Chapter 10

2.2K 187 17
                                    

Hai haai! I'm back! Happy monday!

Selamat membaca!



.
.
.
.
.
.
.

☀⚡☀⚡

Aku merebahkan diriku di atas kasur asrama yang empuk. Seluruh tubuhku terasa remuk dan tak berbentuk usai pesta penyerahan lencana Universitas Pulau Rintis berakhir sekitar setengah jam yang lalu.

Taufan dan Blaze benar benar menikmati pesta itu hingga membuat diri mereka mabuk dan pingsan. Ice juga turut minum minuman beralkohol itu, namun ia nampaknya memiliki toleransi yang cukup kuat terhadap alkohol sehingga ia tidak terlihat mabuk sama sekali.

Aku sendiri hanya minum satu atau dua gelas , dikarenakan orangtuaku yang selalu mengingatkan bagaimana alcohol berdampak buruk bagi kesehatan.

Aku tak mabuk, tapi imbasnya aku harus menggotong Taufan yang pingsan itu ke kamarnya sedangkan Ice bertugas membawa Blaze. Ice Nampak dengan mudahnya memboyong tubuh Blaze yang terbilang kurus itu, namun aku cukup kesulitan untuk membawa Taufan , bukan karena tubuhnya yang berat melainkan ia berkali kali mengigau dan hampir saja menghajarku. Untung aku pintar bela diri.

Memang dasar teman-teman sialan, untung sayang.

Aku memaksa tubuhku bangkit dari kasur setelah beberapa menit berbaring , bagaimanapun juga aku harus mengganti baju dan melakukan rutinitas malamku sebelum tidur. Itu sudah menjadi kebiasaan yang tidak bisa kutinggalkan, mulai dari mandi, sikat gigi, cuci muka, memakai skincare untuk menjaga kulit, hingga meminum suplemen dan vitamin.

Terdengar repot, namun hal-hal itu penting kulakukan untuk menjaga kesehatan dan ketampananku.

Baru saja aku selesai menelan vitamin kulit yang sehari-hari kuminum, aku mendengar suara ketukan pintu yang cukup keras. Aku melirik jam yang sudah menunjukan pukul dua dini hari , siapa yang bertamu ke kamarku tengah malam begini??

Awalnya aku ragu untuk membukanya, namun suara ketukan itu semakin lama semakin keras dan menuntut. Akhirnya aku pun beranjak untuk membuka pintu.

Netra ku melebar kaget saat melihat siapa yang ada di depan pintu kamarku itu.

Thorn.

Ia terlihat berbeda dari biasanya, dimana biasanya ia akan langsung berteriak dan memelukku, kali ini ia terlihat ketakutan dan gemetar. Netra hijau nya berkaca-kaca saat ia bertemu muka denganku.

“Thorn! Apa yang kau lakukan disini??”

“uh..solar. B-bolehkah aku masuk kedalam??”

“jangan mimpi, kembalilah!”

Aku yang malas menanggapinya hendak menutup pintuku kembali, namun Thorn tiba-tiba menahan pintu itu dengan tangannya.

“Solar, d-dengarkan aku dulu! Mantan pacarku sedang mengejarku, aku sangat butuh tempat untuk bersembunyi..kumohon biarkan aku sembunyi disini, aku tak tau harus kemana lagi..”

Suaranya bergetar saat ia berbicara, ia mengantupkan kedua telapak tangannya dan berpose memohon kepadaku untuk diizinkan masuk. Aku menatapnya setengah percaya dan tak percaya.

“k-kumohon solar! Kali ini saja..” ia mulai panik saat mendengar sayup-sayup suara langkah kaki menaiki tangga. Aku akhirnya tidak punya pilihan dan mengizinkannya masuk kedalam kamarku.




☀☀☀






Aku menyodorkan sebotol air mineral kepada Thorn yang tengah duduk di atas kasurku. Kedua bahunya masih bergetar takut, namun ia menerima air yang kuberikan dan mulai tenang saat air itu masuk ke kerongkongan nya. Aku pun menyenderkan tubuhku pada tembok dan menatapnya serius.

2Gether with you (SolHali) [✔END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang