"Kelakuan itu membuatnya terlihat menjijikan"
••••
"Liat tuh cewe, jijik banget gw liatnya!"
"Diluar sih keliatan polos, tau-taunya.."
Ya, sesuka hati kalian akan mengecapku seperti apa. Pagi ini aku datang dan disambut dengan berita-berita tak mengenakan itu. Jujur, aku tampak terlihat seperti wanita yang tak memiliki harga diri.
Tiba-tiba tangan seseorang menutup kedua telingaku. Saat ku menoleh, tampaklah tubuhnya. Ya, itu adalah pria yang ku banggakan akhir-akhir ini.
"Jangan didengar," --Haya.
Tentu saja, aku takkan mendengarkan kata-kata mereka, Haya. Tanganmu menyelamatkan diriku lagi saat ini. Aku percaya padamu.
Kami berjalan berdua. Masih saja tangan itu menutup kedua telingaku. Dia benar-benar menjagaku agar tak dapat mendengar perkataan orang lain terhadap diriku yang buruk.
-Plak!
Sebuah tamparan yang begitu keras untuk diriku. Ya, Hanabi yang melakukannya.
"LU! BISA GA SIH LU GA USAH DEKET SAMA HAYA? MENDING LU JAUH-JAUH DARI HAYA SEKARANG!" --Hanabi.
Aku hanya dapat memegangi pipi bekas tamparannya. Sakit. Hanabi berteriak padaku. Sekarang, kami adalah tontonan orang-orang.
"Gura?" --Haya.
Dia memanggilku dengan nama itu? Apa yang dia pikirkan?
"HAYA! Lu kenapa sih pilih cewe murahan kayak dia? Cewe jalang kayak dia ga pantes buat lu!" --Hanabi.
"Sakit?" --Haya.
Haya, tolong dengarkan perkataannya. Jangan selalu terfokus pada diriku yang tak bisa apa-apa! Aku mohon!
"Haya!! Lu dengerin gw ngga sih?" --Hanabi.
"Kalo gw suka?" --Haya.
Apa maksudnya? Dia suka? Pada siapa? Padaku? Apa benar? Apa dia benar-benar suka padaku? Tidak! Mungkin hanya perasaanku.
Hanabi tampak begitu kesal menatapku. Ia menghampiriku dengar gertakan langkah yg begitu keras dan menarik diriku dengan begitu kencang.
"LU APAIN SIH SI HAYA SAMPAI KAYAK GINI? SEBELUM HAYA KENAL LU, DIA NGGA KAYAK GINI!" --Hanabi.
Kau pikir aku akan berani menatapmu dan melawan? Aku tak memiliki nyali sebesar dirimu, Hanabi.
"Kalo gw yang pengen?" --Haya.
Haya, hentikan pertikaian ini! Aku mohon padamu. Aku tak tahan lagi disituasi seperti ini!
"Gura pacar gw sekarang," --Haya.
Tubuhku dihempaskan oleh Hanabi. Tatapan matanya menggambarkan bahwa ia tak menyangka bahwa Haya akan berkata itu.
Keheningan terjadi. Kalian tidak menanyakan keadaanku kan? Sedari tadi aku hampir menangis. Ya, hanya hampir. Dan Hanabi hanya tertunduk. Tangannya mengepal.
"Jangan ganggu Gura lagi!" --Haya.
Untuk yang kesekian kalinya, kami meninggalkan Hanabi. Aku menoleh ke arah wanita itu berdiri. Ia berbalik menghadap kami.
"GW GA NYANGKA LU BAKAL KAYAK GINI, HAYA!" --Hanabi.
Wanita itu berlari. Sepertinya ia menangis. Sedangkan Haya menghiraukan teriakannya. Ia masih aja berfokus pada diriku yang lemah ini. Manusia apasih pria yang ada di sampingku saat ini?
"Gw antar lu ke UKS dulu, pipi lu keliatan merah," --Haya.
Aku hanya menatapnya. Aku akan mengikuti kata-katanya. Aku yakin ia melakukan hal yang baik untuk diriku.
UKS pagi ini tampak sepi. Biasanya yang mengikuti ekstra PMR berjaga di pagi hari. Yah, mungkin mereka sedang keluar.
Aku terduduk di atas kasurnya. Aku melihat pria itu sedang mengobrak-abrik kotak obat.
"Ah, sorry, gw bukan anak PMR jadi ngga tau obat apa yang harus gw pake," --Haya.
Pria ini lucu. Ia tak membawa obat apapun setelah mengobrak-abrik kotaknya. Yah, daripada salah juga dan berakhir fatal. Hahaha.. dia benar-benar lucu. Secara tak sadar aku tersenyum karenanya.
-cup!
Bola mataku membesar. Mukaku serasa memerah. Itu..
"Mungkin bisa sembuh kalo gw cium," --Haya.
Logika darimana? Luka dicium terus sembuh gitu dapet pelajaran darimana sih? PMR juga pasti ngga ada yang namanya pertolongan pertama pake ciuman. Yah, ada sih, mungkin..
"Soal yang tadi, gw serius," --Haya.
Yang tadi? Apa? Tunggu, bukan yang itu kan? Aku yakin mungkin hal yang lain.
"Gw suka sama lu," --Haya.
Ia memperjelas kalimatnya. Aku merasa malu mendengarnya. Bukan malu seperti apa yang biasanya ku rasakan. Ini berbeda!
"Gw cuma mau ada disamping lu," --Haya.
Cukup Haya, aku malu jika kau berkata seperti itu!
"Gw bakal selalu ada buat lu, gw janji," --Haya.
Tangan itu membelai lembut rambutku. Aku hanya bisa merasakan rasa nyaman ketika bersamanya. Ia mengecup keningku dan membelainya lagi.
Bel berbunyi. Ah, memasuki kelas ya. Tentu kami berjalan ke kelas berdua. Setiap orang yang berpapasan dengan kami, mereka berbisik. Tapi aku dapat mendengarkannya.
Kesalahpahaman itu berdampak cukup besar ya terhadap kami. Ketika ku memikirkan kalimat yang orang-orang ucapkan, tangan itu lagi-lagi menutup kedua telingaku.
Aku menatapnya, sepanjang perjalanan hingga ke dalam kelas pun tangannya tetap menjaga telingaku dari kata-kata yang digosipkan orang-orang.
Aku juga berharap ia berada disamping diriku semasa ku hidup di dunia nantinya.
================================
729 kata
-DonE-
🎮Kamis, 21 Oktober 2021🎮
================================Hai! Kalian masih baca cerita ini? Lihatlah! Karena kalian, Mizu tergerak hatinya untuk kembali.
Ya, Mizu kembali hanya untuk cerita ini. Mizu ingin menyelesaikan pekerjaan yang satu ini. Hanya untuk yang ini aja.
Ketika cerita ini udah selesai, Mizu akan kembali meninggalkan dunia wattpad yang indah ini.
Kalian memang yang terbaik. Mizu salut sama kalian yang masih nunggu cerita ini update, walaupun sering banget Mizu lupain+ninggalin cerita ini dengan waktu yang cukup lama. Hahaha, terharu banget:')
Semoga pekerjaan Mizu yang satu ini bisa berkesan di hati kalian hingga akhir cerita nanti. Terimakasih!!!
Salam dari binjai, Mizu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Hayabusa X Kagura
Fanfiction[Fanfiction ML+(minor) Romance] --[HayaxGura only!]-- Bahagia? Bahagia hanyalah kata asing bagiku. Aku tak pernah merasakannya. Cukup! Aku selalu tersakiti dan disakiti. Aku tak tahan dengan semua ini! Kapan aku merasakan kata 'bahagia' itu kembali...