Chapter 4

2K 181 67
                                    

Happy reading!! ^^

.
.
.
.
.

☀⚡




“aduhh duhh pelan pelan woi!!"

Ketiga temanku tertawa lepas melihatku mengumpat habis habisan.

Taufan yang tengah mengobati luka di wajahku pun tak kalah keras tertawa dan malah tak sengaja menekan lukaku terlalu keras.

“sumpah, reaksinya benar benar diluar dugaan, hahaha!” Blaze masih tertawa dengan senangnya sambil memegangi perutnya sendiri.

“memang dasar si Halilintar sialan itu! Tak kusangka ia akan memukulku!”

Ya, begitulah yang terjadi.

Aku memintanya untuk menjadi pacarku, walaupun hanya sebagai pacar pura pura. Tak kusangka ia langsung meledak dan meninju wajahku hingga aku terjatuh untuk yang kedua kalinya. Ia meninggalkanku tanpa rasa kasihan sedikitpun dengan wajah merah padam. Rasanya seperti menjatuhkan harga diriku sendiri.

“jadi gimana? Kau akan menyerah?” tanya Ice.

“menyerah?? Huh! Tidak mungkin!” geramku “semakin sulit didapatkan, semakin Solar Light menginginkannya”

Taufan terkekeh melihatku, ia geleng geleng kepala sembari menyimpan alat-alat P3K yang ia gunakan kembali ke dalam kotak “nampaknya Solar Light belum puas dipukul ya”

“diam kau! Ngomong-ngomong.. ada sesuatu yang kalian temukan tentang dia?”

“oh! Aku menemukan sesuatu! Kau bisa menghubunginya!” Ice nampak mengubek-ubek handphonenya untuk mencari sesuatu.

“kau dapat nomornya?? Atau akun Line nya? Whatsapp? Instagram??”

Tet tot.

Handphone-ku berbunyi saat menerima pesan Line yang dikirimkan Ice padaku. Aku seketika tercengang saat melihat isi pesan itu.

“Email..” jawab Ice santai.

“Email?!”

Aku menyeka rambutku kasar. Jujur aku tak habis pikir , siapa yang masih menggunakan email untuk berkirim pesan?!

“yaa bagaimana lagi.. kudengar, kak Halilintar itu orangnya sangat kudet. Ia tak punya Line, tak punya whatsapp, Instagram, atau social media apapun. Ia katanya tidak mengerti dengan perkembangan teknologi dan hanya menggunakan email dan sms untuk berkirim pesan” sambung Ice.

“sial… alien sepertinya bersanding denganku Solar Light si tampan nan cerdas ini..? tak dapat dipercaya!” dengusku sembari merebahkan kepalaku di meja belajar.

Taufan, Blaze dan Ice hanya terkekeh melihatku.

“sudah kubilang, ganti target saja. Yah..mungkin tidak setampan Halilintar sih, daripada kau kesulitan begini” usul Taufan tak tega melihatku. Taufan yang raja media social saja kesulitan untuk mendapatkan informasi karena Halilintar ternyata orangnya sangat tertutup.

Namun aku menggeleng “tidak! Aku tetap ingin dia! Lihat saja kak Hali.. aku pasti akan mendapatkanmu!”

Taufan, Blaze dan Ice pun saling berpandangan satu sama lain.

“tapi ini hanya pura-pura kan, sol?” tanya Blaze. Aku mengangguk mantap.

“iyalah! Kan sudah kubilang, aku ini straight!”








Aku langsung mengiriminya email malam itu juga. Tanganku sangat canggung karena mencari kata-kata yang pas untuk dikirimkan padanya.

Aku berusaha sebisa mungkin untuk tidak mengatakan sesuatu yang mungkin akan membuatnya marah.

2Gether with you (SolHali) [✔END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang