06 - Kembali, namun...

639 73 43
                                    

Yuta menghela nafas pelan dan memakan rotinya dengan lesu. Ini sudah sehari terlewat sejak kejadian menggemparkan di sekolah, atau mungkin juga sudah terdengar ke seluruh penjuru negara ginseng tersebut.

Kemarin, mereka mendapatkan informasi mengenai para gadis yang sekarang ini sedang terbaring di Rumah Sakit. Teman-teman dari kelas mereka mengatakan para siswi tersebut ditemukan dalam keadaan mengenaskan di salah satu pabrik kosong. Luka di sekujur tubuh, darah, dan dengan tanpa busana.

Bukan Yuta tidak tahu, tapi justru sebaliknya. Namun Yuta tidak memilikki keberanian untuk mengungkapkan. Selain karena tidak memilikki bukti, ada juga nyawa keluarga yang harus menjadi taruhannya.

Ia meletakkan roti yang baru beberapa kali dimakannya dan beralih menyesap sekotak banana milk. Yuta merasa kehilangan nafsu makan. Seperti apapun yang ia konsumsi terasa hambar di lidah.

Pintu atap sekolah itu tiba-tiba terbuka. Yuta menoleh dan menatap seseorang yang berjalan mendekat kearahnya. Si manis itu mengernyit bingung. Siapa lagi ini?

"Katakan padaku! Kau mengetahuinya bukan?!" pemuda itu menyentak.

"Apa maksudmu? Kau siapa?" tanya Yuta yang masih tetap di posisinya, mendudukki salah satu kursi usang.

Pemuda itu mengepalkan kedua tangan hingga buku-buku jarinya memutih. Wajahnya memerah menahan amarah. Yuta bisa melihat tatapan mata yang memancarkan dendam itu.

"Jangan berpura-pura tidak tahu. Kau yang terakhir kali ditemuinya waktu itu! Cepat katakan siapa pelakunya!"

Yuta mencerna dalam diam. Ah! Apakah salah satu diantara keempat gadis tersebut adalah kekasih pemuda ini? Dilihat dari bagaimana pemuda itu sikap pemuda itu padanya, mungkin saja pemikiran Yuta benar.

Melihat keterdiaman Yuta membuat pemuda itu semakin emosi. Ia mencengkeram kerah seragam Yuta secara tiba-tiba dan membuat si manis itu berdiri. Cengkeramannya kuat sekali, membuat Yuta sedikit tercekik karenanya. Benar-benar mencerminkan seseorang yang sedang marah.

"Jangan main-main denganku! Ah! Atau jangan-jangan kau dalang dibalik semua ini huh?!"

Yuta terbatuk kecil, ia memang memegang kedua pergelangan tangan pemuda itu. Tapi sama sekali tidak ada niatan untuk mengelak ataupun menjawab. Membuat pemuda yang mencengkeram kerahnya tersebut berspekulasi sendiri.

"Kau tidak bisa menjawabnya huh? Berarti benar kau pelakunya, BRENGSEK! MATI SAJA KAU SIALAN!"

Yuta tersungkur saat pemuda itu melayangkan tinjuan pada pipinya. Ah, ia yakin itu pasti akan meninggalkan memar biru yang akan lama hilangnya. Namun yang mengejutkannya adalah, ia seperti melihat Jaehyun sedang berdiri di balik pintu sebelum memutuskan untuk menjauh dari sana.

"Aku akan membuatmu mendekam di dalam penjara!" suara itu membuat Yuta kembali memfokuskan perhatiannya pada pemuda tersebut.

"Silahkan saja, kau bahkan tidak memilikki bukti apapun," lawannya.

Sebenarnya bukan maksud Yuta untuk melawan ataupun menantang. Tapi Yuta hanya merasa bingung harus bagaimana. Ia tidak bisa mengatakan hal yang sebenarnya, namun bukan berarti pemuda itu dapat menuduhnya sembarangan. Bahkan tanpa bukti sekalipun.

Yuta mengerang sakit saat pemuda itu justru menendang perutnya dengan begitu kuat beberapa kali. Pasti perutnya juga akan membiru nantinya.

"Sialan kau Nakamoto! Aku akan mendapatkan buktinya dan membuat perhitungan denganmu! Lihat saja!" ancamnya dan berlalu dari sana.

Sementara Yuta kini hanya bisa menghela nafasnya dan meringkuk pada posisinya. Ia merasa tak sanggup untuk langsung menggerakkan kedua kakinya. Biarlah berada di sana dulu hingga rasa sakit pada perutnya sedikit hilang.

Monster 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang