Chapter 6

2.1K 180 27
                                    

selamat membaca chapter yang sedikit heartbroken ini UwU hehe ~

.
.
.
.
.
.
.

“30..31..32..”

“Berhenti!!! Sudah berapa kali kubilang untuk kompak, hah?? Minggu depan hari terakhir orientasi dan kalian masih tidak bisa menghitung dengan kompak?! Ulangi!”

Alasan yang sama, Kalimat yang sama terus menerus dilontarkan oleh Halilintar sejak hari pertama kegiatan orientasi. Walaupun sudah lebih dari dua minggu kegiatan berlangsung,
Halilintar tidak sedikitpun memberi ampun kepada para tahun pertama. Kinerja para tahun pertama seakan tak ada artinya di mata Halilintar, sehingga omelan dan bentakannya sudah menjadi makanan sehari-hari mahasiswa tahun pertama.

Aku berpikir bahwa situasinya akan membaik setelah aku dan Lisa berhasil merebut kedua gelar Prince and Princess of University beberapa hari lalu, dimana hampir semua orang memuji dan menghargai kinerja kami yang telah membawa kemenangan ke Fakultas Hukum untuk yang pertama kalinya.

Namun kemenangan itu seakan tak ada artinya. Halilintar dan para senior lain masih saja bersikap kejam dan memperbudak para tahun pertama. Malahan situasinya bertambah buruk karena kesalahan sekecil apapun akan membuat seluruh tahun pertama menerima hukuman yang terbilang tak masuk akal.

Seperti Taufan, yang hari ini lupa untuk membawa name tag yang seharusnya dipakai setiap kegiatan orientasi. Seluruh mahasiswa tahun pertama dihukum dengan squat jump sebanyak 100 kali dan harus dilakukan secara kompak. Jika tidak kompak, maka Halilintar akan meneriaki kami dan menyuruh kami mengulang hingga hasilnya memuaskan.

Para tahun pertama akhirnya tidak punya pilihan lain selain mengulang dan terus mengulang hukuman itu. Taufan, Blaze dan Ice yang bersebelahan denganku terus mencolek lenganku, memintaku untuk berbicara dengan Halilintar untuk menghentikan hukuman ini. Tapi jujur, aku terlalu lelah untuk melakukan itu setelah hukuman yang tak ada habisnya. Berdebat dengan Halilintar…alias pacar pura-pura ku ini menghabiskan banyak energi.

“Berhenti!!! Masih belum kompak!! Apa kalian punya telinga untuk mendengar, hah??? Atau otak kalian tertinggal di rumah??” Halilintar berteriak lagi yang membuat seluruh tahun pertama menghentikan hukuman mereka.

Aku melirik ke kanan dan kiri, hampir seluruh mahasiswa tahun pertama terlihat sangat kelelahan baik fisik maupun mental. Wajah mereka penuh dengan keringat dengan nafas yang terengah engah. Namun tak ada satupun yang berani untuk berbicara balik kepada Halilintar dan hanya bisa memasrahkan diri saja.

Pupil mataku sedikit melebar saat mataku menangkap seorang mahasiswa perempuan di sebelah Blaze yang nampaknya sudah sangat kelelahan. Ia terlihat kesulitan untuk bernafas dan keringatnya bercucuran membasahi pelipisnya.

“h-hei..kau baik baik saja?” aku berbisik cukup keras untuk menarik perhatian gadis itu.

Ia tidak merespons,  kepalanya menunduk dengan nafas yang semakin memburu. Aku menatapnya panik, ia terlihat akan pingsan kapan saja.

Halilintar rupanya juga menyadari hal itu. Ia sudah menghentikan omelannya sejak beberapa detik lalu dan ia sudah berada dekat dengan gadis itu. Netra ruby nya menatap curiga terhadap gadis yang terlihat mati-matian menghirup udara untuk bernafas.

Sebelum Halilintar dapat mengamati lebih jauh, gadis itu tiba-tiba lemas dan jatuh pingsan. Untung saja posisi lengannya yang terkait dengan orang disampingnya sehingga ia tidak langsung terjatuh ke lantai.

Melihat hal itu, Halilintar langsung memanggil tim kesehatan dan mereka pun bergegas membawa gadis itu ke ruang kesehatan.

“damn…” Halilintar mendesis sembari membetulkan posisi topi-nya. Raut wajahnya terlihat marah namun ada sedikit ketakutan di ujung matanya. Ia pun kembali ke posisi depan dan menatap seluruh mahasiswa tahun pertama dengan tatapan membunuh.

2Gether with you (SolHali) [✔END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang