Chapter 7

2.1K 181 39
                                    

Oke, karena ini weekend..aku bakal update lebih pagi dan mungkin bakal double up nanti siangan XD

Happy reading! ^^

.
.
.
.
.
.
.
.

Drrtt

Suara dering handphone membangunkan Halilintar dari tidur panjangnya.

Kedua matanya membuka perlahan, otaknya mulai berfungsi menanggapi dering telfon yang belum berhenti. Jari-jarinya lantas bergerak meraih handphone yang terletak di samping kasurnya. Namun sialnya telefon itu malah mati sebelum ia sempat mengangkatnya.

Halilintar mendengus pelan, ia kembali meletakan handphone di meja kecil itu dan mendorong dirinya bangun.

Sakit, itulah yang dirasakan Halilintar saat ini. 200 push up, 200 squat jump, dan yang terparah dari semuanya, ia harus berlari 50 putaran seorang diri ditengah hujan lebat.

Seluruh tubuhnya terasa remuk, terutama kakinya yang kini tak dapat digerakan. Setelah hukuman mematikan kemarin, ia pingsan begitu memasuki mobil. Kondisi fisik dan tenaganya yang habis sama sekali membuat ia kehilangan kesadarannya dan tau-tau saja ia bangun berada di kasur rumah sakit.

Dokter yang memeriksa keadaannya mengatakan bahwa otot-otot kaki Halilintar meradang dan mengakibatkan ia tak dapat berjalan untuk beberapa hari, ditambah lagi demam tinggi akibat hujan harus diderita sekaligus olehnya. Namun Halilintar bersikeras untuk pulang ke asramanya. Ia tidak ingin tinggal di rumah sakit lebih lama lagi.

Akhirnya setelah perbincangan yang cukup panjang , dokter mengizinkannya pulang setelah memberikan beberapa obat obatan untuk meredakan nyeri Halilintar. Mereka pun pulang pada tengah malam.

Sesampainya di dorm, Halilintar hanya bisa mengandalkan Gempa untuk membawanya ke kamar karena kakinya sama sekali tak bisa digerakan. Gempa membantunya berganti pakaian, berbaring di kasur, dan meminum berbagai macam obat yang diberikan dokter tadi. Gempa juga membantu mengoleskan obat gosok dan memijat kaki Halilintar, membuatnya merasa sangat beruntung memiliki sahabat sebaik Gempa.

Halilintar tidur hingga siang hari. Rasa nyeri menyerang sekujur tubuhnya saat ia membuka matanya, padahal ia begitu yakin bahwa ia bisa melakukan hukuman itu lebih baik dari para tahun pertama untuk memberi mereka pelajaran. Namun ia tak menyadari jika manusia sekuat dia pun dapat merasa lelah.

"Hoi, Hali..gimana kondisimu? Sudah lebih baik belum?" Gempa yang baru kembali dari kamar kecil bertanya saat melihat sahabatnya bangun. Halilintar hanya menatapnya datar.

"Menurutmu?"

Gempa terkekeh "baru kali ini kulihat ketua Halilintar terbaring lemah begini. Mana halilintar galak sahabatku hah?"

"Sial kau gem. Kalau kakiku tak terkilir, sudah kuterjang kau" desis Halilintar.

"Lagi sakit aja masih galak ya" ujar Gempa sembari menghampiri sahabatnya, ia mengelus rambut Halilintar sekilas "mau makan apa? Mau kubelikan bubur?"

Halilintar menolehkan kepalanya pada Gempa lalu mengangguk pelan

"iya..aku lapar, gem.. Jangan lupa susu stoberi nya ya. Minta kakak penjualnya membuatnya lebih manis..aku butuh energi"

“ish, minum manis manis terus nanti diabetes baru rasa!” decak Gempa.

“biar sih! Minuman manis bisa memberiku energi tau! Pergilah gemgem, aku haus nih!”

“haus itu minum air! Bukan susu stoberi!”

“aish..aku lagi sakit nih..gak mau berantem.. kau nggak kasian kah sama aku?” Halilintar memajukan bibirnya dengan wajah memelas.

2Gether with you (SolHali) [✔END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang