05. FIFTH

189 20 50
                                    

Happy Reading Gaes (!) 😎
_____________________
_________________________

Si brengsek Haru pergi seperti anak kucing lari ketakutan akibat gertakanku membunuh kedua pengawalnya. Dua jasad pria tanggung yang baru saja kutempak kepalanya sudah tergelak dingin tak bernyawa dengan darah segar menggenang di atas pasir yang tadi putih berubah merah dan anyir. Harusnya langsung kutembak tepat di kepala Haru saja tadi begitu menyadari tanda-tanda cek palsu sejak pertama menyentuh jemari tangan. Namun, permainan ini selalu menyenangkan saja dilakukan. Cih! Ken dan Kei mengalangiku maju dengan badan mereka.

Sialan, kukira ini waktu yang tepat untuk reuni SMA kita. Ternyata tidak. Merepotkan sekali memang, berada di posisi bekerja untuk pihak yang berbeda. Aku memasukkan moncong pistol ke sarangnya lagi. Ini saatnya merenggangkan persendian jari, sama seperti yang dilakukan Kei dan Ken sekarang. Kami melempar senyuman antara satu sama lain. Menyenangkan bisa bertarung lagi setelah sekian lama.

Kedua kembar itu seolah bayangan, jika ini Naruto--serial manga karya Masashi Kishimoto, mungkin aku akan menganggap mereka bunshin yang siap melakukan Rasenggan. Hei, adegannya memang selalu begitu, kan? Tokoh Naruto harus melakukan kage bushin dahulu, memecah dirinya jadi dua sebelum mulai melakukan Rasenggan. Sayangnya, ini Nefariousness, Kawan. Bukan Naruto. Kei dan Ken tidak akan melakukan jurus angin untuk membentuk bola cakra di tangan mereka, tapi melepas setelan jaket hitam lengan panjang yang perlente itu.

Semua ahli Judo tahu, membiarkan baju dengan kerah mudah dijangkau atau ditarik adalah kesalahan fatal. Teknik Judo merupakan pertarungan jarak dekat yang mengandalkan bantingan, hubungannya dengan berat badan. Semakin kecil badanmu, akan semakin bagus. Dan semakin besar masa badan lawanmu, kau akan sangat diuntungkan. Kei dan Ken memang punya badan lebih kecil dariku, tapi teknik mereka mematikan. Aku melakukan hal yang sama. Menanggalkan beberapa pakaian tak berguna seperti topi dan jaket denim hijauku. Menyisakan kaus oblong lengan pendek.

Ken menyeringai sambil menggelontorkan dasi dan kemeja putihnya. Juga hanya menyisakan kaus oblong putih. Otot badan terbentuk sempurna terlihat. "Teknik Judo-mu harusnya sudah lebih berkembang pesat dari yang dulu, Johan." Kei di sampingnya mengamini perkataan Ken untukku.

"Terima kasih atas pujiannya, Kawan." Aku membuang putung rokok terakhir pemberian Jaeshin yang sudah mati sejak lama apinya, mulai berhitung pada situasi. Menghadapi kuda-kuda bertahan mereka yang seolah membentuk perisai pelindung. Pertarungan jarak dekat ini menyiksaku. Apalagi kalau menghadapi Kei dan Ken secara bersamaan, mereka berdua benar-benar tanpa celah. Tambahkan badan kecil mereka dan badan gempal tinggiku, ini jelas tak seimbang. Dua kembar itu seperti penari profesional saat melakukan tiap gerakan Judo. Tapi selalu ada satu-dua celah terbuka untukku, karena aku kenal dua orang kembar ini sangat lama. Aku siap.

Kami bertiga merangsek mendekat satu sama lain. Tak perlu menunggu lama sekali untuk mulai pemanasan. Tak ada pelatih yang akan meneriaki kami jika berbuat curang, ini pertarungan gaya bebas. Lakukan apapun. Dan tujuanku selanjutnya, setelah bisa mengalahkan Kei dan Ken hanya mengejar anak kucing, bedebah bernama Haru itu.

Aku cukup bisa mengimbangi gerakan mereka berdua, dari mana arah datangnya pukulan, dari mana arah datangnya tendangan. Aku hafal. Kami tumbuh bersama, melatih teknik ini bersama sejak kelas satu SMA. 

Aku kelelahan menangkis serangan mereka. Haru semakin jauh dan Jaeshin hanya bisa menatap ngeri kami bertiga yang mulai berdarah dan memar di beberapa bagian wajah akibat saling pukul. Jaeshin bukan ahli bela diri, dia hanya menang di otak bukan di otot. Dari kami berempat, Jae adalah yang paling penakut. Saat kami bertiga mengajaknya belajar beladiri juga, Jae lebih suka belajar di perpustakaan.

𝐍𝐞𝐟𝐚𝐫𝐢𝐨𝐮𝐬𝐧𝐞𝐬𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang