BAB 19 : penyesalan

39 4 5
                                    

Rein menendang kan kakinya di udara menahan perasaan marah dan kecewa.
Wajahnya kusut dan terlihat berantakan tak karuan.berdiri diatas jembatan penyebrangan yang diterangi remang cahaya malam.menatap jalanan yang masih terlihat mobil berlalu lalang .
Tangannya terkepal .wajahnya tertunduk .

Barusan dia diam diam datang di acara perusahaan Zen..
Rein hanya memandang dari luar bagaimana acara itu berlangsung
Dia melihat Zen ,Edward Raya dan Tuan Johan Ayah Zen.
Hati Rein sangat sedih seperti tertusuk duri.
Benarkah dia yang telah lebih dulu menyulut api pertengkaran dengan Zen.
Rein merasa itu bukan karena kesalahanya saja.

Jelas Rein melihat mereka bersama .dan yang membuat Rein sangat kecewa adalah kalimat yang di lontarkan Zen.
Selama.bertahun tahun mereka bersama ,Zen tak pernah mengakui ada hubungan dengan Edward.

Tapi semua bukti yang ada di tangan Rein berbalik , semua menunjukan kedekatan mereka berdua.
Bahkan hubungan intim mereka .

Rein menarik nafasnya dalam dalam.
Dia memang juga bersalah.tapi Rein merasa apa yang dilakukan adalah sebuah pemberontakan dari rasa yang di milikinya.
Dan dia merasa kehadiran Roy adalah sebuah kebetulan dan mampu mengurangi perasaan kecewanya.
Namun jujur , sesungguhnya hatinya sangat sakit melihat Zen dan Edward bersama.

Rein menghembuskan asap rokoknya...dan baru saja....dia melihat bagaimana Edward dan Zen berdua .
Saling berpelukan dan berciuman.
Rein bersandar pada besi jembatan...
Rasanya dia sangat ingin meng akhiri hidupnya..

Kehilangan kepercayaan dari keluarga dan orang orang yang pernah dekat denganya .
Kehilangan kepercayaan dari orang yang di cintainya.

Rein menelan ludahnya yang terasa pahit.dia duduk dengan lemas dan nafas yang sesak.
Tanganya yang memegang sebatang rokok gemetar.bibirnya membentuk senyuman yang getir.

"andaikan aku tak dilahirkan ditempat yang salah ,bertemu dengan mereka....
Rein tertawa.

"Semua menganggap aku tak berguna menganggap aku tak berarti....

Rein melipat kakinya .mengenang masa lalu yang bersliweran di depan matanya.
Masa saat dia begitu Arogan.kemudian dipatahkan oleh kenyataan...
Rasa malu , pengkhianatan kedua orang tuanya. Hidupnya yang memalukan.

Rein menyembunyikan wajahnya di antara lututnya.rasanya dada nya sakit.

*******
Edward sedang sangat bergairah.Edward sedang sangat menikmati setiap desah nafas Zen .
Meskipun dia sadar, apa yang di berikan Zen padanya bukan di atas kesadaran..dan selalu kesempatan seperti itu di manfaatkan oleh Edward .

Memutar tubuh Zen dan mencium kulit leher belakang Zen.
Menghembuskan nafas panasnya.
Tangannya meraba kejantanan miliknya dan mengeluarkannya.dia seolah tak tahan ingin melakukan lebih jauh.
Satu jarinya menggosok titik spot di depannya.

Terdengar suara Zen yang mendesah panjang seperti ekstasi di telinga Edward.memainkan ujung penis nya di pintu kecil yang selalu jadi mimpinya..

"Zen..aaahh.,.

Perlahan Edward membuat gerakan mendorong dan merobek lobang sempit di bawahnya
Tanganya menggenggam erat tangan Zen yang terkepal gemetar.

"Aakahh.....aakhhh...

Suara Zen tertahan di bibirnya.dia  menggigit tepian jok dan dia sedikit gemetar.kesadaranya selalu ada di tingkat terendah saat dia ber gelut dengan Alkohol.

"Mmng..Zen.....sshhh...aahhh....

Tanpa melepas pakaian atas ,mereka terjalin di bawah...mendesak dan mendorong dengan ritme tak teratur.
Jika ada seseorang yang lewat disana .maka orang itu akan melihat mobil yang terparkir bergoyang dengan sendirinya.

BEST OF ZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang