BAB 9 : Rahasia

23 5 2
                                    

cahaya matahari menyeruak diantara ventilasi ruangan.sudah cukup siang untuk seseorang terbangun dari tidurnya..
Rein merasakan berat diatas dadanya.
Dia melahirkan matanya kebawah.dia melihat tangan Roy memeluk dirinya dan masih berasa di atas dadanya
Rein sedikit membanting kepalanya.
Matanya menerawang....
Apa yang sudah dia lakukan.
Dia cemburu pada Esward ,tapi justru dirinya sendiri yang berbuat seperti ini.

Perlahan tanganya meraih lengan Roy dan menyingkirkanya dari atas dadanya.
Matanya menatap sketsa wajah Roy.pria yang sepuluh tahun lalu pernah hidup bersamanya.
Semakin terlihat dewasa dan Tampan.
Rein menarik nafasnya dalam dalam.
Roy...teman dalam segala hal.yah..segala hal.

Rein mengusap kasar wajahnya...bagaimana bisa semalam mereka melakukan ini.

"Aahh....Rein memukul kepalanya sendiri.
Namun diapun bergikir bahwa dia juga sangat menikmati pergumulan semalam.

Jemarinya menyentuh wajah Roy.
Orang-orang dulu sangat dia percayai dan sayangi.
"Roy....."

Usapan lembut jemari Rein menyentuh wajah Roy.Roy terlihat bergerak sedikit dan mulai membUka matanya.
Dia agak menyipitkan matanya.seperti orang linglung dia memandang sekeliling.

"Rein...sudah siang kah?

"Iya"

Roy bergerak kecil dan meregangkan otot tubuhnya.dia masih tampak malas untuk bangkit.
Roy menatap Rein dengan pandangan penuh arti.

"Rein..apakah kau merasa menyesal dengan apa yang sudah kita lakukan malam tadi?

Rein menatap Roy.ada kebingungan di dalam bola matanya.
"Roy....kenapa bisa..kita melakukanya lagi?

"Bukanya kau yang memulai.Bukankah selalu begitu?

Rein bersandar dengan wajah rumit.nhatinya sedang disulut kecemburuan pada Edward.namun kenyataanya ,justru dia yang sekarang berbaring berdampingan dengan pria lain dan melakukan persetubuhan.

"Roy....kau akan pulang kerumahmu yg dulu?

Roy beringsut duduk dan bersandar berdampingan dengan Rein.

"Aku sudah tidak punya rumah.aku menyewa flat murahan di sini."

"Apa pekerjaanmu?

Roy menggeleng pelan.
"Tak ada.hanya membantu bisnis pamanku"

Rein kembali menatap wajah Roy..

"Kau sedikit berubah.!

Roy tetawa getir.jemarinya mengusap lembut lengan Rein.

"Tentu ini sudah sepuluh tahun.Lihat luka dinperutku bekas belatipun juga sudah semakin baik"

Rein menatap bekas luka di perut Roy.
"Roy..benarkah saat itu kau terluka parah?

Roy tertawa kecil.
"Tak parah,hanya hampir mati kehabisan darah."

Rein tertunduk.dia ingat malam itu.
Saat mereka dan beberapa teman punya rencana merampok rumah seorang pengusaha.
Mereka di kejar para penjaga dan polisi.
Rein tertangkap.satu orang tewas tertembak.
Beberapa yang lain lolos dan Rein melihat Roy pun tak ada.
Rein berfikir , Roy telah kabur menginggalkanya dengan membawa hasil rampokan.

"Rein,..pulanglah.aku yakin Zen pasti mencarimu"

Rein tersentak.diapun melirik.ponselnya yang tergeletak diata meja.
Ini sudah siangan Zen pasti sudah berangkat kerja.
Rwin meraih ponsel nya.melihat ada beberapa pesan masuk dari Zen.dan riwayat panggilan .
Rein kembali meletakan ponsel nyam

"Dia mencarimu?

Rein tidak bermaksud.diapun turun dari tempat tidur.

"Aku ingin mandi,ada pekerjaan yang harus aku selesaikan"

BEST OF ZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang