Bab 24 : sebuah keinginan.

21 3 6
                                    

Meskipun tidak untuk mengajar lagi, namun setidaknya Rein kembali mendapatkan kehangatan di tengah tengah warga.
Sesekali Rein datang dan mengajar dengan seperlunya.
Dia lebih banyak betkebun dan bercocok tanam.
Dengan membuat dirinya sibuk, itu akan sangat baik.

Rein mencuci semua bekas alat alat bertaninya.menyimpan di mobil nya dan dia siap pulang.

"Rein, jangan lupa bekal makan buat malam ini bawa.kakak iparmu tadi sibuk berpesan "

Rein tertawa.Sam dan Istrinya selalu baik padanya.

"Kalian masih saja menganggapku tak bisa apa apa.aku sudah bisa hidup mandiri "

Sam menepuk Pundak Rein.

"Dia tak punya saudara.saudara laki laki satu-satunya sudah meninggal.jadi wajar kalau dia sangat menyayangimu Rein "

Rein menganggukan kepalanya.

"Aku mengerti.dan terima kasih."

"Pulanglah.hari sudah sore.cuaca juga sepertinya kurang bagus"

Rein menengadahkan wajahnya.benar.sepertinya akan turun hujan.
Rein bergegas menuju mobilnya.

"Sam.makasih buat semua.aku pulang dulu "

Sam tersenyum dan.melambaikan tangannya.
Rein bergegas menuju rumah tinggalnya yang agak jauh dari kebun.
Angin berhembus basah.sepertinya memang akan turun hujan.

Awan hitam bergerak cepat.angin menerbangkan dedaunan yang jatuh dan berserakan di jalan
Rein semakin mempercepat laju mobilnya.
Dia melihat hujan sudah bergantung di atas kepala.

Desa yang sangat subur dan sejuk.
Rein tiba di rumahnya yang sunyi.
Memparkirkan mobilnya dan berlari turun dengan cepat.
Buru buru membuka pintu rumahnya dan benar saja.
Saat dia sampai di dalam rumahnya, hujan turun dengan sangat deras.
Rein menarik nafasnya dengan lega.
Akhirnya sampai juga di rumah.

Duduk dengan lelah dan mengusap peluh di dahinya.
Rein duduk menyandarkan diri di kursi.
Matanya terpejam dan menikmati kelelahanya.
Bibirnya tersenyum tipis.

"Sendiri, yah.....hanya sendiri."

Rein bergumam dng pelan.

Kembali dia memejamkan mata menikmati hujan dan suara gemericik air yang turun di atas atap.
Bibirnya tersenyum tipis.dia ingat , suara canda tawa Zen yang penuh bahagia .
Sikap Zen yang terkadang manja namun menyenangkan .
Suara Zen yang duka berteriak meminta di buatkan mie kuah tahu kesukaanya.
Rein menarik sudut bibirnya.

"Semua sudah berlalu"

"Rein ....mana mie kuah buatku?

Rein tersenyum lagi.

"Ahhhhh...suara itu sangat dia rindukan.

"Rein....kau sangat payah"

Rein terdiam....

Tiba tiba dia tersentak.suara siapa itu ?

Zen.....

Mana mungkin Zen ?

Ini pasti hanya halusinasinya karena terlalu merindukan Zen.

"Aku menunggumu tapi kau malah bersantai di situ"

Rein terlonjak dari kursinya.sontak berdiri dan kembalikan badannya.
Seperti di sengat kalajengking.
Kaget.....tapi bahagia.

Di depan matanya ,dia melihat sosok Zen tengah tersenyum padanya.
Apakah ini hanya mimpi ,ataukah nyata.

"Zen...."

Suara.Rein tergagap.

Zen tersenyum tipis.

BEST OF ZENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang