, jangan modus ya," Andin mengayun ayunkan kakinya. Al merasa terganggu, hingga akhirnya melepaskan gadis itu tepat di depan pintu kamar mereka.

"Bawel ya, tidak bisa sabar sedikit aja,"seru Al kesal. Andin malah membenarkan rambut juga gaun pengantinnya.
.
.

Bu Rosa dan Pak Surya ternyata tidak pulang, mereka juga menginap di hotel. Mereka belum mengantuk dan menyempatkan waktu bersama juga berbincang.

"Akhirnya ya Pak, anak-anak kita menikah juga," ujar bu Rosa setelah meneguk minuman yang di pegangnya. ia tersenyum lega.

"Iya bu Rosa, saya juga merasa lega dan bersyukur. yang tadinya mau kita batalkan perjodohan ini, malah anak anak kita menyetujuinya," timpal Pak Surya. mereka saling bersitatap penuh pertanyaan.

"Hem... penasaran nggak Pak Surya?" tanya bu Rosa yang memberikan kode aneh.

Pak Surya menghela napas dan baru ngeh," owh...itu ya Bu?, penasaran dong," jawab pak Surya sambil tersenyum.

"Kita cek nggak papa kan Pak," saran bu Rosa. pak Surya justru tertawa kecil dan mengiyakan sekaligus menuruti saran dari besannya tersebut.

Kamar hotel, Al dan Andin sampai di ruangan kamar. mereka terkejut dengan dekorasi kamar pengantin yang begitu hangat dan romantis. hiasan lilin putih menyala, pucuk bunga merah bertaburan di atas seprei ranjang.

Andin memainkan bibirnya yang tipis juga memijit mijit ujung kepalanya yang mulai terasa pusing. Sedangkan Aldebaran membuka jas dan melemparkannya ke atas ranjang. ia mencoba membuka dasi tuxedo yang pikirnya sempat membuat dia hampir tercekik, ia juga menggulung lengan kemeja. Andin serba salah, tapi dia berusaha cuek. sama seperti lelaki yang sudah menjadi suaminya itu, cuek.

Benci Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang