Sore itu, Yuta berjalan menyusuri pinggiran sungai Han. Angin sore yang berhembus tidak membuatnya kedinginan, berkat syal rajut serta jaket tebal yang menghangatkan tubuh. Langkahnya mendekati pagar pembatas sungai Han. Air sungai yang mengalir begitu tenang, namun kedalamannya jangan ditanya. Sudah beberapa kali terdapat kejadian bunuh diri di sana. Melompat dari atas jembatan dan berakhir mati tenggelam. Para manusia itu tidak sanggup untuk menghadapi dan menjalani kenyatataan dunia yang begitu kejam.
Tapi Yuta bukanlah orang dengan pemikiran pendek seperti itu. Meski saat ini dirinya sedang dilanda kesedihan, otaknya masih bisa berpikir jernih. Ia tidak mungkin melakukan dosa terbesar begitu disaat masih memilikki masa depan yang panjang. Lagipula, keluarga dan teman-temannya akan mencapnya sangat jelek.
Yuta menghela nafas pelan. Netranya menerawang jauh ke depan sana. Menatap kilauan cahaya karena bias matahari yang terkena air sungai. Namun, pikirannya melayang jauh pada kejadian 1 minggu yang lalu. Hal yang membuatnya menjadi lebih pendiam dengan hati semakin remuk.
Setelah Yuta mendapati Taeyong bercumbu dengan seorang perempuan di gang waktu itu, ia juga melihat kejadian lainnya yang dilakukan pemuda tampan tersebut. Taeyong selaku tunangannya itu kembali bermesraan dengan orang lain. Perempuan cantik yang dulu pernah menjadi primadona di sekolah mereka. Yuta memergoki mereka sedang jalan berdua, dengan wanita itu bergelayut manja di lengan tunangannya. Keduanya mesra sekali hingga Yuta memutuskan untuk mengikuti mereka, dan berakhir terpuruk dalam penyesalan.
Dengan mata kepalanya sendiri Yuta melihat mereka berciuman mesra. Bahkan tunangannya sangat menikmati kegiatan itu. Berbeda jika sedang bersama dengan dirinya. Memang mereka bertunangan karena dijodohkan tapi Yuta sungguh mencintai pemuda itu dengan tulus. Meski yang ia dapat hanya sikap dingin saja.
Pada akhirnya, Yuta memutuskan untuk berhenti mendapatkan cinta dari tunangannya. Hatinya sudah lelah. Sejak awal ia bahkan sudah kalah. Pemuda tampan itu tidak akan pernah melihat dan membalas perasaannya. Sudah ada orang lain dihatinya, lagipula mereka dijodohkan dan Yuta bisa apa?
Tak ingin berlarut dalam kesedihan, maka Yuta mendongakkan kepalanya. Ia bertahan agar tidak menangis dan berakhir menjadi pusat perhatian orang-orang. Dengan mengumpulkan keberanian Yuta mengambil ponsel dari dalam saku jaketnya dan mendial nomor seseorang.
Menunggu beberapa detik hingga akhirnya panggilan itu diterima.
"Ojii-san.. maafkan aku. A-aku tidak bisa. Yuta ingin.. memutuskan tali pertunangan ini. Maaf, maafkan Yuta, ojii-san."
Iya, Yuta pikir begitu lebih baik. Ia tidak ingin membuat hatinya terluka lebih dalam lagi. Maka ia mengalah dan membiarkan tunangannya untuk bahagia bersama dengan orang lain yang menjadi pilihannya.
ooo
"Maafkan kami Yoona. Kami benar-benar meminta maaf," wanita paruh baya yang nampak anggun itu membungkukkan tubuhnya berkali-kali pada sahabat karibnya dulu.
Yoona tersenyum tipis dan merangkul pundak sahabatnya. Seolah berkata jika ia baik-baik saja.
"Tidak apa-apa. Yuta sudah melakukan hal yang benar. Meski kami sedih dan kecewa dia menyerah secepat ini, tapi mungkin keputusannya adalah jalan terbaik. Kami yang seharusnya meminta maaf karena memaksa bungsu kalian untuk menerima perjodohan ini."
"Aku berharap, Taeyong akan bahagia bersama dengan pilihannya nanti."
Pemuda tampan yang sejak tadi diam, mendengarkan serta menyaksikan semuanya itu tidak bereaksi apa pun. Hanya menatap tajam pada karpet bulu yang dipijaknya. Kedua tangan yang berada di atas kedua lututnya mengepal erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Monster 🔞
Fanfiction_ 4th TaeYu Fanfiction _ Yuta menyerah dengan hatinya bermaksud untuk membuat orang yang ia cintai selain keluarganya, merasa bebas dan bahagia. Tapi, justru keputusan itu menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Yuta tidak mengerti. --- * WARNING...