14 - Firasat dan Amarah

339 40 23
                                    

Suasana malam di hari itu sangat sepi. Angin berhembus menggoyangkan helaian dedaunan. Dalam keheningan malam itu, Yuta memberanikan diri untuk kabur dari sana. Bermodalkan kawat besi kecil yang ia temukan, Yuta berusaha untuk membuka kuncian pintu. Sebelumnya, pemuda manis itu telah terlebih dulu menempelkan telinganya pada benda tersebut. Dirasa tak ada siapapun di sana, ia menjalankan aksinya.

Setidaknya ada yang harus dicobanya. Ia tak ingin terus berada di sana dan menunggu kedatangan Taeyong bukan? Pikirnya, bisa saja pemuda itu membiarkannya dan lebih memilih kekuasaannya untuk tetap aman. Bukan! Bukan Yuta tak ingin percaya pada Taeyong. Tapi mengingat bagaimana watak pemuda itu, ia juga jadi ragu.

Jadi, Yuta lebih memilih untuk kabur daripada berdiam diri. Jika harus mati karena tertangkap, itu lebih baik di luar sana dibandingkan di dalam bangunan tersebut. Beberapa menit berkutat dengan pintu di hadapannya, akhirnya bunyi klak pun terdengar. Yuta menghela nafas pelan untuk semakin menguatkan dirinya sebelum membuka pintu secara perlahan.

Kepalanya sedikit menyembul dari dalam sana, memperhatikan keadaan sekitar. Tak ada orang. Entah kemana bodyguard yang ditugaskan Amagai itu untuk menjaganya di sana. Tapi Yuta tak mau ambil pusing, justru hal itu menguntungkannya. Lantas ia berjalan mengendap keluar dari sana dan kembali menutup pintunya. Berjalan secara perlahan dan sebisa mungkin tidak menimbulkan suara apapun.

Sekitar beberapa langkah ia berjalan, Yuta melihat ada 2 lorong di sebelah kanan dan kirinya. Beberapa detik berdiam diri di sana akhirnya ia mengambil pilihan ke sebelah kanannya. Dalam hati sambil berdoa agar orang-orang itu tidak menemukannya, atau Amagai akan bertindak hal yang tidak-tidak padanya.

Karena masalahnya sejak awal ia bangun di tempat asing ini, perasaannya tidak enak.

ooo

Mobil hitam metalik itu melaju membelah jalanan yang sepi. Terdapat masing-masing 2 mobil lain di depan dan belakangnya. Taeyong yang menempati mobil tersebut, bersama dengan Jaehyun yang duduk di depan dan Johnny sebagai supirnya untuk kali ini. Sementara seorang lagi duduk di samping Taeyong memangku sebuah laptop yang memantau pergerakkan titik merah.

Pemuda itu mengernyit saat melihat titik merah tersebut berjalan ke suatu arah. Ia lantas melaporkannya pada Taeyong.

"Ketua, lihat ini!" laptop yang sejak tadi berada di pangkuannya diserahkan pada sang ketua.

Taeyong beralih memperhatikan apa yang diperlihatkan salah satu dari sekian orangnya itu.

"Titik merahnya berjalan ke arah lain."

Mata onixnya tertuju pada titik yang kini sedang diam sejenak di satu tempat, dan kembali berjalan setelah beberapa detik. Taeyong mengernyit samar. Mungkinkah-

"Sepertinya tunangan anda berusaha untuk kabur dilihat dari pergerakkannya yang begitu pelan. Terlihat sangat berhati-hati."

Penjelasan dari mulut pemuda itu membuat Taeyong mengumpat dalam hati. Mengapa Yuta begitu bodoh?! Jika tertangkap, Amagai bisa saja melakukan hal yang diluar dugaan. Seharusnya Yuta bisa belajar ketika bersamanya. Bahwa setiap tahanan mafia yang mencoba untuk kabur, pastilah akan mendapatkan ganjarannya. Bahkan mungkin bisa dieksekusi di tempat.

Sial!

"Johnny percepat!" perintahnya mutlak.

Taeyong kembali menatap pada sebelahnya, "Shotaro, terus pantau pergerakkannya!"

Sementara Jaehyun hanya melirik sejenak dan kembali fokus menatap ke depan. Tidak tahu mengapa, tapi jauh di dalam lubuk hatinya Jaehyun merasa sangat gelisah mengetahui tunangan ketuanya itu dalam bahaya.

Monster 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang