HAPPY READING🍀
•
•
•"Liana?" Lirih laki-laki tersebut seraya memandang sendu wajah Liana. Mereka berdua sama-sama saling pandang. Dengan cepat Liana memutus tatapan itu. Liana enggan untuk menatapnya.
Tanpa disengaja air matanya luruh begitu saja. Masa lalu berputar kembali dipikirannya.
"Liana jangan menangis" lirih laki-laki tersebut. Rasanya ia ingin memeluk wanita rapuh dihadapannya, namun apalah daya ia masih ingat dengan hukum islam.
"Kenapaa kang? Kenapaaa!? Hiks melupakanmu itu sangat sangat sulit?" Ujar Liana ditengah-tengah isak tangisnya tanpa menoleh kearah laki-laki disampingnya. Liana menghapus kasar air matanya.
"Aku sudah terbiasa tanpamu, aku sudah melupakanmu walau belum seluruh, taapi kenapa kamu muncul dihadapanku lagi Kaang" lanjutnya lirih dan menahan isak tangisnya.
Laki-laki tersebut menggelengkan kepala dan berusaha menahan air matanya agar tidak turun.
"Maafkan saya Liana, saya mohon jangan menangis, saya tak kuat melihatmu menangis" ujarnya sendu.
Liana terkekeh miris. "Kamu yang membuatku seperti ini Kang, andai saja Allah tidak mengenalkan kamu denganku, aku tidak akan terluka sedalam ini kang" Ucapnya datar seraya menatap ke Anam. Ya orang tersebut adalah Anam. Laki-laki yang mengajarkan Liana betapa sakitnya rasa kecewa karena berharap kepada manusia.
Anam hanya diam tanpa ingin membalas ucapan yang terlontarkan dari bibir wanita yang ia cintai. Anam sangat mencintainya, namun ia tidak bisa menolak perjodohannya. "Saya tau saya salah Liana, tapi saya mohon jangan menangis, " Ujarnya lembut kepada Liana.
Liana hanya menatapnya. "Semoga bahagia dengan pilihan orang tuamu kang" Ucapnya tersenyum.
Anam tau, Anam sangat tau. Senyum itu hanya sebatas pura-pura, senyum itu hanya sebuah keterpaksaan, dan senyum itu hanyalah untuk menutup luka.
"Permisi kang" pamitnya. Liana berlari menuju mobilnya dengan perasaan hancur.
"Saya sangat mencintaimu Liana" Lirihnya yang hanya didengar olehnya. Anam memandang punggung Liana yang menjauh dan hilang dari pengelihatannya.
••○••
Dengan segera Liana masuk kedalam mobil. Laura menatap cengo mbanya itu. Tidak biasanya mbanya ini diam ketika bertemu dengan Laura.
"Mba kenapa? Kok matanya merah? Mba abis nangis? Siapa yang buat nangis? Sini biar Laura jewer" cerocos Laura.
Liana hanya diam tanpa ingin menjawab pertanyaan adeknya. Dengan segera Liana mengemudikan mobilnya dengan kecepatan diatas rata-rata. Laura takut, Laura sangat takut. Tidak biasanya mbanya kaya gini.
Lagi-lagi air matanya turun, tak bisa Liana pungkiri, bahwa hatinya yang belum sepenuhnya pulih kini kembali tergores.
Laura kalut dalam pikirannya. Kenapa kakaknya ini menangis? Kenapa? Ada apa? Kenapa bisa? Ada masalah apa? Itulah yang ingin Laura tanyakan tapi ia takut. Laura menutup matanya sembari melafalkan istighfar untuk menenangkan hatinya.
••○••
Tak lama, mobil Liana sampai dikawasan Pondok Pesantren Malik Al Jannah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Setulus Cinta Liana
Romantizm☡Update sakwayah wayah☡ (Alangkah baiknya Follow dulu sebelum baca) Ini adalah karya pertama saya, jadi mohon dimaklumi jika TYPO bertebaran dan tulisannya tidak rapi. Ini adalah kisah gadis sholehah yang pernah gagal lamaran, karena sang pria sudah...