#twenty seven

24.4K 1.5K 192
                                    

Tidur Aletta mulai terusik bukan gara gara cahaya matahari yang mulai menebus matanya atau pergerakan dari orang di sebelahnya. Tapi suara bising percakapan dua orang. Tangan Aletta meraba tempat tidur sebelahnya. Mata Aletta terpaksa terbangun saat menyadari Orion tidak ada di sana.

Suara percakapan itu kembali terdengar walaupun tidak terdengar dengan jelas. Aletta hanya mendengar satu diantara mereka adalah Orion. Karena penasaran dengan siapa Orion berbicara Aletta akhirnya memutuskan untuk mendekatinya.

Baru beberapa langkah Aletta sudah tahu ada seorang perempuan di sana, di dengar dari suara yang menanggapi ucapan Orion. Langkah Aletta semakin cepat ingin segera mengetahui.

"Orion!" Bentaknya saat menemukan Orion tengah memeluk perempuan lain selain dirinya.

"Aletta.. " Ini bukan Orion yang jawab tapi Bunga yang mulai melepas pelukan Orion.

"Ini nggak seperti yang kamu bayangkan ko." Lanjut Bunga yang terlihat sedikit panik, bahkan sempat meminta bantuan Orion agar Aletta tidak salah paham. Tapi Orion hanya bisa diam tidak berkutik sedikitpun.

Bersyukur lah Aletta karena semalaman ia menyimpan tas dan handphonenya di dekat sana jadi ia tidak perlu memakan waktu lama untuk pergi dari apartemen Orion secepatnya. Aletta pergi tanpa basa basi sedikitpun bahkan ia sempat menyenggol bahu Bunga keras.

"Orion gimana ini..Aletta pasti salah paham." Keluh Bunga karena Orion tidak melakukan apapun untuk mengejar Aletta.

"Orion!" Panggilnya lagi cukup keras.

"Sst.. Sudah nggak usah di pikir Aletta biar nanti aku yang urus."

Aletta benar benar kecewa dengan Orion setelah kemarin malam mereka menghabiskan malam yang panjang dan di pagi harinya dia pelukan dengan wanita lain. Aletta tahu kalau itu hanya sekedar pelukan bisa saja ini semua hanya salah paham. Tapi kenapa Orion tidak mengejar dan menjelaskan padanya.

Air mata Aletta sudah ingin meluncur keluar tapi Aletta tahan dia bukan tipe perempuan yang seperti itu. Aletta harus kuat setidaknya tunggu sampai dia sampai di kostan. Jalan Aletta sedikit cepat sampai dia tidak sengaja menyenggol seseorang.

"Aww." Ringis orang itu.

"Maaf."

"Omah? Eh maksud saya bu." Ternyata yang Aletta senggol adalah Omah Orion. 

Setelah minta maaf dengan sedikit menunduk Aletta sudah bersiap kembali melangkah pergi. Tapi Omah lebih dulu menahan pergerakannya.

"Bisa kita bicara sebentar."

Omah mengajak Aletta pergi ke salah satu cafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari apartemen Orion. Pandangan Omah menilik Aletta dari atas ke bawah, lalu berdesis pelan.

"Saya nggak nyangka kalo kamu itu benar-benar wanita murahan."

"Mak-sud nya bagaimana ya?" dengan sedikit gugup Aletta memberanikan diri untuk mengajukan pertanyaan pada Omah. Meski kata kata Omah sebelumnya cukup menyakitkan.

"Apa harus saya jelaskan satu persatu? Menemukan kamu keluar dari apartemen Orion sudah menjelaskan seberapa murahannya diri kamu."

"Kamu tau kan kalo Orion itu sudah saya jodoh dengan Bunga. Anak dari teman saya. Tapi kenapa kamu masih saja menggoda Orion. Kamu ini benar benar seorang jalang."

"Minggu depan mereka akan melaksanakan pertunangan." Ucap Omah sambil melemparkan benda pipih ke arah Aletta.

Aletta meraih dan melihat benda pipih tersebut. Sudah jelas ada nama Orion dan Bunga dalam undangan tersebut.

"Saya harap kamu tidak mengacaukan hari pertunangan mereka. Kamu harus sadar diri dimana tempat kamu seharusnya. Kamu dan Orion sudah jelas kalian beda kasta. Maka bersikap lah layaknya seorang pegawai pada bosnya."

"Kalau saya sampai tahu kamu pergi mengunjungi Orion lagi, saya tidak segan segan melakukan hal buruk pada benalu seperti kamu."

"Atau kamu sebaiknya cari pria lain yang bisa muasin nafsu kamu, jangan Orion. Dia terlalu berharga buat perempuan murahan seperti kamu."

Tidak ada satu kata yang keluar dari mulut Aletta, ia sibuk meremas kuat jari jarinya menahan sesuatu yang ingin keluar dari matanya.

"Saya akan lebih senang kalo kamu segera mengirimkan surat resign pada Orion." Tutupnya lalu tangannya terjulur ke arah gelas kecil berisikan teh. Omah meminumnya dengan anggun dan tenang.

Setelah meminum satu teguk teh, Omah berdiri hendak meninggalkan tempat itu. Tapi langkahnya sedikit tertahan seperti melupakan sesuatu. Omah merogok tasnya mencari dompetnya lalu mengeluarkan beberapa lembar uang dan meninggalkannya di atas meja bersama dengan Aletta.

Air mata Aletta seketika keluar begitu dirinya sampai di kostan. Aletta merutuki dirinya sendiri yang selalu saja luluh dengan perilaku Orion. Ia benar benar merasa bodoh, pada akhirnya Orion akan bersama dengan Bunga. Lalu bagaimana dengan nasibnya?

Aletta menyadari bahwa dia hanya di manfaatkan Orion sebagai pemuas nafsu saja. Orion tidak benar benar mencintai dirinya. Aletta terlalu di butakan oleh cinta sehingga tidak menyadari itu semua.

Perkataan Omah tadi siang kembali terngiang di kepala Aletta. Setiap perkataannya benar benar menusuk hati Aletta. Apa sehina itukan Aletta dimata keluarga Orion sampai dirinya di samakan dengan seorang jalang. Aletta tidak pernah meminta apapun pada Orion cintanya pada Orion tulus tapi mengapa balasannya seperti ini.

Aletta melihat lagi ke belakang dan tersenyum ketir seharusnya dari dulu ia tidak mengharapkan Orion. Benar kata Omah mereka beda kasta, Orion yang terlahir di keluarga kaya raya mana bisa serius dengan dirinya yang berstatus seorang sekertaris. Mungkin saat ini Orion tengah menertawakan dirinya bersama sang tunangan Bunga.

Jika sudah seperti ini siapa yang patut di salahkan? Nasi sudah menjadi bubur. Waktu pun sudah tidak bisa di pundurkan lagi, yang Aletta bisa lakukan sekarang hanya hadapi kenyataan. Aletta tau kenyataan itu terlalu menyakitkan untuk di hadapi tapi apa ada yang bisa Aletta lakukan lagi sekarang selain menghapinya. Menyesal pun sudah tidak ada gunanya bagi Aletta.

Sepertinya malam ini akan jadi malam terpanjang Aletta, biarkan lah air matanya keluar sepanjang malam agar di esok hari ia bisa lebih tegar dan mampu menghadapinya.

Di sela tangisnya Aletta tidak sengaja melihat tumpukan pembalut yang sepertinya masih saja utuh. Pikirannya tiba tiba kosong bahkan air mata Aletta pun sudah tidak berani keluar lagi.

Aletta mengingat-ngingat kapan terakhir kali dia mendapat tamu merah. Aletta berdiri dari duduknya, ia pergi mencari sebuah kalender yang tiba tiba menghilang, setelah dapat buru buru Aletta melihatnya karena Aletta sangat suka menandai jadwal haid nya.

Mata Aletta terbuka lebar dan kepalanya Aletta gelengkan. Ini tidak mungkin kan? Di lihat dari kalender terakhir Aletta haid itu bulan kemarin dan bulan ini Aletta sudah melewati jadwal haid itu. Tangan Aletta menyentuh perutnya pelan dengan tangan yang sedikit gemetar, tidak mungkin bukan kalo di dalam sini terdapat hasil dari benih Orion.

Tubuh Aletta tiba tiba lemas dan jatuh kebawah ia masih tidak percaya dengan takdir yang seperti ini. Mulut Aletta terus saja mengucapkan doa agar dugaannya salah. Bukannya Aletta tidak mau punya anak tapi tidak di situasi seperti ini.

***

Nggak lama kan updatenya? Semoga selanjutnya juga seperti ini ya, semoga aja mood akunya bagus buat update cepet hehe

Aku tuh sedih kalian pada hujat Aletta. Aletta nya gue kenapa kalian hujat hah?

Nanti kalo aku nya pundung gara gara Aletta di hujat gimana? Terus nggak mau update lagi.

Udah deh see you next chapter. Baik baik ya kalian sama Aletta. Bye 👋

My Little SecretaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang