15 - Istirahat Sejenak 🔞

619 40 19
                                    

Suara detik jarum jam mengisi keheningan ditengah suasana yang mencekam. Atmosfer yang tercipta bagaikan seperti menghimpit mereka dalam ruang tanpa udara, begitu mencekik. Onix setajam elang itu seperti mengirimkan tanda peringatan dibalik dinginnya tatapan. Namun sepertinya, sang musuh tak merasa gentar. Justru berdiri tegak di tempatnya, balas menantang.

Amagai itu membenarkan celana yang ia kenakan. Menghela nafas dan tersenyum meremehkan pada Taeyong. Ia tahu telah membangkitkan sisi sangat mematikan dari pemuda Lee tersebut. Tapi itulah yang diinginkannya. Begitu percaya diri jika ia akan menumbangkan sang musuh.

"Johnny, berjagalah di luar. Biar ini jadi urusanku."

Suaranya memang terdengar tenang, namun terdengar dingin. Maka tanpa berucap apapun lagi, Johnny membawa beberapa anak buah lain yang berada di belakangnya untuk melangkah keluar. Sebisa mungkin membuat pintu itu tertutup rapat dengan cara yang ia pikirkan. Setelahnya, ia berdiri di sana. Menunggu ketuanya itu selesai.

Sekitar 3 menit Johnny tidak mendengar apapun dari dalam. Hingga detik berikutnya ada suara benturan keras dan erangan kesakitan. Ia menoleh saat mendengar langkah kaki mendekat. Mendapati Jaehyun yang baru saja sampai di lantai tersebut dengan nafas terengah. Raut wajah yang tadinya memperlihatkan ekspresi datar itu, kini tersenyum tipis.

ooo

"Shit!"

Taeyong menyeringai saat mendengar umpatan itu. Amagai memegang perutnya yang baru saja menerima tendangan dari Taeyong hingga punggung sang musuh membentur keras tembok ruangan luar.

Sebelum mendekati Amagai yang sedang meringkuk menahan sakit, Taeyong lebih dulu membuka simpul tali pada kedua tangan Yuta. Mengecup sejenak pergelangan tangan yang memerah itu, ada sedikit goresan lecet di sana. Sepertinya memang sang tunangan memberontak sekuat mungkin. Ia memperhatikan lebam di beberapa titik pada wajah manis itu.

Menahan gejolak emosi kala menemukan adanya tanda yang dibuat Amagai pada tubuh tunangannya. Taeyong meraih selimut yang terjatuh dan menutup tubuh polos Yuta hingga sebatas bahu.

Tangan kirinya mengelus lembut kepala Yuta lalu memberikan kecupan kecil pada kening pemuda manis itu. Meski tanpa kata-kata terucap, membuat Yuta yang sejak tadi mengeluarkan tangisan itu menjadi sedikit tenang.

Setelahnya Taeyong kembali bangkit dan berjalan keluar dari ruangan itu. Menutup pintunya walau tak bisa sampai begitu rapat. Matanya beralih pada Amagai yang kini secara perlahan mencoba bangkit berdiri. Taeyong menunggu dengan santai sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku.

"Sialan!"

Tersulut emosi, Amagai mencoba kembali menyerang. Tanpa memperhitungkan jika Taeyong juga akan dengan cepat menghindari serangannya dengan mudah dan menggunakan punggung kakinya untuk menendang bagian belakang Amagai. Mengenai tepat tepat di bagian tengkuk bawah pemuda itu.

Tidak ingin terburu-buru dan mengandalkan emosi, Taeyong kembali dengan sabar menunggu pemuda Amagai itu untuk berdiri. Matanya menatap ke sekeliling ruangan itu. Melangkah pelan menuju rak buku ukuran minimalis di sudut ruangan. Lalu melirik ke samping kanan di mana lemari kaca terletak di sana. Ada salah satu figura photo yang menarik perhatiannya.

Sudut bibirnya menyeringai kecil, "Apa kabar ayahmu di neraka sana? Apa dia menikmati tinggal di sana?"

Pertanyaannya menimbulkan kemarahan dari penerus klan Amagai itu, Dan memang hal itulah yang direncanakannya. Taeyong mengetahui kelemahan dari klan itu. Seluruh anggota keluarga itu memilikki watak yang sama. Secara emosional, tidak bisa mengendalikan emosi dan berakhir dengan kekalahan mereka sendiri.

Monster 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang