Gedung kosong yang letaknya jauh dari keramaian kota terlihat begitu mencekam. Tidak ada penerangan apapun di sana. Suasana yang sepi hingga hanya terdengar suara dari serangga malam hari akan membuat siapapun pasti merasa takut.
Tapi berbeda dengan beberapa orang yang berada di sana saat ini. Ada tiga buah mobil yang parkir di sebelah gedung besar tersebut. Setidaknya ada 2 sampai 3 orang yang sedang berada di dalam sana. Pandangan mata selalu awas memperhatikan beberapa titik di setiap wilayah gedung itu.
Tidak, mereka bukan sedang mengintai sesuatu. Melainkan sedang menjaga tempat tersebut karena justru kubu merekalah yang beraksi. Lebih tepatnya bos beserta beberapa kaki tangannya di dalam sana.
Tinggalkan kawasan luar gedung tersebut dan lihat ke dalam. Beberapa orang sudah tergeletak di atas lantai yang masih terbentuk dari semen. Sebagian besar terluka parah dan beberapa lainnya tidak bernyawa.
Mata setajam elang itu menatap datar kepada seorang pria yang bersimpuh di hadapannya. Sesekali meringis menahan sakit pada bagian tulang rusuk. Mungkin patah.
Jaemin menendang kepala pria tersebut yang langsung membuat korbannya jatuh. Darah mulai terlihat merembas keluar mengotori semen.
Ya, tidak salah lihat. Itu adalah Jaemin. Pemuda yang biasanya hanya diam di dalam sangkar emas milik Taeyong itu, kini ikut ke dalam misi bos besarnya.
Taeyong terkekeh di belakang. Jaemin yang sedang marah adalah salah satu hal menguntungkan baginya ketika sedang menjalankan kegiatan seperti ini. Karena ia tahu jika tidak mungkin pemuda itu akan kembali menyakiti Yangyang, sementara kekasihnya tersebut sedang terbaring tak berdaya di kamarnya.
"Sudah cukup Jaemin. Aku tak ingin dia mati secepat itu."
Mendengar perintah Taeyong, Jaemin segera mengangkat kaki kanannya yang sedang menginjak wajah si korban. Sejujurnya ketika ia melihat pria itu, Jaemin mengingat wajah seseorang yang merupakan puncak dari amarahnya saat ini. Itu wajah adalah Kun.
Pria yang sialnya juga merupakan salah satu rekan kerjanya dengan Taeyong. Mengingat bagaimana rupa Kun, membuat emosinya selalu memuncak. Ia lebih dari sekadar mengetahui jika pria berdarah China itu memendam perasaan dalam untuk kekasihnya.
"Sudah. Kau bisa menuntaskan hasratmu untuk menghabisinya nanti," Jaehyun yang sejak tadi diam, angkat bicara.
"Hn."
Kini yang melangkah maju adalah Taeyong. Pria tampan itu berjongkok, menatap remeh pada satu-satunya korban yang masih dapat membuka kedua mata meski sudah diambang batas kesadaran.
"Kuakui kau cukup hebat karena masih sanggup bernafas sampai detik ini," Taeyong berkata sambil menyeringai.
Sementara pria itu hanya bisa meringkuk kesakitan. Tidak dapat membalas ucapan pemuda di depannya yang memandang rendah.
"Jadi, apakah ketuamu berada di Korea juga sekarang?" ia bertanya dengan ekspresi yang kembali datar.
Tidak ada jawaban. Pria yang merupakan anak buah dari salah satu rivalnya itu masih betah untuk menutup mulut. Bisa dibilang, kubu dari rivalnya ini sangat menjaga rahasia. Terkadang berurusan dengan mereka membuat Taeyong malas berurusan dengan mereka. Hanya membuang-buang waktu dan tenaga.
Akan tetapi kini ia tidak bisa tinggal diam. Kelompok Amagai sepertinya mengetahui Yuta dan itu akan sangat buruk jika Taeyong tidak segera mengambil tindakan. Karena ya, tadi saja saat mengecek beberapa galeri dari salah satu ponsel milik seorang anak buah sang rival, potret paling banyak adalah wajah Yuta.
Namun sayang, mereka bertindak lebih cepat. Tidak ada satupun riwayat pesan di dalam ponsel tersebut. Itu artinya, kemungkinan mereka sudah mengirimkan potret Yuta pada seseorang dan segera menghapus interaksi pesan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Monster 🔞
Fanfikce_ 4th TaeYu Fanfiction _ Yuta menyerah dengan hatinya bermaksud untuk membuat orang yang ia cintai selain keluarganya, merasa bebas dan bahagia. Tapi, justru keputusan itu menjadi boomerang untuk dirinya sendiri. Yuta tidak mengerti. --- * WARNING...